Asisten Bos Cantik - Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
“Omong kosong, selama aku memberi perintah, kamu akan menjadi anjing mati.” Kata Husten Huo dengan arogan.
Reza Qiao memandang guru, teman sekelas di sekitarnya dan mengerutkan kening. Kesempatan ini sepertinya tidak tepat. Begitu banyak orang bersujud pada dirinya dan memanggilnya tuan, pasti akan menimbulkan masalah bagi Tary Jiang.
"Bolehkan kita pindah tempat? ke lapangan."
“Haha, apa kamu malu dilihat banyak orang?” Kata Husten Huo dengan sombong.
"Ya, terlalu banyak orang yang lewat di sini."
Husten Huo merenung, ini karena dia membawa begitu banyak orang untuk mengepung Reza Qiao, kemungkinan orang-orang yang lihat akan mengatakan bahwa dia membully orang dengan mengandalkan jumlahnya yang banyak.
“Baik, kita ke lapangan.” Husten Huo melambaikan tangannya.
Ketika Reza Qiao hendak pergi, Tary Jiang menangkapnya dan berkata dengan cemas: "Bang Qiao, jangan pergi. Orang-orang itu dari tim seni bela diri, mereka pasti akan membunuhmu."
Reza Qiao tertawa: "Tary, kamu ikut denganku. Jika aku terbunuh, kamu bisa mengurus mayatku."
Setelah berbicara, Reza Qiao langsung pergi.
Tary Jiang menyaksikan Reza Qiao bersikeras pergi ke lapangan, dia khawatir Reza akan terjadi apa-apa, sehingga buru-buru mengikutinya.
Husten Huo melambaikan tangannya, dan tim seni bela diri yang beranggota 30 orang bersemangat tinggi, mencibir dan mengejek Reza Qiao.
"Hanya seorang bocah tapi berani merayu Tary Jiang. Dasar kodok jelek yang ingin mengapai angsa."
"Tary Jiang adalah bunga universitas kami, dan hanya Tuan muda Ketiga yang layak untuknya."
"Pastikan untuk mempermalukan bocah ini untuk Tuan muda ketiga."
"Setelah penghinaan selesai, kita harus menghajarnya hingga dia tidak berani mendekati Tary Jiang lagi ..."
Mendengarkan apa yang dikatakan oleh mereka Reza Qiao hanya tersenyum.
Tary Jiang melihat bahwa Reza Qiao tidak hanya tidak takut pada saat ini, tetapi juga tertawa begitu bahagia. Dia khawatir dan berbisik kepada Reza Qiao, “Bang Qiao, maukah kamu memanggil bawahanmu dan memberi mereka sedikit mengajari pelajaran."
“Tary, apa kamu khawatir aku tidak bisa menangani mereka?” Reza Qiao tersenyum pada Tary Jiang.
“Ya, kelompok orang ini berasal dari tim seni bela diri, mereka sangat ahli, jumlah mereka 30 orang, bagaimana mungkin kamu bisa melawan mereka sendirian?”Kata Tary Jiang dengan khawatir.
Meskipun Tary Jiang tahu bahwa Reza Qiao pemberani, tapi dia belum pernah melihat kemampuan Reza Qiao dengan matanya sendiri. Dia takut Reza Qiao akan menderita, jadi dia menyarankan Reza untuk memanggil bawahannya.
Tary Jiang tahu bahwa selama Reza Qiao menelepon, Geng Qingtian akan bergegas kemari, dan bahkan jika hanya belasan bawahan yang datang, itu sudah cukup untuk membereskan Husten Huo serta sekelompok orang ini.
Tetapi saat ini, Reza Qiao kalah jumlah.
Tary Jiang tidak dapat membayangkan bagaimana Reza Qiao dapat melawan 30 orang sendirian, dan sangat khawatir.
Reza Qiao tersenyum dan berkata kepada Tary Jiang: "Tary, sebentar lagi aku akan menunjukkan pertunjukan bagus untukmu."
"Pertunjukan bagus apa?"
"Mereka akan bersujud padaku dan memanggilku Tuan."
“Ah, bagaimana mungkin?” Tary Jiang membuka lebar matanya.
"Aku, Reza Qiao, semua hal yang terjadi akan menjadi mungkin, tunggu dan lihat saja."
Ketika sampai di lapangan, tidak terdapat banyak orang disini, hanya sekelompok pemain bola basket. Melihat Husten Huo membawa begitu banyak orang bersama Reza Qiao dan Tary Jiang, mereka semua berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.
Husten Huo dan 30 anggota tim seni bela diri mengelilingi Reza Qiao, dan berkata sambil menyeringai: "Reza Qiao, ayo, bersujud padaku 20 kali, kemudian lanjut panggil aku Tuan sebanyak 20 kali.”
Reza Qiao mendengus: "Dasar bocah, aku segenerasi dengan ayahmu, kamu benar-benar tidak mengerti etika."
“Omong kosong, aku sudah bertanya pada Ayahku, dia tidak ada hubungannya denganmu.” Kata Husten Huo dengan marah.
“Oh, kamu benar-benar bertanya pada ayahmu? Tampaknya saudara Charles orang yang pelupa. Tidak heran jika orang yang sedang sekarat punya ingatan yang buruk. Ketika Saudara Charles meninggal, jangan lupa untuk beritahu aku. Aku akan memberinya sebuah karangan bunga yang besar.”
Wajah Husten Huo berubah karena marah: "Brengsek, jika aku tidak memberimu pelajaran hari ini, kamu tidak akan tahu seberapa hebat aku."
"Bagaimana kamu memberiku pelajaran? Apa itu pertarungan satu lawan satu atau kelompok?"
"Pertarungan kelompok."
"Mengapa tidak pertarungan satu lawan satu?"
"Karena aku merasa pertarungan kelompok itu lebih menyenangkan."
"Jadi kalian semua akan memukulku dengan tangan kosong?"
"Benar."
Reza Qiao menggelengkan kepalanya: "Ini tidak menyenangkan."
"Jadi harus seperti apa baru menyenangkan?"
"Karena kalian semua berlatih seni bela diri, kurasa kalian seharusnya ahli dalam menggunakan senjata. Aku sarankan kalian semua masing-masing memakai senjata, sehingga aku dapat melihat kemampuan kalian." Kata Reza Qiao perlahan.
Husten Huo dan 30 anggota tim seni bela diri tertawa terbahak-bahak, bocah ini terlalu cupet hingga menyarankan mereka menggunakan senjata.
"Tuan Muda ketiga, karena bocah ini begitu sombong, maka kita kembali mengambil senjata saja."
Husten Huo mengangguk: "Baik, karena dia ingin menguji kemampuan kita, maka kita akan melakukan sesuai keinginannya. Ini yang dia usulkan sendiri, dan tidak ada yang akan disalahkan jika dia terbunuh."
Reza Qiao mengangguk: "Benar, aku yang mengusulkannyya, ambillah senjata."
Mata Husten Huo berputar: "Tunggu, kamu pasti ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri."
"Jangan khawatir tentang ini, cukup suruh 10 orang kembali untuk mengambil senjata, dan 20 sisanya akan mengawasiku."
Husten Huo tertawa. Ide ini lumayan bagus, baiklah kalau begitu.
10 orang kembali untuk mengambil senjata, dan 20 yang lainnya tetap mengepung Reza Qiao.
Reza Qiao mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya dengan penuh semangat.
10 orang yang kembali tadi segera datang lagi, dan membagikan senjata pada tim bela diri, senjatanya terdapat tongkat besi, pedang besar, nunchakus, dan tombak.
Mereka mulai memainkan senjata yang mereka pegang dengan penuh semangat.
Dan seorang guru lewat: "Hei, apa yang kalian lakukan?"
Husten Huo buru-buru berkata, "Guru, tim seni bela diri sedang berlatih."
Semua orang mengangguk, "Ya, benar, guru, kami sedang berlatih."
Ketika Tary Jiang hendak berbicara tiba-tiba Reza Qiao menatapnya.
Tary Jiang ragu-ragu dan tidak mengatakan apa-apa.
Guru itu mengangguk dan pergi.
Dengan adanya senjata, Husten Huo dan orang-orangnya menjadi semakin berani, dan mereka yakin akan menang.
Para penonton pemain bola basket menggelengkan kepala.
"Hei, bocah itu sepertinya bakal mampus hari ini."
"Aku tidak tahu bagaimana bocah itu bisa menyinggung Husten Huo ..."
Reza Qiao memandang para anggota tim bela diri: "Ayo, berbaris sebanyak tiga baris, dengarkan aba-abaku, dan bersiaplah untuk latihan."
Husten Huo tercengang, apa yang dilakukan Reza Qiao? Mengapa dia mulai memberi perintah?
Seluruh tim bela diri juga kaget, apa maksud orang ini? Ingin kami tunjukkan kemampuan pedang besar kami?
Husten Huo sadar kembali dan melambaikan tangannya: "Teman-teman, jangan banyak bicara dengannya, ayo maju..."
Para anggota tim seni bela diri bergegas menuju Reza Qiao sambil mengayunkan senjata mereka.
Melihat senjata-senjata besi itu meluncur ke arah Reza Qiao, Tary Jiang menutup matanya dengan ketakutan.
Wajah para penonton pemain bola basket juga berubah.
Reza Qiao terkekeh, tubuhnya mulai bergerak, dan dia berputar cepat di sekitar pengepungan, dan kemudian suara logam yang berjatuhan serta suara teriakan kesakitan mulai terdengar.
Tary Jiang membuka matanya, dan dia terkejut sekaligus senang. Dalam waktu yang singkat, Husten Huo serta 30 anggota tim seni bela diri semuanya berbaring di tanah, dan senjata besi berserakan di tanah.
Ternyata kemampuan bela diri Reza Qiao begitu bagus, tidak heran anggota Geng Qingtian begitu memuja dan menghormatinya.
Melihat Husten Huo dan 30 anggota tim bela diri berbaring ditanah, para pemain bola basket di kerumunan semua tercengang. Sial, orang ini sangat kuat, hanya melihatnya berlari dan berputar disekitar pengepungan, tapi tidak melihat dengan jelas sejak kapan dia menyerang, dalam sekejap begitu banyak orang sudah terbaring.
Reza Qiao bertepuk tangan dan mendengus.
Sekelompok orang ini masih pelajar, sehingga dia sedikit lembut terhadap mereka.
Husten Huo dan para anggota tim seni bela diri mendengar tawa Reza Qiao saja sudah mulai ketakutan, mereka tidak menyangka orang ini begitu kuat.
Reza Qiao mengambil tongkat besi dan mengayunkannya, Husten Huo dan anggota tim bela diri menutupi kepala mereka dengan ketakutan, karena takut tongkat besi di tangan Reza akan mengenai mereka.
Kemudian Reza Qiao melemparkan tongkat besi itu ke tanah.
Semua orang melihat lebih dekat, tongkat besi tebal itu dipelintir hingga berbentuk twist goreng.
Semua orang menarik napas, tenaga dalam bocah ini luar biasa, sangat menakutkan.
Reza Qiao melihat ke arah Husten Huo: "Bocah muda ketiga, apa yang kamu katakan tadi, bersujud 20 kali dan memanggil tuan 20 kali bukan? Baik, ayo, semua bersama-sama, aku akan mematahkan lehernya bagi yang tidak patuh."
Husten Huo dan anggota tim seni bela diri saling memandang, ketakutan, tetapi ragu-ragu.
Wajah Reza Qiao berubah: "Aku akan menghitung sampai 3, 1 ..."
Begitu Reza Qiao mulai menghitung 1, Husten Huo yang ketakutan dan anggota tim seni bela diri tidak ragu lagi sama sekali. Husten Huo memimpin berlutut bersama, bersujud dan berteriak memanggil tuan.
Para penonton pemain bola basket sangat bersemangat, dan mereka semua mengeluarkan ponsel mereka untuk mengambil foto.
Guru yang baru saja lewat kembali lagi dan terkejut melihat adegan ini: "Hei, apa yang kalian lakukan?"
Reza Qiao tersenyum: "Halo guru, tim seni bela diri sedang berlatih kung fu."
“Kung fu? Kenapa aku belum pernah melihat kung fu semacam ini?” Guru itu tertegun.
"Ini adalah jenis kung fu yang baru dikembangkan, Husten Huo mempelajarinya terlebih dahulu, dan kemudian mengajak semua orang untuk berlatih."
“Benarkah?” Guru itu memandang Husten Huo.
Husten Huo merasa sangat menderita, tetapi dia tidak berani mengatakan yang sebenarnya di depan Reza Qiao, jadi dia hanya mengangguk.
Guru itu memandang Tary Jiang yang berdiri di samping dan para penonton pemain bola basket: "Apakah benar?"
Tary Jiang menahan senyumnya dan mengangguk dengan penuh semangat: "Guru, itu benar."
Para penonton pemain bola basket tidak dapat menahan tawa dan berkata, "Ya, guru, kung fu ini sangat unik dan benar-benar baru."
Guru itu ragu. Sungguh lucu melihat mereka bersujud. Dia tidak bisa menahan tawa dan menatap Reza Qiao lagi: "Kamu dari fakultas mana?"
Reza Qiao berkata dengan serius: "Lapor guru saya dari fakultas Jianghu."
"Fakultas Jianghu? Universitas ini tidak memiliki fakultas itu." Guru itu mengerutkan kening.
"Guru pasti baru saja pindah, dan belum tahu banyak tentang fakultas universitas ini.” Kata Reza Qiao.
Guru itu marah: "Omong kosong, aku sudah hampir 20 tahun di Universitas Kota Qing, aku tahu dengan jelas setiap fakultas yang ada di universitas ini. Tidak ada fakultas Jianghu seperti yang kamu katakan."
Reza Qiao mengedipkan mata: "Tidak ada sekarang bukan berarti tidak akan ada kedepannya. Apakah guru tahu bahwa kepala sekolah berencana mendirikan fakultas Jianghu ini?"
"Oh, apa kepala sekolah benar-benar punya rencana ini?"
"Ya, begitu kepala sekolah mendapat rencana ini, akulah yang pertama mendaftar."
"Jadi, sekarang kamu bukan dari fakultas Jianghu?"
Tary Jiang berkata saat ini: "Guru, dia dari fakultas bahasa asing, dan dia akan pindah fakultas."
Reza Qiao tersenyum, karena Tary Jiang bekerja sama dengan baik.
"Benar, Guru, aku berencana untuk pindah ke fakultas Jianghu."
Guru itu mengerti, mengangguk dan berkata: "Bukankah fakultas bahasa asing itu bagus? Mengapa kamu ingin pindah?"
Reza Qiao berkata dengan sedih: "Fakultas bahasa asing isinya wanita semua, mereka membullyku setiap hari, jadi aku memutuskan untuk pindah."
Guru itu tertawa: “Para anak laki-laki ingin sekali masuk ke fakultas bahasa asing, tapi kamu justru ingin pindah dari situ, sepertinya kamu merupakan murid yang baik yang tidak bertujuan dekat dengan wanita.
"Apa yang dikatakan guru benar. Keunikan dariku itu mengincar prestasi bukan wanita cantik.”
"Siapa namamu?"
"Nama saya Erwin Liu."
"Erwin Liu? Apa hubungan antara kamu dan Vincent Liu?"
"Vincent Liu adalah sepupu kelima dari keponakan ketiga paman keduaku.” Omong kosong Reza Qiao.
Tary Jiang menutup mulutnya dan tersenyum.
Guru itu senang, murid bernama Erwin Liu ini sangat lucu.
Guru tersebut tersenyum dan pergi.
Husten Huo memimpin para anggota tim seni bela diri bersujud, berlutut di tanah dan melihat ke arah Reza Qiao.
Novel Terkait
Asisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan