Asisten Bos Cantik - Bab 108 Sangat bermanfaat
Setelah pulang kerja, Milan kembali ke rumah di kota tua.
Sewaktu hampir sampai di rumah, dua orang anak sedang ribut dengan seorang penjual buah jalanan.
Milan berhenti dan menyaksikannya.
"Apel orang lain 2 kuai setengah kilo, mengapa kamu menjualnya 2,5 kuai? Tidak bisa, kamu terima 2 kuai." kata seorang anak dengan marah.
"Kakak, modal apel ini sudah 2,2 kuai, setengah kilo baru dapat 3 mao, bagaimana bisa kujual 2 kuai?"
"Di daerah kekuasaan kita, aku beli apel kamu sudah kasih kamu harga diri, masih berani mendapat untung dari uangku? Tidak ingin jualan di sini lagi?" kata anak yang lain dengan marah.
Penjual kecil menganggapnya sedang sial: "Baiklah, aku jual 2 kuai untuk kalian."
"Sudah terlambat, terima saja 1 kuai."
"Kakak, bukankah ini menindas orang?"
"Kenapa jika menindas kamu? Melawan lagi, kuhancurkan stand jualanmu."
Milan tidak tahan melihatnya lagi: "Walau ini adalah daerah kekuasaan kalian, juga tidak boleh menindas orang."
"Ada urusan apa denganmu?" seorang anak melihat Milan.
"Tidak ada urusan denganku, aku hanya merasa kalian tidak boleh berbuat seperti ini." kata Milan memberanikan diri.
"Hihi....." salah seorang anak memegang bahu Milan, "Boleh wanita cantik, jika kamu bilang kita menindas orang, mari, temani kita pergi minum."
Milan ketakutan, berbalik badan ingin pergi, anak kecil menarik Milan: "Tidak boleh pergi."
"Kalian ingin berbuat apa? Lepaskan aku." kata Milan dengan marah.
"Wanita cantik, jangan menolak kebaikan dan malah cari ribut, menyinggung kita, akan membuatmu susah." kedua anak mulai merabanya.
Milan gelisah, sambil mundur sambil teriak: "Jangan kemari."
"Jika maju lagi aku akan merusak wajahmu." seorang anak mengeluarkan pisau, menggoyangkannya di depan Milan.
Milan sangat ketakutan, tahu begitu tidak ikut campur, menyinggung preman bukanlah main-main.
Dua anak memojokkan Milan, mengulurkan tangan dan menariknya.
Tiba-tiba Milan mengingat apa yang dibilang Reza Qiao kepadanya, mendapat kesulitan, hanya dengan bilang dirinya adalah wanitanya, akan tidak ada masalah lagi.
Walau tidak percaya dengan bualan Reza Qiao, tapi di saat seperti ini, tidak ada pilihan lain, lebih baik mencobanya.
"Aku adalah wanitanya Reza Qiao." jerit Milan.
Hanya satu kalimat, kedua anak tersebut terdiam, sontak tidak bergerak kaku di tempat.
"Kamu adalah......wanita Tuan Reza?" dua anak terbata-bata.
Milan melihat cara ini berguna, segera menganggukkan kepala: "Benar, aku adalah wanitanya Reza Qiao, kalian berbuat asal lagi, aku akan segera meneleponnya."
Milan mengeluarkan ponselnya.
Kedua anak tersebut ketakutan, tidak banyak pikir, dan langsung berlutut di depan Milan, tidak berhenti menyembah: "Nyonya, kita pantas mati, mohon jangan menelepon tuan Reza, kita salah, Nyonya maafkanlah kita......"
Milan terbengong, cara ini sangat bermanfaat, mereka begitu takut terhadap Reza Qiao.
Sebenarnya Reza Qiao ada trik apa, bahkan bisa membuat preman kecil takut sampai seperti ini.
Tidak peduli lagi, lagian kedua anak ini takut dengan perkataannya, duluan selamatkan dirinya.
Milan baru ingin pergi, seorang wanita muda cantik berjalan kemari: "Ada apa?"
Berty He kebetulan lewat sini.
Melihat kedua bawahannya sedang menyembah seorang wanita cantik, Berty He sangat tidak senang.
Kedua anak melihat Berty He, dengan sibuk berkata: "Kak He, kita mabuk, telah menyinggung Nyonya ini, sedang meminta ampun kepada Nyonya ini, Nyonya ini adalah wanita Tuan Reza......"
Berty He melihat Milan dan tertawa: "Adik, sebenarnya ada apa?"
Milan mendengar mereka memanggilnya kak He, tahu dia adalah ketua mereka, sehingga menceritakan kejadian ini dengan sederhana kepadanya.
Selesai mendengar Milan cerita, Berty He mengerutkan alisnya, berkata kepada kedua anak: "Berdiri."
Kedua anak tersebut segera berdiri.
"Apakah benar apa yang dibilang adik ini?"
"Benar."
Berty He marah, mengangkat tangan dan pukul.
"Piak piak-----"
Berdua ditampar oleh Berty He.
"Bajingan, sudah lupa dengan peraturan kita, beraninya menindas masyarakat, menindas wanita, benar-benar membuatku malu, enyah dari sini, gaji bulan ini akan dipotong, tulis ulasan penyesalan." kata Berty He dengan penuh emosi.
Kedua anak segera lari.
Berty He melihat Milan, wajahnya berubah menjadi senyum: "Adik, maaf, kedua anak ini adalah bawahanku, karena tidak aku didik dengan ketat, aku minta maaf kepada adik."
Milan melihat Berty He bersikap seperti ini, sedikit berkesan baik kepadanya: "Tidak apa-apa."
"Adik sungguh adalah wanita Reza Qiao?"
Milan dengan canggung menggelengkan kepala: "Bukan bukan, aku tadi asal bicara, aku dan Reza Qiao adalah teman kerja."
"Teman kerja? Kalau begitu adik juga adalah orang perusahaan Foursea, numpang nanya nama kamu?"
"Namaku Milan, adalah wakil Direktur perusahaan Foursea."
"Oh, Direktur Mi, maaf tidak mengenalmu, namaku Berty He." Berty He segera bersalaman.
"Kak He jangan sungkan."
"Aku dan Direktur perusahaan kalian Direktur Rini pernah bertemu, kelihatannya di perusahaan Foursea banyak wanita cantik." Berty He tertawa.
Mendengar Berty He mengenal Rini Liu, Milan juga tertawa: "Terlalu memuji, kak He barulah wanita cantik."
"Dibandingkan dengan kecantikan Direktur Liu dan Direktur Mi, aku sangat jauh, Reza Qiao bekerja di perusahaan Foursea, sungguh sangat beruntung." Berty He tertawa, "Jika adik bilang adalah teman kerja Reza Qiao, tapi, mengapa tadi bawahanku bilang kamu adalah wanita Reza Qiao?"
Wajah Milan memerah: "Aku hanya sembarang bilang, bukan yang sebenarnya."
"Bukankah hal seperti ini tidak boleh sembarang bilang? Jika adik berkata seperti itu, kalau begitu pasti ada alasannya?" tanya Berty He tersenyum.
Mendengar Berty He berkata seperti itu, Milan semakin tidak enak.
Melihat Milan seperti ini, Berty He merasa tertarik.
"Adik, sebenarnya menjadi wanita Reza Qiao adalah hal yang menyenangkan, mengapa adik bersikap seperti ini?"
Milan tidak bisa menahannya lagi: "Kak He, begini, sebelumnya Reza Qiao pernah memuji dirinya sendiri di depanku, bilang jika aku mendapat kesulitan, hanya dengan bilang aku adalah wanitanya maka tidak akan ada masalah, aku tadi dalam keadaan mendesak baru mengatakannya, ingin mencobanya, tidak di sangka benar-benar......"
"Bermanfaat, betul?"
Milan menganggukkan kepala, dengan penasaran menatap Berty He: "Kak He, sejujurnya aku sangat bingung, Reza Qiao hanyalah supir kecil Direktur Liu kita, selain bisa menyetir, tidak bisa apa-apa lagi, mengapa bawahanmu mendengar aku menyebut namanya, bisa begitu takut?"
Berty He mendengar perkataan Milan, mengetahui Reza Qiao sengaja menyembunyikan masalah luarnya dari perusahaan, jika Reza Qiao ingin menyembunyikannya, tentu dirinya tidak boleh membongkarnya.
"Reza Qiao dan aku adalah teman baik, dua bawahan tadi tahu hubungan baikku dengan Reza Qiao, mendengar kamu menyebut nama Reza Qiao tentu akan takut, takut Reza Qiao mencariku dan melaporkan masalah mereka kepadaku."
Milan mengerti, ternyata seperti ini, dua anak tadi bukan takut kepada Reza Qiao, karena takut kepada Berty He, dengan begini dirinya yang tidak tahu apa-apa malah berhasil melewati kesulitan, mengambil keuntungan dari hubungan baik Reza Qiao dan Berty He.
Tapi merasa aneh, sejak kapan Reza Qiao mendapat teman wanita muda yang begini cantik, walau wanita ini kelihatannya menawan, malah terasa seperti orang dari dunia persilatan.
"Kalau begitu aku harus berterima kasih kepada kak He."
"Adik jangan sungkan, kamu seharusnya harus berterima kasih kepada Reza Qiao."
Milan berpikir, perkataan ini tidak salah, jika bukan karena hubungan Reza Qiao dan Berty He, kedua anak tadi tidak akan takut kepadanya.
"Apa pekerjaan Kak He?"
"Aku bekerja sebagai pengurus pengelolaan."
"Kalau begitu kita sejalur, tidak tahu Kak He bekerja di perusahaan mana?"
"Hehe, nama perusahaan kita tidak terkenal, tidak bisa dibandingkan dengan perusahaan Foursea, tidak usah mengungkitnya."
Melihat Berty He tidak ingin bilang perusahaan apa, Milan bertanya lagi: "Kak He dan Reza Qiao sudah kenal berapa lama?"
"Baru kenal beberapa hari."
"Kak He merasa bagaimana orang Reza Qiao ini?"
"Lumayan, sangat pintar, pandai bicara, Reza Qiao di perusahaan kalian pasti sangat disukai banyak wanita?"
Milan tertawa sinis, kelihatannya Berty He masih belum mengetahui bagaimana Reza Qiao menggoda wanita cantik.
"Memang Reza Qiao sangat pintar, juga pintar bicara, tapi jika bilang dia disukai wanita cantik, Kak He salah besar."
"Apa maksudnya?"
"Wanita cantik di sekitarnya, hampir setengah ingin mencabiknya menjadi daging cincang."
"Oh, pasti sangat menyukainya, mencintai sampai membenci."
Milan sedikit bingung, Berty He kelihatan tidak bodoh, mengapa begitu melihat baik Reza Qiao? Tidak tahu Reza Qiao menggunakan cara apa untuk menariknya.
Langit sudah semakin larut, Milan dan Berty He berbincang tidak lama dan kemudian saling pamitan.
Melihat Milan pergi, Berty He tertawa sambing geleng-geleng kepala.
Reza Qiao baru selesai mengantar Rini Liu pulang, mendapat telepon dari Beni Ouyang: "Tuan Reza, Asep Li sendirian pergi ke toko daging di samping sungai, tempat pastinya di......"
Setelah mendengarnya, Reza Qiao langsung keluar kota, buat apa Asep Li pergi ke toko daging yang begitu jauh?
Reza Qiao menyetir mobil dengan cepat menuju toko daging di samping sungai.
Memarkirkan mobil dan masuk, di samping jendela duduk seorang pria dengan tahi lalat di dagu, sedang duduk minum di sana sendirian.
Reza Qiao duduk di sampingnya, memesan daging bakar dan bir.
Asep Li melihat Reza Qiao, tidak menanggapinya, melanjutkan makan dan minumnya.
Pesanan daging bakar dan bir Reza Qiao datang, juga mulai makan minum.
Tidak berapa lama ponsel Asep Li berdering.
"Kalian mau ke bar main ya, aku tidak bisa pergi, Paman Cheng memberiku kerja sore ini, aku sedang makan di pinggir sungai, sebentar lagi akan mengambil barang di dekat sini......"
Beberapa saat kemudian, seorang dengan tubuh kurus dan tinggi berjalan masuk, berjalan ke depan Asep Li.
"Kamu adalah yang diutus Paman Cheng?"
"Benar, mana barangnya?"
"Di sini banyak orang yang melihat, ikut aku."
Selesai menerima tagihan kemudian mengikuti si kurus tinggi keluar.
Asep Li mengikuti si kurus tinggi sambil mengerutu: "Sedang berbuat apa, langsung kasih aku barangnya saja, sebenarnya barangnya ada di mana?"
Si kurus tinggi tertawa: "Saudara, keamanan paling penting, orangku bawa barangnya ke hutan kecil tunggu kamu."
"Oh, ada berapa banyak? Barang apa?"
"Kamu akan tahu setelah sampai di sana."
Asep Li dan si kurus tinggi satu di depan satu di belakang masuk ke dalam hutan kecil di samping sungai, di dalam hutan sangat gelap, sangat tenang.
Asep Li mengerutu lagi, sialan, hanya ambil barang berbuat sampai berlebihan seperti ini?
Si kurus tinggi berhenti: "Sudah sampai."
Asep Li melihat sekitar: "Mana barangnya?"
Si kurus tinggi tidak bicara, malah tertawa dengan mengerikan.
Suara tertawa ini membuat bulu kuduk berdiri, Asep Li pun merasa frustasi.
Dari kegelapan muncul 3 orang, membuka senter ponsel ke arah Asep Li.
Segera Asep Li menutup matanya dengan tangan: "Aih, jangan senter, aku tidak bisa melihat."
"Sudah benar jika tidak bisa melihat."
4 orang mengepung Asep Li.
Asep Li merasa ada yang aneh, dengan gelisah berkata: "Kalian ingin berbuat apa? Aku datang untuk mengambil barang, mana barangnya?"
Si tubuh kurus tinggi tertawa sini: "Asep Li, barangnya tidak akan bisa kamu dapat."
"Apa maksudmu? Aku diutus oleh Paman Cheng, kalian jangan berbuat asal."
"Tentu kita tahu kamu diutus oleh Paman Cheng, apakah kamu tahu Paman Cheng utus kamu ke sini buat apa?"
"Ambil barang."
"Salah, bukan ambil barang, tapi menyuruhmu untuk mengantar nyawamu."
Asep Li ketakukan: "Tidak mengerti kalian bilang apa? Kalian siapa?"
"Kita dari Geng Kepala Harimau, mendapat permintaan Tuan Feng kalian, untuk membunuhmu di sini malam ini." si kurus tinggi menganyunkan tangannya, 3 orang lainnya mengeluarkan pisau.
"Kalian pasti sudah salah, aku adalah kepercayaan Tuan Feng, bagaimana mungkin Tuan Feng meminta kalian membunuhku?" Asep Li bingung.
"Tidak salah, Tuan Feng ingin nyawamu malam ini." si kurus tinggi mencengkram leher Asep Li, "Saudara, walau aku dan kamu tidak ada dendam, tapi kita mengambil uang orang untuk membunuh orang, Tuan Feng memberikan kita uang, menyuruh kita membunuhmu, jika kamu ada dendam pergilah ke neraka untuk mengajukan banding."
Asep Li memberontak: "Aku begitu setia terhadap Tuan Feng, mengapa dia berbuat seperti ini kepadaku?"
"Karena kamu tahu terlalu banyak, jika kamu bukan kepercayaan Tuan Feng, tidak tahu rahasia Tuan Feng, pasti tidak akan berakhir seperti ini." si kurus tinggi memberi signal tangan ke 3 orang lainnya, "Tusuk mati dia, kemudian masukkan ke kantong dan buang ke sungai."
3 orang lainnya mengayunkan pisau menusuk ke arah Asep Li, di kegelapan tiba-tiba terdengar suara tertawa yang aneh.
Novel Terkait
Pejuang Hati
Marry SuMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeUntouchable Love
Devil BuddyDewa Perang Greget
Budi MaThe Sixth Sense
AlexanderSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan