Asisten Bos Cantik - Bab 70 Lakukan yang Nyata
Berdua naik mobil dan mengarah pulang.
"Nyonya muda, kamu sudah berapa kali kemari untuk melacak?" kata Reza Qiao.
"4 kali." jawab Tina Jiang.
"Cari orang apa untuk melacaknya?"
"Pekerja tambang yang di bawah sumur, mereka mengetahui dengan jelas keadaan peledakan tambang."
"Apakah tidak menarik perhatiaan dan kecurigaan orang lain?"
"Tidak, aku berpura menjadi kerabat pekerja tambang."
"Keterlaluan." wajah Reza Qiao terlihat marah.
"Ada apa?" tanya Tina Jiang bingung.
"Jelas kamu adalah kerabat supir Qiao, mengapa menjadi kerabat pekerja tambang?"
"Tidak boleh mengejekku." Tina Jiang memukuli Reza Qiao sekali.
"Tentu di dalam tambang ada mata-matamu?" kata Reza Qiao lagi.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Tina Jiang sedikit aneh.
"Tidak ada mata-mata, hanya menjadi kerabat pekerja tambang tidak akan mendapat begitu banyak informasi." Reza Qiao tertawa.
"Tuan muda Qiao, otak sepertimu sangat disayangkan jika tidak menjadi polisi." kata Tina Jiang.
"Baiklah, aku tidak jadi supir lagi, pergi bekerja sebagai polisi bersama Nyonya muda."
"Sayangnya budayamu sangat rendah, juga tidak pernah mendapat pelatihan formal dari akademi kepolisian."
"Orang berbakat sepertiku, perlu budaya apa, juga tidak perlu mendapat pelatihan formal akademi kepolisian."
"Kamu mengira dirimu adalah orang berbakat?" Juga yang berprestasi?" Tina Jiang ingin tertawa.
"Betul, bisa menghangatkan ranjang, bisa menyetir, bisa membantu polisi cantik memecahkan kasus, bisa membuat besar itunya Nyonya besar, apakah ini semua bukan orang berbakat yang berprestasi?"
Reza Qiao sambil menyetir sambil melirik bentuk tubuh Tina Jiang, di saat dia mengemudi dengan cepat, tutup botol teh Tini Jiang hampir terbang.
"Tidak boleh lihat."
"Bahkan sudah pernah menyentuhnya, sekarang malah tidak boleh lihat, tidak masuk akal."
Tina Jiang sangat malu: "Tidak boleh bilang."
"Oh, hanya boleh sentuh tidak boleh bilang, ya kan?"
"Selain saat itu boleh.......sentuh, di waktu lain tidak boleh......"
Memikirkan dua kali waktu itu, detak jantung Tina Jiang semakin cepat, daerah itunya sendiri sudah tidak ada rahasia terhadap Reza Qiao lagi.
"Sebenarnya kamu tidak usah malu, kamu boleh menganggapku sebagai dokter pria di bidang kebidanan." kata Reza Qiao.
Tina Jiang hanya bisa begini menghibur dirinya sendiri.
"Sebenarnya aku bukan dokter pria kebidanan, aku adalah supir kecil." kata Reza Qiao lagi.
"......"
Tina Jiang sedikit bingung.
Reza Qiao melanjutkan perkataannya: "Apakah hari ini perlu menyelesaikan yang terakhir kali?"
"Baiklah, pergi ke asramaku, Rini pergi ke rumah ibunya."
"Boleh."
Tina Jiang kegirangan lagi, selesai melakukan yang terakhir kali, daerah itu akan berubah semakin besar, hal yang mengganggunya sekian lama akhirnya terselesaikan.
"Malam ini aku akan memberikan penghargaan kepadamu." Tina Jiang sangat berterima kasih kepada Reza Qiao.
"Nyonya muda rencana bagaimana berterima kasih kepadaku?" kata Reza Qiao tersenyum.
"Aku akan memasakkan beberapa masakan untukmu, kemudian menemanimu minum beberapa gelas, bagaimana?"
"Hanya begini?"
"Kamu ingin penghargaan seperti apa?"
"Tidak bisa melakukannya dengan nyata?"
"Bagaimana baru termasuk nyata?"
"Melakukan hal yang seharusnya dilakukan Tuan muda dan Nyonya muda."
"Temani makan dan minum masih tidak bisa?"
"Itu hanya sekedar begitu saja, aku kira, kita bisa yang sedikit lebih mendalam."
"Mendalam apanya?"
Reza Qiao mengerutkan alisnya: "Tanpa peralatan."
"Percaya atau tidak aku akan memukul mati kamu?" Tina Jiang mengangkat tangannya.
"Nyonya muda mau membunuh suaminya......" Reza Qiao menjerit.
"Tidak boleh jerit."
"Tidak memperbolehkanku jerit, kalau begitu kamu yang jerit."
"Aku jerit apa?"
"Nyonya muda jerit di ranjang bagaimana?"
"Aku tidak bisa, kamu jerit aku dengar."
"Jerit sungguhan?"
"Jerit-----"
Tina Jiang tiba-tiba penasaran, tidak tahu bagaimana anak ini akan menjerit.
"Ranjang ranjang ranjang, ranjang oh ranjang......" jerit Reza Qiao.
Sialan, ternyata ranjang begini jeritnya.
Sesampainya di Taman Haojing, langit sudah gelap.
Setelah masuk ke asrama, benar Rini Liu tidak ada.
"Melakukannya dulu atau makan dulu?" Reza Qiao seperti pulang ke rumahnya, duduk di sofa dan menggoyangkan kakinya.
"Sudah lapar, makan kenyang dulu baru lakukan."
"Baik, makan dulu baru lakukan."
"Mengapa perkataan ini terdengar aneh, lakukan apa? Aku sekarang menganggapmu sebagai dokter pria kebidanan, kamu harus sedikit seperti dokter."
"Baiklah, makan kenyang baru mulai bekerja."
Tina Jiang dengan cepat memasak 4 sayur, membuka sebotol bir, berdua duduk di depan meja."
"Tuan muda Qiao, ketua menyulangi kamu segelas." Tina Jiang mengangkat gelasnya.
"Nyonya muda, kita berdua saling menyulang." Reza Qiao mengangkat gelasnya.
"Jangan memanggilku Nyonya muda bisa tidak? Aku lebih besar darimu, benarnya kamu harus memanggilku kakak."
"Baiklah, kakak Nyonya muda, bersulang-----"
Tina Jiang tidak berdaya dan menyulangkan gelas dengan Reza Qiao.
"Sebenarnya aku sangat berterima kasih kepadamu, kamu membantuku memecahkan kasus dan membantuku membuat ituku lebih besar, aku merasa berhutang kepadamu." kata Tina Jiang dengan tulus.
"Terlalu sungkan, kita sekeluarga tidak mengatakan hal yang sungkan." Reza Qiao menjepit sepotong daging dan meletakkannya di mangkuk Tina Jiang, "Mari, Tuan muda Qiao melayani Nyonya muda."
"Jangan becanda, aku merasa kita bisa menjadi teman baik."
Reza Qiao mengedipkan mata: "Pria ganteng sepertiku, kamu ingin jadi teman baik juga boleh, duluan jadi teman baik dan menjalin hubungan baik, setelah punya perasaan bisa melanjutkan hubungan."
Tina Jiang dengan datar berkata: "Kita cuma bisa jadi teman baik, masalah menjalin hubungan kamu jangan banyak berpikir lagi, mari bersulang."
"Hal apapun ada kemungkinan, jangan terlalu cepat mengatakannya, mari, Nyonya muda, bersulang segelas lagi."
Beberapa gelas arak diminum, wajah Tina Jiang memerah: "Tuan muda besar Qiao, tanya kamu beberapa pertanyaan boleh tidak?"
"Nyonya muda jangan sungkan, silakan tanya."
"Apakah bisa membicarakan dirimu?"
"Bicarakan aku tentang apa? Bicarakan tentang aku yang ganteng atau kesatriaanku? Bicarakan aku yang pintar atau kegagahanku?"
Tina Jiang menggelengkan kepala.
"Kalau begitu bicarakan berapa banyak wanita yang tergila-gila kepadaku."
Tina Jiang menggelengkan kepala lagi.
"Kalau begitu kamu ingin aku bicarakan apa?"
"Bicarakan asal usulmu."
Tina Jiang sekarang sangat tertarik tentang ini.
Reza Qiao tertawa: "Aku sama denganmu datang dari dunia manusia, di dunia manusia makan minum buang air dan tumbuh dengan kuat, setelah tumbuh dewasa menjadi supir kemudi mobil."
"Kamu sangat tidak nyata."
"Bagaimana tidak nyata? Aku Reza Qiao adalah orang yang paling nyata nomor satu di dunia, perkataanku semuanya sangat jujur."
Tina Jiang merasa kecewa, ya sudah, jika dia tidak mau bilang makan tidak tanya lagi.
Makan kenyang dan minum cukup, Reza Qiao berkata: "Mulai bekerja."
"Aku menelepon Rini Liu dulu, mana tahu dia tiba-tiba pulang dan melihatnya." Tina Jiang tiba-tiba sedikit khawatir.
"Telepon apa? Rini mau pulang juga harus duluan meneleponku, menyuruhku menjemputnya, kamu sekali telepon, nanti Rini malah menjadi curiga, diam-diam pulang."
Tina Jiang masuk akal mendengar perkataan Reza Qiao, tidak jadi menelepon.
"Lakukan di kamar tidurmu saja?" Reza Qiao ingin melihat kamar Tina Jiang seperti apa.
"Jangan, di sofa ruang tamu saja." Tina Jiang tidak ingin Reza Qiao melihat kamarnya, mencegah dia terangsang dan berpikir untuk melakukan yang aneh.
"Baiklah." Reza Qiao hanya bisa mengiyakan.
Dua orang di sofa melipat kaki duduk dengan baik, otak Reza Qiao berputar: "Buka-----"
Walau sudah melakukannya dua kali, Tina Jiang tetap sedikit tidak terbuka, membukanya dengan malu-malu.
Tina Jiang menutup mata, kemudian merasakan sepuluh jari tangan Reza Qiao menyentuhnya......
Karena sebelumnya kecil, bagian yang tersentuh telapak tangan sedikit, namun sekarang sudah besar, telapak tangan Reza Qiao menyetuh seluruhnya, tertutup dengan kuat.
Tina Jiang merasa sedikit canggung.
Tidak apa-apa, anggap saja dia sebagai dokter pria kebidanan. Tina Jiang menenangkan dirinya.
Di saat ini Reza Qiao berkata: "Sebenarnya aku bukan dokter pria kebidanan."
Tubuh Tina Jiang gemetar, membuka mata, malah melihat Reza Qiao sedang menutup matanya.
Tina Jiang merasa lega, menutup mata dan mulai menghitung serigala......
Selesai berhitung 3000 serigala, Tina Jiang membuka mata.
Tangan Reza Qiao pelan-pelan lepas, matanya tertuju ke yang putih salju yang ada di depan matanya.
Tina Jiang sangat malu, anak ini melihat semuanya.
Reza Qiao bergumam: "Lumayan, sangat besar, sudah mengejar punya Rini dan kak Mi."
"Jangan lihat lagi......" Tina Jiang malu tapi sedikit senang.
"Aku sedang memeriksa hasil jerih payahku." Reza Qiao menjilat-jilat bibirnya.
"Hasilnya bagus, tidak usah diperiksa lagi, jangan lihat lagi......"wajah Tina Jiang memerah dan mulai berpakaian.
Pintu rumah tiba-tiba terbuka, Rini Liu masuk.
"Ih-----"
Reza Qiao tidak menyangka Rini Liu tidak menyuruhnya jemput dan pulang sendiri.
"Ah-----"
Tina Jiang kewalahan, tidak disangka di detik terakhir Rini Liu pulang.
Melihat Tina Jiang di sofa tanpa busana, Rini Liu terbengong.
Di Taman Jiangwan makan malam, Albert Han mau kembali ke kota, Rini Liu tidak ingin besok pagi Reza Qiao pergi menjemputnya lagi, sehingga ikut Albert Han kembali pulang, tidak disangka kebetulan melihat ini semua.
Tidak disangka mereka berani seperti ini, dari mobil melakukannya sampai hotel, sekarang beraninya melakukan di rumah, dan malah di sofa ruang tamu.
Sangat keterlaluan.
"Rini, mengapa kamu tidak menelepon aku dan sudah pulang?" tanya Reza Qiao.
"Rini, tidak disangka kamu tiba-tiba pulang." Tina Jiang kewalahan memakai pakaiannya.
"Apakah aku tiba-tiba pulang dan mengganggu hal baik kalian?" kata Rini Liu tersenyum pahit.
"Tidak mengganggu, kita sudah selesai melakukannya." Reza Qiao melambai tangan.
"Rini, kita tidak melakukan apapun, kita sedang....." Tina Jiang sibuk menjelaskan.
"Sudah, berhenti, jangan mengelak lagi, aku hanya percaya dengan mata sendiri." Rini Liu mencela perkataan Tina Jiang.
"Rini, masalah ini bukan seperti yang kamu pikirkan......" kata Tina Jiang dengan wajah sedih.
"Sudah, dari mobil lakukan sampai hotel, sekarang sampai ke rumah, trik kalian sungguh tidak sedikit, sudah begini masih tidak mengakui berselingkuh, kalian pikir aku bodoh?"
"Hah, di dalam mobil dan hotel kamu juga tahu, Rini, kamu sangat hebat." Reza Qiao memuji.
"Hng, tidak begitu mudah ingin mengelabui dari mata ajaibku."
Kepala Tina Jiang hampir meledak: "Reza Qiao, kamu jangan bilang lagi."
"Tina, berani lakukan tidak berani mengakui, ini tidak sejalan dengan gaya kamu ketua Jiang." ejek Rini Liu.
"Betul, ketua Jiang biasanya berani lakukan dan berani mengakui, sekarang mengapa malah menutupinya?" sambung Reza Qiao.
"Reza Qiao, kamu cepatlah pergi."
Tina Jiang tahu jika Reza Qiao tetap berada di sini, masalah semakin sulit dijelaskan.
Reza Qiao menepuk pantat dan berdiri: "Kalau begitu aku pergi, terima kasih ketua Jiang atas makan malam yang mewah, kelak ada kesempatan datang lagi mencoba masakan Rini."
Rini Liu tidak menyangka Reza Qiao makan malam di sini, yang juga adalah masakan Tina.
Tina tidak pernah memasak untuk dirinya sendiri, malah memasak untuk Reza Qiao, sungguh membuat orang marah.
Anak ini masih ingin mencoba masakanku, bermimpi saja sana.
Novel Terkait
My Only One
Alice SongPredestined
CarlyUnplanned Marriage
MargeryMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAsisten Bos Cantik
Boris DreyMarriage Journey
Hyon SongAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan