Asisten Bos Cantik - Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
Reza Qiao mereka menaiki bus pengangkut, ketika supir hendak menjalankan bus, tiba-tiba ada seorang penumpang yang berteriak bahwa ponselnya tertinggal di dalam pesawat.
Supir menoleh menatap penumpang itu, “Cepat kamu cari ke pesawat, aku akan menunggu.”
Penumpang itu turun dari bus dan naik ke atas pesawat lagi.
Penumpang itu pergi lama sekali, semua orang yang menunggu di dalam bus pun menjadi kesal.
Si gemuk diam-diam merasa girang, saat ini orang yang dia panggil berada tak jauh dari bandara, mempunyai waktu yang cukup untuk datang kemari.
Sesaat kemudian, barulah penumpang itu menaiki bus dengan ponsel di tangannya, dia meminta maaf kepada semua orang, lalu supir menjalankan bus.
Setelah bus berhenti, semua orang turun dari bus, lalu bergegas menuju pintu keluar.
Winny Xu berkata sambil tersenyum melihat tampang si gemuk yang tergesa-gesa, “Little Reza, si gemuk sudah kabur karena takut kamu akan meminta bayaran atas susu yang tumpah di atas pesawat tadi.”
Milan berkata, “Apakah perlu seperti ini? Dia pasti memiliki urusan mendesak.”
Willy Xu mendengus, “Lihat saja nanti, ada orang yang akan sial.”
“Apa maksud perkataan Direktur Xu ini?”
“Bukankah masalah sudah terlihat dengan jelas, Reza Qiao menyiramnya dengan susu panas, dan sebaliknya menyalahkan dia, dia pasti pergi mencari orang untuk memberesi Reza Qiao.”
Reza Qiao menatap Willy Xu dengan perasaan takut, “Apakah benar yang kamu katakan?”
“Tentu saja benar, jika tidak percaya, coba lihat saja apakah kamu dapat melangkah keluar dari pintu keluar.” ujar Willy Xu dengan girang, dia ingin sekali melihat Reza Qiao dipermalukan.
Reza Qiao mengangguk, “Oh, kalau begitu coba lihat saja.”
Rini Liu merasa khawatir, jangan-jangan benar seperti itu?
Mereka semua berjalan menuju pintu keluar, Reza Qiao berkata kepada Willy Xu sambil berjalan, “Direktur Xu, jika benar seperti yang kamu katakan, si gemuk memanggil orang untuk menaboki aku di pintu keluar, kamu tidak boleh menyaksikan di samping yah.”
“Masalah yang kamu buat sendiri, apa hubungannya denganku, aku tidak akan urus.” kata Willy Xu dengan dingin.
“Kita semua adalah satu rombongan, kamu bukan pria sejati jika hanya menyaksikan dan tidak menolong.”
“Tentu saja aku adalah pria sejati, hanya saja aku malas untuk mengurus masalah kamu si pria kecil ini, kalau begitu jangan mencari masalah dengan orang lain, sekarang sudah merasa takut, ke mana kamu di awal?” sindir Willy Xu.
Reza Qiao menatap Rini Liu, “Bos, lihat perkataan Direktur Xu ini, sama sekali tidak memiliki rasa simpati, rekan apa-apaan ini, jika kamu yang bertemu dengan bahaya, dia pasti sudah kabur.”
Rini Liu memelototi Willy Xu.
Willy Xu bergegas berkata, “Rini, jika kamu yang bertemu dengan bahaya, aku pasti akan menyelamatkan kamu dengan nyawaku, jangan mendengar provokasi dari Reza Qiao.”
Rini Liu berkata dengan dingin, “Direktur Xu, belum sampai di pintu keluar, juga belum tahu apakah si gemuk akan mencari masalah dengan Reza Qiao, kamu sudah tidak sabar berharap Reza Qiao ditaboki orang lain, kamu ini berdarah dingin sekali, sama sekali tidak ada semangat tolong-menolong, apakah kamu lupa, jika bukan karena rezeki Reza Qiao, kita sudah mati dua kali di Kota Macau. Penampilanmu saat ini, benar-benar mendinginkan hati orang, aku tidak berharap mengandalkanmu ketika bertemu dengan bahaya!”
Raut wajah Willy Xu berubah-ubah antara warna putih dan merah, dia merasa sangat canggung.
Winny Xu berkata, “Little Reza, jika ada yang berani mencari masalah denganmu, aku akan melindungimu, dengan aku berdiri kekar dan berteriak di sana, mereka pasti akan merebah.”
Mereka semua tertawa, lalu Berty He berkata, “Asisten Qiao, lihat, wanita menyelamatkan pahlawan.”
Milan berkata, “Di bandara ada petugas keamanan, mereka tidak berani berbuat sembrono.”
Rini Liu mengangguk dan menatap Reza Qiao, “Kita semua bersama-sama, langsung lapor polisi jika ada yang berani mencari masalah.”
Willy Xu mengikuti di belakang dan diam tak bersuara.
Ketika hampir tiba di pintu keluar, Winny Xu yang bermata jeli langsung menunjuk ke depan, “Lihat, si gemuk.”
Mereka semua melihat ke depan, benar saja, si gemuk sedang berdiri di pintu keluar dengan beberapa orang di sisinya, sedang menatap ke arah mereka dengan ganas.
Rini Liu gelisah, kelihatannya situasi tidak begitu baik.
Willy Xu tersenyum dingin, tebakannya benar, orang-orang itu jelas dipanggil oleh si gemuk untuk memberesi Reza Qiao, hari ini Reza Qiao akan sial.
Reza Qiao tersenyum ketika melihat beberapa orang di sisi si gemuk dengan jelas, “Tidak apa-apa, tidak apa-apa, para cantik berjalan ke depan dengan gagah berani, berjalan ke depan, jangan berbalik….”
Sambil berkata, Reza Qiao bermain mata dengan Berty He.
Berty He paham, dia mempercepat langkahnya menuju pintu keluar, ketika tiba di pintu keluar, dia mengangguk kepada pemimpin di sisi si gemuk, lalu memberinya isyarat mata dan gestur tangan secara diam-diam.
Pemimpin tertegun, keparat, ternyata si gemuk memanggilnya kemari untuk memberesi Bos Reza, luar biasa sekali, apakah si gemuk sudah tidak ingin hidup lagi?
Ketika Reza Qiao mereka tiba di pintu keluar, si gemuk mendekat kepada Pemimpin, “Lihat tidak, itu dia si bocah itu.”
Rini Liu, Milan, dan Winny Xu pun menjadi gelisah, gawat, situasi ini benar-benar tidak baik.
Sementara Willy Xu sedang berbahagia atas kemalangan Reza Qiao.
Pemimpin sepertinya sama sekali tidak mendengar perkataan si gemuk, sepertinya sama sekali tidak melihat Reza Qiao yang dekat di mata, matanya memandang ke arah lain sambil bergumam, “Eh, kenapa orang yang kita jemput masih belum sampai….”
Mendengar perkataan ini, Rini Liu merasa lega, ternyata mereka datang untuk menjemput orang, bukan orang yang dipanggil si gemuk untuk menaboki Reza Qiao.
Willy Xu mengedipkan mata, apakah dirinya salah menebak?
Si gemuk membelalak, dia memelototi Pemimpin, lalu melihat begitu saja Reza Qiao mereka berjalan keluar dengan santai.
Setelah keluar, mereka semua menaiki mobil yang diutus perusahaan, dan langsung melesat ke arah perkotaan.
“Aduh, ternyata hanya kejutan belaka.” ujar Winny Xu.
“Apakah Direktur Xu merasa sangat disayangkan?” Rini Liu menatap Willy Xu.
Willy Xu tersenyum canggung, dia bergegas menggeleng kepala, “Tidak, tidak, aku sedang mengkhawatirkan keselamatan Reza Qiao, sama sekali tidak memiliki niat jahat.”
Rini Liu mendengus.
Melihat Rini Liu tidak senang, Willy Xu menjadi gelisah.
Reza Qiao mendekap dada, “Aduh, kaget sekali, tadi ketika berjalan keluar, kedua kakiku pun tidak bisa digerakkan, aku takut sekali, mohon dihibur, siapa yang memelukku.”
Reza Qiao menatap dengan berharap kepada Milan yang duduk di sebelahnya, semua bulu kuduk Milan berdiri.
“Kak Lan, peluk….” kata Winny Xu di belakang.
“Tidak!” ujar Milan.
“Karena Kak Lan tidak bersedia, maka aku selesaikan sendiri saja.” Reza Qiao mendesah, lalu bermain mata kepada Milan.
Mendengar Reza Qiao berkata seperti itu, dan melihat tatapan Reza Qiao yang tidak membawa niat baik, dalam hati Milan terasa tidak nyaman.
Pada saat ini, di sebuah pelosok di luar bandara, si gemuk sedang ditahan di tanah dan ditaboki dengan ganas oleh beberapa orang….
Malam telah tiba, dan kegelapan menyelimuti tanah Kota Qing.
Reza Qiao sedang berdiri di lantai atap dari markas besar Gang Qingtian, dia sedang merenung sambil merokok sambil menikmati langit malam.
Angin malam berhembus pelan, di malam seperti ini, bisa tidak memikirkan masalah-masalah yang rumit itu untuk sementara waktu, bisa merokok sambil menikmati langit malam ini dengan hening.
Menatap pada langit yang gelap, Reza Qiao teringat akan Guru-nya, teringat akan hal-hal yang dia alami setelah meninggalkan pulau….
Seseorang hidup di dunia ini, yang paling penting adalah hidup dengan bahagia, bersantai, dan berterus terang. Namun jika seseorang benar-benar ingin melaksanakannya, itu memang tidak mudah. Di dunia ini ada banyak sekali orang baik, tetapi orang jahat juga tidak sediit, dalam keadaan seperti ini, Guru pun berpesan kepadanya untuk harus lebih berwaspada di luar sana.
Tidak tahu apakah sekarang Guru baik-baik saja.
“Bos Reza.” Terdengar suara yang berhati-hati dari belakang.
Reza Qiao menarik kembali pikirannya, lalu berbalik badan, dia melihat Beni Ouyang, Patrick Peng, dan Berty He sedang berdiri di hadapannya.
Reza Qiao menatap Patrick Peng dengan ekspresi dingin, dan diam tak bersuara.
Menghadapi tatapan Reza Qiao yang dingin, Patrick Peng merasa gugup, teringat akan masalah di bandara tadi pagi, dahinya penuh dengan keringat.
Reza Qiao tidak berbicara, Beni Ouyang juga tidak berani bersuara, serta Berty He juga berdiri di samping dan tidak mengucapkan sepatah kata.
Setelah keheningan sesaat yang canggung, Patrick Peng tidak tahan dan berkata, “Bos Reza, masalah tadi pagi, benar-benar adalah kesalahpahaman yang amat besar.”
“Kesalahpahaman?” Reza Qiao tersenyum, “Ketua Peng, jika yang ditemui bukan aku, apakah kamu akan membawa orang untuk beraksi?”
Patrick Peng menyeka keringat di dahinya, dia merasa sangat canggung.
“Apa hubungan antara si gemuk dan kamu?” tanya Reza Qiao.
“Dia adalah kenalan masa kecilku.”
“Oh, kenalan masa kecil.” Reza Qiao mengangguk, dia berjalan mondar-mandir, lalu berhenti, “Ketua Peng, beraksi demi kenalan masa kecil, kamu sangat menjunjung pertemanan juga.”
Sebelumnya Reza Qiao selalu memanggil Patrick Peng sebagai Kakak Peng, tetapi sekarang dia hanya memanggilnya sebagai Ketua Peng, Patrick Peng pun merasa takut.
Reza Qiao meneruskan, “Ketua Peng, ketika si gemuk mencari bantuan padamu, bagaimana dia mengatakannya?”
“Dia berkata ada… ada seseorang yang mencari masalah dengannya di pesawat, menuangkan segelas susu panas ke atas kepalanya, dia menyuruhku membawa orang ke bandara untuk membantunya mengeluarkan emosi!” ujar Patrick Peng dengan taat.
“Maka kamu membawa orang ke sana, ingin beraksi besar-besaran di bandara, dan memberiku pelajaran, benarkah?”
“Bos Reza, aku tidak berani, aku tidak berani, benar-benar tidak terpikirkan olehku, ternyata dia mencari masalah dengan Bos Reza!” ujar Patrick Peng dengan takut.
“Sekarang kamu berkata dia mencari masalah denganku, tetapi jika bukan aku yang berjalan keluar dari bandara, apakah kamu masih akan berkata seperti ini?” tanya Reza Qiao dengan lantang.
Patrick Peng tidak berani berbicara lagi.
“Apakah kamu tahu mengapa aku menuangkan segelas susu panas ke atas kepala si gemuk di pesawat? Karena dia tidak berniat baik dan mengusik pramugari, karena dia menatap wanitaku dengan tidak berniat baik.” Reza Qiao menatap Patrick Peng dengan dingin, “Tanpa menanyakan seluk-beluknya, kamu dengan mudah mempercayai perkataan kenalan masa kecil kamu karena menjunjung pertemanan, mengira bisa bertindak sewenang-wenang dan menaklukkan segalanya dengan tinju karena memiliki beberapa jagoan di bawah pimpinanmu, kamu sungguh pahlawan sekali.”
Nada bicara Reza Qiao membawa cemooh.
Keringat di dahi Patrick Peng bertambah banyak, “Bos Reza, sungguh maaf sekali, si gemuk benar-benar pantas untuk mati, beraninya dia mencari masalah dengan Bos Reza, setelah Bos Reza meninggalkan bandara, aku sudah memberi pelajaran kepada si gemuk.”
“Semua ini tidak penting, kamu membawa orang untuk berbuat onar ke bandara, telah mendapat persetujuan dari siapa? Apakah kamu tahu?” Reza Qiao menatap Beni Ouyang.
Beni Ouyang bergegas menggeleng kepala.
Reza Qiao meneruskan, “Membawa orang melancarkan aksi tanpa mendapat persetujuan dari Ketua Gang, Ketua Peng, apakah kamu mengira bandara adalah milikmu? Apakah kamu mengira bandara adalah dunia kekuasaanmu? Apakah kamu tahu tempat seperti apa bandara itu? Apakah kamu tahu dengan berbuat onar di bandara, seberapa besar pengaruh negatifnya kepada Gang Qingtian? Apakah kamu mengira setelah kamu berbuat onar di bandara, Gang Qingtian akan membantumu membereskan ekor masalah?
Apakah kamu sudah lupa dengan peraturan Gang Qingtian yang aku tetapkan pada sebelumnya? Apakah kamu sudah lupa dengan identitasmu sendiri? Apakah kamu sudah lupa kamu adalah Wakil Ketua Gang Qingtian, adalah Ketua dari Aula Naga Emas? Demi mengeluarkan emosi untuk kenalan masa kecilmu, kamu pun berani mengabaikan peraturan Gang Qingtian, berani membawa orang ke bandara dengan membelakangi Ketua Gang, tanpa melalui pemeriksaan, kamu mempercayai perkataan sepihak dan ingin berbuat onar. Ketua Peng, dalam matamu, apakah keuntungan Gang Qingtian yang lebih penting, atau pertemanan dengan kenalan masa kecilmu yang lebih penting?”
“Keuntungan Gang Qingtian yang lebih penting, Bos Reza, aku telah bersalah, mohon Bos Reza hukum.” kata Patrick Peng dengan lesu.
“Hukuman bukanlah tujuanku, aku ingin kamu mengingatnya, harus berpikir dengan matang sebelum bertindak, harus menaati peraturan Gang Qingtian dengan ketat. Mungkin kamu merasa perlakuanku hari ini terhadapmu adalah membesar-besarkan masalah, tetapi jika bukan aku yang berjalan keluar dari bandara pada hari ini, kamu pasti sudah melukai orang dan berbuat onar di bandara. Kamu tidak bisa membedakan benar dan salah bukanlah masalah utama, berbuat onar dan menjerat Gang Qingtian merupakan masalah utama. Sekarang adalah masa kritis, Gang Qingtian baru saja memiliki sedikit perkembangan di Kota Qing, tepat adalah waktunya untuk membangun nama baik, tetapi jika terekspos bahwa kamu yang memimpin merusak reputasi Gang Qingtian, bagaimana Gang Qingtian berdiri di Kota Qing? Bagaimana Gang Qingtian bisa mendapatkan perkembangan jangka panjang?”
Novel Terkait
Menunggumu Kembali
NovanThat Night
Star AngelTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniMy Tough Bodyguard
Crystal SongHabis Cerai Nikah Lagi
GibranAku bukan menantu sampah
Stiw boyLove and Trouble
Mimi XuBlooming at that time
White RoseAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan