Asisten Bos Cantik - Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
Setelah berpisah dengan Six Shen, Reza Qiao pergi ke bank dan begitu keluar dia memegang sebuah tas hitam besar di tangannya, lalu berjalan dengan angkuh di jalan.
Six Shen yang diam-diam mengikuti Reza Qiao dari belakang menganggukan kepala, anak ini benar-benar seorang Tuan yang memiliki banyak uang, bisa-bisanya dia menarik begitu banyak uang di bank.
Setelah setengah jam kemudian, Six Shen muncul di satu ruangan kedai teh, dan di depannya duduk seorang pria kuat dengan dua gigi kuning besar di sudut mulutnya.
Dia adalah suppliernya Six Shen, dan semua barang-barangnya berasal dari si Gigi Kuning ini.
Dari sudut keamanan, mereka selalu membuat janji melalui telepon sebelum melakukan transaksi dan kemudian melakukan perbincangan secara tatap muka.
"Pelanggan itu benar-benar sehebat itu?" si Gigi Kuning memandang Six Shen dengan ragu-ragu.
"Sungguh, aku mengikutinya dengan diam-diam, dan melihat dengan mata kepalaku sendiri jika dia menarik uang satu tas besar dari bank." Six Shen memperagakannya.
Si Gigi Kuning mulai tergoda, pelanggan besar seperti itu sangat sulit ditemukan.
Si Gigi Kuning pun merenung, orang ini menginginkan jumlah yang begitu besar, dia sebaiknya harus lebih berhati-hati, kalau sampai tertangkap, dia pasti mati.
Si Gigi Kuning mengkhawatirkan Six Shen tidak becus dalam bertindak, dan pada akhirnya menarik dirinya keluar, berpikir cukup lama dan berkata: "Aku sendiri yang akan melakukan transaksi ini."
Six Shen cemas: "Kamu sendiri yang turun tangan, kalau begitu bagianku pasti tidak ada?"
Si Gigi Kuning menepuk bahu Six Shen: "Jangan khawatir, bagianmu sepeser pun tidak akan berkurang, dan aku akan memasukkannya ke dalam perhitunganmu nanti."
"Mengapa kamu ingin melakukannya sendiri?"
"Demi berjaga-jaga, aku khawatir kamu tertipu oleh siasat anak itu."
"Siasat apa yang bisa menipuku?"
"Aku khawatir anak itu sedang memancingmu."
"Kamu tidak takut dia memancingmu?"
"Tentu saja aku punya cara sendiri." si Gigi Kuning tertawa.
Sore hari, Reza Qiao menerima telepon dari Six Shen, dan mengajaknya bertemu di sebuah restoran nanti malam.
Di malam hari, Reza Qiao pergi ke restoran, dan Six Shen telah memesan beberapa hidangan.
"Penjualan masih belum berhasil, saudara telah berterima kasih kepada pelanggan terlebih dahulu." Kata Reza Qiao sambil tersenyum, dan memandang dengan santai ke si Gigi Kuning yang sedang minum di meja sebelah.
"Pelanggan adalah raja, dan kenalan adalah teman, ke depannya, kita akan menghasilkan banyak uang bersama." Kata Six Shen sambil menuangkan bir.
"Kata-kata ini benar-benar bagus, mari bersulang."
Keduanya minum dengan hangat, dan si Gigi Kuning menguping pembicaraan mereka dari samping.
"Bro, bisnis apa yang sedang kamu lakukan, mengapa kamu bisa begitu kaya?" Six Shen memutar bola matanya.
"Aku tidak perlu melakukan bisnis apapun, ada beberapa tambang batu bara yang dimiliki keluargaku." Kata Reza Qiao dengan sedikit mabuk.
Gila, tak heran kamu begitu kaya, ternyata kamu generasi kedua orang kayanya tambang batu bara. Si Gigi Kuning diam-diam mengangguk.
"Keluargamu yang memiliki begitu banyak uang, untuk apa kamu masih ingin melakukan perdagangan barang ini?" tanya Six Shen lagi.
"Hei, sekarang harga batu bara turun sekali, harus membayar denda jika menambang batu bara, saat ini keluargaku mengontrol uang sakuku, dengan melakukan perdagangan ini, uang yang bisa didapat juga sangat cepat." Reza Qiao melambaikan tangannya.
"Ya, itu benar, tapi itu sangat beresiko."
"Bagaimana kamu bisa menghasilkan banyak uang tanpa mengambil resiko? Apakah menurutmu begitu mudah menghasilkan uang dengan menambang batu bara? Satu kali bencana pertambangan saja bisa membuatmu bangkrut."
"Apa yang dikatakan dirimu itu benar, memang orang pembisnis besar."
"Aku lihat kamu juga orang yang jujur, ke depannya jika ada kekayaan mari hasilkan bersama."
"Bro yang cukup menarik, aku akan mentraktirmu pergi ke pemandian untuk menyegarkan diri setelah minum."
"Bagaimana bisa, kamu bahkan telah mentraktirku minum, aku saja yang mentraktirmu ke pusat pemandian, aku akan mengatur dua wanita cantik untukmu untuk bersenang-senang."
"Bro, tidak kelihatan jika kamu juga memiliki hobi ini."
"Bagaimana kita bisa menjadi saudara tanpa hobi yang sama?"
"Benar, benar, kita akan menjadi saudara mulai sekarang …."
Setelah makan dan minum dengan puas, Reza Qiao dan Six Shen pergi ke pusat pemandian dan membuka dua kamar single setelah mandi.
Reza Qiao membayar tagihannya, dan Six Shen tanpa sungkan memesan dua wanita cantik, lalu masuk ke dalam dengan kedua wanita cantik di kanan kiri nya.
Reza Qiao melihat Six Shen dan wanita cantik itu telah masuk ke dalam ruangan, dia tertawa dan berkata pada dirinya sendiri: "Bajingan, aku akan dua kali lipat lebih banyak darimu."
Si Gigi Kuning yang bersembunyi di kegelapan mendengar kata-kata Reza Qiao ini, gila, anak ini nafsunya besar sekali, dia ingin memesan empat wanita cantik.
Ternyata Reza Qiao benar-benar memesan empat wanita cantik, dan setelah masuk ke dalam, dia menendang pintu kamar: "Kemarilah, wanita-wanita cantik, temani tuan muda bersenang-senang …."
Si Gigi Kuning diam-diam mendekati pintu, lalu mendengar tawa samar wanita dari dalam, dan suara Reza Qiao: "Wanita-wanita cantik, siapa di antara kalian yang paling besar? Tuan muda ingin melihatnya …."
Sekujur tubuh si Gigi Kuning bergoyang, anak ini seorang playboy, bukan seorang penipu, seorang penipu tidak akan melakukan hal ini.
Si Gigi Kuning mengangguk dan pergi dengan tenang.
Di dalam ruangan, Reza Qiao bermain kartu bersama empat wanita cantik.
"Tuan muda, kami semua lebih besar dari kamu."
"Siapa di antara kalian yang paling besar? Aku ingin melihatnya ….
Setelah memainkan kartu untuk waktu yang lama, Reza Qiao menguap: "Aku mengantuk, kalian semua kembali saja."
"Tuan muda masih belum melakukannya?"
"Melakukan hantu? Tuan muda memberi kalian uang dua kali lipat, aku mengantuk, aku ingin tidur."
"Tuan muda, kamu akan sangat rugi jika tidak melakukannya." Para wanita cantik itu sangat bahagia.
"Mengapa aku rugi? Kalian empat induk harimau tidak menghabisiku? Aku baru akan rugi jika aku melakukannya, kalian ingin menipuku, aku tidak akan tergoda."
Para wanita cantik itu saling memandang, ternyata tuan muda ini orang yang bodoh.
Para wanita cantik itu mengambil uang dan pergi dengan bahagia.
Dan Reza Qiao langsung tertidur.
Keesokan paginya, Reza Qiao mengantarkan Rini Liu ke perusahaan.
Di tengah perjalanan, ponsel Reza Qiao berdering, ketika melihat ternyata itu panggilan dari Tina Jiang.
"Kak Tina, ada perintah apa?"
Rini Liu mengerutkan bibirnya, tidak memanggil Kak polisi cantik lagi, dan sudah memanggil Kak Tina, ada hubungan.
"Reza Qiao, bagaimana jika hari ini melakukan sekali lagi?" kata Tina Jiang.
"Kamu ingin melakukannya sekali lagi, boleh juga."
Rini Liu pusing, bisa-bisanya Tina berinisiatif untuk mencari Reza Qiao, dan ingin melakukan sekali lagi, sepertinya dia telah kecanduan.
"Siang hari bolong, jangan melakukan di dalam mobil, bagaimana jika mengganti tempat?"
"Baiklah, kalau memang tidak ingin di dalam mobil, kamu boleh mencari tempat."
Wajah Rini Liu panas, Tina Jiang masih bermain trik.
"Begini saja, nanti aku akan pergi ke hotel dekat perusahaan kalian untuk membuka kamar, dengan begini jika Rini akan keluar, kamu juga bisa kembali tepat waktu, dan tidak menunda pekerjaan."
Reza Qiao tertawa: "Kak Tina sangat bijaksana, tidak masalah."
"Kalau begitu jika aku sudah selesai membuka kamar, aku akan mengirim pesan untuk memberitahumu nanti."
"Baiklah."
Reza Qiao meletakkan ponselnya dan lanjut mengemudi, wajahnya penuh dengan senyuman.
Rini Liu tidak dapat menahannya lagi: "Aku bilang, apa yang ingin kalian lakukan?"
Reza Qiao melirik Rini Liu sekilas: "Tanyakan saja pada Tina."
"Aku bertanya padamu."
"Tidak bisa dikatakan."
"Huh, kalian pasti melakukan hal buruk."
"Rini, kamu salah, kami melakukan hal baik."
"Bohong."
"Percaya atau tidak itu terserah padamu."
Ketika tiba di perusahaan, Rini Liu turun dari mobil dan berjalan menuju lobi, Reza Qiao mengeluarkan ponselnya untuk membaca pesan, lalu berjalan keluar dari perusahaan.
Rini Liu menjadi lebih perhatian, dia pun kembali lagi, dan diam-diam mengikuti Reza Qiao dari belakang, untuk melihat apa yang akan dia lakukan dengan Tina.
Reza Qiao berjalan sambil berkata dengan keras: "Ya, kamar 212, sudah ingat."
Rini Liu telah mendengar, 212.
Reza Qiao masuk ke dalam hotel yang berada di samping perusahaan.
Tidak lama kemudian, Rini Liu juga masuk ke dalam hotel, dan langsung menuju kamar 212, lalu diam-diam menempelkan telinganya ke celah pintu.
"Jangan bertele-tele lagi, cepat lepaskan." Suara Reza Qiao.
"Kamu matikan lampunya, aku sedikit malu." Tina Jiang menjawab dengan suara malu.
"Tutup saja tirainya sudah cukup, untuk apa matikan lampu?"
"Tidak bisa, tetap harus matikan lampu."
"Kalau begitu matikan lampu utama saja, lampu samping tempat tidur dinyalakan, kalau tidak, aku tidak bisa melihat apa-apa."
"Ya, kalau begitu terserah kamu …."
Jantung kecil Rini Liu bergetar, brengsek, bahkan sudah sampai ke tahap ini, Tina masih menolak untuk mengakui jika ada hubungan.
"Mari kita mulai …." Suara Tina Jiang.
"Baik, kali ini bisa lebih lama."
"Ya, aku suka waktu yang lebih lama …."
Rini Liu tidak tahan mendengarnya lagi, dan langsung meninggalkan hotel.
Ketika Rini Liu baru masuk ke lobi perusahaan, dia bertemu Milan.
"Direktur Liu, mengapa wajahmu sangat merah di pagi hari?"
"Memalukan."
"Direktur Liu, kamu memalukan apa?" Milan tidak mengerti.
"Tidak bisa dijelaskan dengan satu dua kalimat." Rini Liu menghela napas.
Melihat Rini Liu yang kehilangan akal, Milan tidak bisa mengerti untuk waktu yang lama.
Tiga puluh menit kemudian, Tina Jiang mengenakan pakaian, wajahnya memerah, dan berkata dengan gembira: "Reza Qiao, luar biasa, kali ini jauh lebih besar."
Reza Qiao membuka tirai: "Kamu membuka kamar di samping perusahaan, apakah kamu tidak takut jika Rini diam-diam menguping?"
"Rini tidak akan mengetahuinya."
"Saat kamu meneleponku, Rini sedang duduk di dalam mobil."
"Juga tidak apa-apa, kita juga tidak melakukan apa-apa."
"Jika dia mengira kita telah melakukan sesuatu, maka kepolosanku akan hancur." Reza Qiao mencemberutkan wajah.
"Kalau begitu harus bagaimana?" Tina Jiang kehilangan ide dalam sesaat.
"Karena Rini telah mengakui bahwa kita telah melakukan sesuatu, kalau begitu kita sekaligus melakukannya saja, bagaimana menurutmu?" Reza Qiao mengedipkan mata.
Tina Jiang malu: "Tidak boleh, jangan pikirkan itu."
"Kalau begitu kamu pergi untuk mengembalikan kepolosanku kepada Rini."
"Bagaimana aku mengembalikannya?"
"Katakan yang sejujurnya saja."
"Tidak bisa, tidak bisa membiarkan Rini tahu bahwa milikku diperbesar dengan tanganmu, itu sangat memalukan."
"Lalu bagaimana kamu menjelaskan masalah tubuhmu yang membesar itu kepada Rini?"
"Aku bilang pertumbuhan yang terlambat."
"Hei, pertumbuhan terlambatmu ini juga terlalu terlambat, dorongan itu pun terlalu hebat."
Tina Jiang tertawa: "Dari sudut pandang fisiologis, ini adalah hal normal."
"Baiklah, itu normal." Reza Qiao mengangguk, "Kak Tina, ada kesempatan untuk memberikan kontribusi lagi, apakah kamu menginginkannya?"
Tina Jiang menjadi bersemangat: "Tentu saja ingin, kesempatan apa?"
"Apakah kamu tahu tentang Ayah Milan yang mengisap barang itu?"
"Aku tahu, aku yang menghubungi tempat pusat rehabilitasi ketika Ayahnya Milan pergi ke sana."
"Kalau begitu, apa kamu tahu dari mana Ayah Milan membeli barang-barang itu?"
Tina Jiang menggelengkan kepalanya.
"Apakah kamu ingin tahu?"
"Ya, kamu mengetahuinya?"
"Benar."
"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"
"Hari itu ketika aku minum bersama beberapa gangster di Distrik Kota Tua, lalu mengenal seorang pria bernama Six Shen, dia mengatakan sesuatu ketika mabuk, ternyata Ayahnya Milan membeli barang dari dia."
"Bagus sekali, aku akan menangkap Six Shen." Kata Tina Jiang dengan gembira.
"Jangan terlalu terburu-buru, Six Shen hanya orang di tingkat yang paling rendah, dia pasti masih memiliki kepala, dan semua barang didapat dari kepala itu."
"Oh, maksudmu, menangkap kepalanya Six Shen, lalu …." Tina Jiang semakin bahagia.
"Ya, maka kamu akan memberikan sebuah kontribusi besar lagi." Kata Reza Qiao sambil tertawa.
"Tapi, bagaimana bisa menangkap kepalanya Six Shen?" Tina Jiang mengerutkan kening.
"Benar, kepalanya terus bersembunyi, dan tidak akan muncul dengan mudah." Reza Qiao juga mengerutkan kening.
Tina Jiang memutar bola matanya dan mendapat ide.
"Reza Qiao, aku punya cara, kamu pergi bertemu dengan Six Shen, lalu mengatakan jika kamu ingin membeli banyak barang-barang itu, Six Shen tidak memiliki banyak barang di tangannya, dan kemudian dia pasti akan pergi mencari kepalanya, lalu kamu mengambil kesempatan untuk menarik kepalanya keluar."
"Maksudmu biarkan aku jadi umpannya?"
"Iya."
"Pengedar narkoba adalah penjahat, jika aku sampai ketahuan, aku pasti mati, aku benar-benar takut." Reza Qiao tampak ketakutan.
Novel Terkait
Menantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiIstri Yang Sombong
JessicaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAku bukan menantu sampah
Stiw boyCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinIstri kontrakku
RasudinMenunggumu Kembali
NovanAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan