Pejuang Hati - Bab 41 Tunggu Aku!
Kak Soni menggigit Fenny Liu, ia menghisap dan menjilatnya, terkadang lembut, terkadang agak kasar sedikit. Ia tidak berhenti memberikan rangsangan kepada Fenny Liu.
Orang ini terlihat jelas sangat berpengalaman, meski gerakannya kasar, tetapi ia sangat paham bagaimana cara melayani perempuan.
Perlahan-lahan, Fenny Liu sedikit tersiksa. Ia pun mengerutkan alisnya dan menampakkan raut wajah yang tidak nyaman. Jari jemarinya dikepalkan kuat-kuat saat jari Kak Soni dimasukkan ke dalam.
Awalnya ia mengira bahwa rasa sakit yang ia rasakan itu dapat membuat nafsunya berkurang sedikit sehingga dirinya tidak begitu tersiksa......
Namun siapa sangka, rasa sakitnya ini sama sekali tidak memberikan efek pada dirinya, malah membuat hati Fenny Liu semakin kacau, karena ia tahu hari ini ia tidak akan bisa lepas.
Ruang dalam mobil tidak besar, tetapi Kak Soni tidak puas hanya melakukan satu tindakan kecil seperti itu. Karena itu, ia memasukkan belati yang ada di tangannya ke dalam sepatu botnya, lalu menarik kembali celananya. Setelah memastikan Fenny Liu yang tidak mungkin bisa mengambil belati itu secara mendadak, ia langsung menindih tubuh Fenny Liu.
Tangan dan mulutnya digunakan bersamaan, membuat serangannya semakin membabi buta.
“Hmmpphhh!“ Akhirnya, Fenny Liu tak tahan dan mengeluarkan suara karena jari Kak Soni kembali dimasukkan.
Kali ini, ia tidak merasa kesakitan. Licin dan halus, serangan yang berhasil dengan sangat mudah, membuat rasa malu Fenny Liu semakin meluap sehingga reaksi yang diberikannya pun semakin menggila.
“Sialan.“ Kak Soni tiba-tiba berkata kasar, seolah mengeluhkan ruangan yang sedikit sempit sehingga membuatnya tidak bisa memperlihatkan kemampuannya yang sesungguhnya.
Hati Fenny Liu hancur seperti debu, otaknya kosong, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menggigit bibirnya kuat-kuat dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Dengan begitu, barulah ia terlihat tidak begitu murahan!
Mobil masih berjalan dengan kecepatan tinggi, bersamaan dengan penyerangan Kak Soni yang juga tidak pernah berhenti.
Ia tak henti-hentinya mengganti tempat yang bisa diserang. Tak lama kemudian, ia pun menempelkan badannya ke Fenny Liu dan menciumnya secara paksa.
Fenny Liu yang awalnya menggigit bibir kuat-kuat, siapa sangka lawan mainnya malah langsung menjilati giginya, membuat Fenny Liu terkejut hingga membuka mulutnya dan menutupi giginya.
Momen ini juga kebetulan memberi kesempatan bagi Kak Soni, ia menggigit bibir Fenny Liu, selagi ia belum memberikan reaksi, ia langsung memasukkan lidahnya kembali untuk menyerang Fenny Liu.
Sebuah lidah yang sedang bergerak-gerak di dalam mulutnya yang membawa aroma rokok yang sangat menyengat, membuat Fenny Liu merasa jijik dan benci.
Tetapi, rasa jijik dan benci ini bukan berarti tidak ada rasa enak. Fenny Liu pun tidak sempat berpikir lagi, otaknya dibuat geli dan nyaman oleh Kak Soni, hanya saja ia menahan agar tidak berbuat mesum.
“Wah!“
Saat ini, Kak Soni mengeluarkan jarinya kuat-kuat, membuat Fenny Liu berteriak.
Akhirnya, sampailah mereka di tempat tujuan, yaitu sebuah pabrik mebel yang bobrok, sepertinya sudah lama terbengkalai. Gembok yang ada di pintu gerbang sudah lama dirusak oleh seseorang. Mobil pun masuk ke pekarangan dan berhenti di sana.
“Kak Soni, kita sudah sampai!“ Kata Gandi, lalu bergegas mematikan api rokoknya dan turun memutar ke pintu mobil belakang.
Kak Soni malah tidak berniat turun dari mobil, ia lalu memasukkan "benda" yang ada di jarinya ke dalam mulut Fenny Liu secara paksa, lalu badannya ditegakkan dan dimasukkannya secara paksa.
“Ah!”
Kekosongan yang cukup lama hinggap itu pun mendadak hilang, Fenny Liu akhirnya mengeluarkan suara.
Selanjutnya, Kak Soni mulai memasukkan dan mengeluarkan kuat-kuat. "Barangnya" itu tidak jauh berbeda ukurannya dengan milik Martin Su, tetapi barangnya sangat tebal, setiap kali dimasukkan bisa membuat badan Fenny Liu lemas.
Gandi yang melihat bahwa Kak Soni tidak berniat untuk turun dari mobil, langsung kembali masuk ke dalam mobil. Satu tangannya memegang payudara Fenny Liu, dan satu tangan lainnya memegang tangan Fenny Liu dan mengarahkan tangannya ke arah kemaluannya.
Pada saat ini, mana mungkin Fenny Liu masih punya kesadaran. Kedatangan Gandi membuatnya semakin tidak fokus. Tangannya pun langsung ditarik Gandi menuju ke arah celananya.
Suasana di dalam mobil sangat panas dan menggebu-gebu. Belum sempat Fenny Liu memberikan respon, dadanya pun kembali diremas-remas oleh Gandi.
Ia hampir saja ingin menjerit karena ini pertama kalinya ia diserang oleh 2 orang secara bersamaan, ditambah dengan kekosongan yang ia rasakan dalam waktu yang lama, sehingga ia langsung bisa sampai pada titik paling memuaskan.
“Ah!”
Fenny Liu menjerit, satu tangannya menggenggam kuat kemaluan Gandi, kedua kakinya tidak berhenti bergetar, otaknya benar-benar kosong.
Melihat rupa Fenny Liu yang seperti ini, hati Kak Soni pun terpuaskan. Kedua tangannya memegang pergelangan kaki Fenny Liu dan memainkan kemaluannya dengan sekuat tenaga sambil mengatupkan giginya. Kemudian, ia pun berteriak dan menyemburkan cairan sperma ke dalam tubuh Fenny Liu.
Setelah selesai, Kak Soni kembali menusuk-nusukkan "barangnya" dengan kuat hingga membuat Fenny Liu kembali lemas.
“Giliranku, giliranku!” Kata Gandi cepat-cepat setelah melihat Kak Soni sudah selesai.
Kak Soni pun merasa nyaman, ia pun memberikan tempatnya dan pergi melihat isi tas kecil Fenny Liu. Begitu dibuka, hanya ada uang tunai beberapa ratus RMB saja dan sebuah telepon genggam, yang lainnya hanyalah kartu bank dan sejenisnya.
“Sial, hanya bawa uang sebanyak ini saja.” Setelah mengambil seluruh isi dompet Fenny Liu, ia mengambil pula kartu telepon genggamnya, lalu memasukkan telepon itu ke dalam sakunya.
Kemudian, ia kembali melihat Fenny Liu yang sudah ditarik ke luar pintu mobil oleh Gandi. Dengan satu posisi berdiri dan berbaring, mereka pun mulai saling menyerang.
Tubuh Gandi sangat kecil dan kurus, ia berdiri di samping pintu mobil dan sama sekali tidak terbatasi oleh ruangan yang sempit, sedangkan kesadaran Fenny Liu semakin melemah karena sudah terlena oleh kenikmatan yang ia rasakan dari awal tadi. Ia pun meletakkan kedua tangannya untuk melindungi dadanya.
Kak Soni menyipitkan matanya dan menyadari bahwa di tengah-tengah payudara Fenny Liu ada sebuah liontin berlian. Ia pun berjalan ke arahnya.
Setelah mengambil liontin itu, tiba-tiba ia kembali bersemangat. Ia pun naik ke atas dada Fenny Liu dan mengeluarkan lagi kemaluannya, lalu menggesek-gesekkannya di belahan payudaranya.
Dari posisi ini, ia dapat melihat dengan jelas setiap ekspresi yang dikeluarkan oleh Fenny Liu.
……
“Kakak sepupu, cepatlah sedikit. Polisi pun sudah bergerak. Pasti telah terjadi sesuatu pada kakak ipar.“ Kata Marvin Su yang tak henti-hentinya mendesak.
Hati Martin Su kacau balau, tangannya penuh dengan keringat. Ia tak henti-hentinya mengusap celananya untuk mengelap keringat di tangannya.
“Bagaimana kalau aku saja yang menyetir?” Kata Marvin Su melihat kakak sepupunya itu tidak pernah menambah kecepatan dan karena dirinya yang panik sambil mengerutkan alisnya.
Sebenarnya, sifat Martin Su sangat tertutup, ia juga kurang tenaga yang kuat dalam melakukan suatu hal. Alasan kenapa ia bisa mendapatkan prestasi di perusahaan, semuanya karena ia melakukan pekerjaan dengan sangat rajin dan cermat untuk orang lain.
Tetapi, jika menyuruhnya untuk bertarung, keberaniannya pun langsung menciut.
Orang seperti ini biasanya tidak akan melewati kecepatan 60 mil saat berkendara. Meskipun ada di jalan tol, ia juga tidak akan berjalan di lajur mobil paling kiri. Jika bukan merupakan kecepatan yang paling rendah, Marvin Su juga curiga apakah ia juga tidak berani melebihi kecepatan 60 mil saat berkendara di jalan tol?
“Ah, baiklah, kamu yang menyetir saja.“ Hati Martin Su semakin kacau, ia merasa ada hal buruk yang terjadi.
Ia lalu pelan-pelan menghentikan mobil di samping jalan. Marvin Su merasa sedikit kesal, kecepatan menghentikan mobil ini……saat ini sudah sangat terburu-buru, apakah kamu tidak bisa memberanikan diri sedikit?
Tiba-tiba ia merasa Fenny Liu memang pantas bercerai dengan Martin Su! Hatinya pun sekelibat terpikir akan hal itu, lalu Marvin Su bergegas pindah ke posisi pengemudi. Begitu pintu mobil ditutup, ia langsung menginjak gas sampai mentok!
“Kakak ipar, aku datang……”
“Tunggu aku!”
Novel Terkait
Ten Years
VivianInventing A Millionaire
EdisonSang Pendosa
DoniCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoCinta Tak Biasa
SusantiStep by Step
LeksPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)