Asisten Bos Cantik - Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
Pada saat ini, makanan sudah datang, Rini Liu ingin meredakan suasana yang canggung, dia mengankat gelas sambil menatap Willy Xu, “Direktur Xu, demi perkembangan perusahaan kita, mari bersulang.”
Willy Xu mengangkat gelas, dia melihat Reza Qiao yang sedang menatapnya dengan jail, lalu melihat Rini Liu, dalam hatinya terasa sangat pahit.
Yang sedang dipikirkan Reza Qiao saat ini adalah, tidak peduli apakah Rini Liu memiliki pemikiran seperti itu, tidak peduli apakah Willy Xu dan Winny Xu menerimanya atau tidak, karena Perusahaan Foursea ingin menjadi ketua di Kota Qing, karena Perusahaan Foursea ingin menjadi kerajaan bisnis kelas atas di China, maka tidak hanya Perusahaan Young saja, Perusahaan Huo dan Perusahaan Feng juga harus diakuisisi oleh Perusahaan Foursea. Dia hanya mengatakan masa depan yang mutlak ini seolah-olah dengan tidak sengaja, perkataan yang sederhana ini, justru membuat semua orang kaget.
Berpikir demikian, Reza Qiao pun tersenyum.
Melihat senyuman Reza Qiao yang mesum, Rini Liu memelototinya, “Sore nanti ikut aku pergi rapat, tidak boleh sembarangan berbicara.”
“Bos, aku tidak pernah sembarangan berbicara, begitu aku reza Qiao berbicara, selalu bisa memprediksikan masa depan.”
Willy Xu mengerutkan bibir dan menyindir, “Dengan demikian, maka kamu pun adalah Dewa Qiao.”
Reza Qiao mengangguk, “Iya, aku memang adalah Dewa.”
“Little Reza, kamu adalah Dewa, lalu aku apa?” tanya Winny Xu.
“Kamu tentu saja adalah Dewi.”
“Hhmm, bagus, bagus, aku suka menjadi Dewi.” ujar Winny Xu dengan girang.
“Reza Qiao meneruskan, “Sebenarnya dengan aku menjadi Dewa, maka kalian bertiga wanita cantik ini semuanya adalah Dewi.”
“Mengapa?” tanya Milan.
“Wanita dari Dewa, disingkat sebagai Dewi, karena cepat atau lambat kalian pun adalah wanitaku, maka tentu saja bisa menjadi Dewi.” Reza Qiao berkata dengan tidak tahu malu.
Rini Liu, Milan, dan Winny Xu saling bertatapan, ternyata pria ini menganggap Dewi seperti itu.
“Awalnya aku lumayan suka menjadi Dewi, tetapi mendengar Tuan Qiao berkata begitu, lebih baik tidak saja.” ujar Rini Liu.
“Iya, aku juga tidak saja.” kata Milan.
Winny Xu tertawa, “Bagus sekali jika kalian tidak ingin, biar aku saja.”
Reza Qiao berkata sambil tersenyum berseri, “Rini, Kak Lan, sebenarnya menjadi Dewi atau tidak, tidak bisa kalian tentukan sendiri, melainkan aku yang menentukan semuanya.”
Perkataan Reza Qiao ini bossy sekali, Rini Liu menggeleng kepala, kepuasan diri dari pria ini sangat tinggi, pria ini pasti sedang memikirkan taruhan yang sudah dibuat dengannya itu, pria ini pasti mengira dirinya mutlak akan menang, karena sudah pasti menang, maka tentu saja dia dan Milan akan menjadi Dewi dari Dewa Qiao.
Reza Qiao, untuk sementara waktu biarlah kamu menyombongkan diri, hari-hari di mana kamu akan menangis ada di belakang.
Reza Qiao sepertinya bisa memandang menembus ke dalam pikiran hati Rini Liu, dia berkata dengan sungguh-sungguh, “Rini, kuberitahu dengan sangat bertanggung jawab, di tangan aku Reza Qiao, semuanya mungkin terjadi.”
Rini Liu mendengus, “Dewa Qiao, jangankan yang lain, taruhan di antara aku dan kamu, kamu sama sekali tidak memiliki kemungkinan akan menang.”
Milan juga mengangguk, “Benar, Reza Qiao, jika kamu bisa memenangkan taruhan dengan Direktur Liu, tidak perlu kamu katakan, aku sendiri yang akan langsung terjun ke dalam pelukanmu.”
Hehe, nikmat sekali, Reza Qiao tertawa, “Kak Lan, pada saatnya nanti kamu pun tidak perlu ‘self-drawn’ lagi.”
Ekspresi Milan seketika menjadi kaku, keparat, kenapa pria sialan ini tiba-tiba mengucapkan perkataan seperti itu, menjengkelkan sekali.
Reza Qiao meneruskan, “Pada saatnya nanti kita adalah pasangan, bermain Mahjong saja apakah perlu kamu yang turun tangan, masalah ‘self-drawn’ serahkan saja padaku.
Milan merasa lega, sialan, sebentar kaget sebentar terkejut, jantungku ini tidak sanggup lagi.
Winny Xu berkata, “Little Reza, tidak peduli kamu kalah atau menang, aku tetap bersedia menjadi Dewi.”
Reza Qiao mengangguk, lalu dia menatap Willy Xu, “Kakak ipar, bagaimana pendapatmu?”
“Tidak boleh memanggilku kakak ipar, menyebalkan.” Willy Xu membalikkan bola mata.
Reza Qiao menatap Winny Xu, “Winny Xu, tidak asyik sekali, kakakmu tidak menyetujui masalah kita.”
Winny Xu melontarkan tinjuan kepada Willy Xu, “Setuju atau tidak? Kakak ipar.”
Willy Xu tidak dapat mengutarakan kepahitannya, “Kamu yang tentukan masalahmu sendiri saja, aku tidak mengurusnya.”
“Tentu saja kamu tidak bisa mengurusnya, tetapi kamu si Kakak ipar ini sudah mutlak dan tidak akan berubah lagi.” Winny Xu mengerucutkan bibir.
Willy Xu terus mendesah, mempunyai seorang adik ipar yang begitu playboy, serta juga adalah musuh cintanya, apa-apaan semua ini, kacau sekali.
Melihat tampang Willy Xu, Rini Liu merasa iba, mempunyai adik ipar seperti Reza Qiao, kakak ipar ini juga tidaklah mudah.
Pada saat ini, di meja lain di dalam restoran, Hans Huo, Candra Huo, dan Andy Feng sedang menyantap makanan, sambil sewaktu-waktu melirik ke arah Reza Qiao.
Hans Huo menatap Reza Qiao, lalu menatap Andy Feng.
Tidak hanya bagi Geng Liuhe, bagi Gang Kepala Harimau dan Hardy Feng, kedatangan Reza Qiao kali ini ke Kota Macau bersama Rini Liu, merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk menghabisi Reza Qiao. Siasat Geng Liuhe sudah gagal, lalu bagaimana dengan Gang Kepala Harimau dan Hardy Feng? Mungkinkah mereka melewatkan kesempatan yang sangat langka ini? Jika mempunyai aksi, mengapa selama ini tidak ada gerak-gerik yang terlihat? Apakah Andy Feng mengetahuinya?
Melihat Hans Huo sewaktu-waktu menatap dirinya, Andy Feng bertanya, “Tuan muda Hans, mengapa kamu selalu menatapku?”
Hans Huo tersenyum, “Tuan muda Andy, kali ini datang ke Kota Macau, adakah Paman Feng memberikan arahan padamu?”
Andy Feng merasa heran, “Tidak ada, selain berpesan padaku untuk jangan mencari masalah dengan Reza Qiao, tidak ada yang lain lagi.”
Hans Huo mengangguk, dia mengerutkan alis dengan kencang.
“Tuan muda Hans, kenapa menanyakan ini?” Andy Feng tidak paham.
“Hehe, hanya bertanya saja, tidak apa-apa.” Hans Huo tersenyum kering, dia lanjut makan sambil berpikir, Hardy Feng berpesan kepada Andy Feng untuk jangan mencari masalah dengan Reza Qiao, jangan-jangan Hardy Feng memiliki strategi lain, untuk memastikan keselamatan Andy Feng, sekaligus juga untuk menghabisi Reza Qiao?
Jika ingin memastikan keselamatan Andy Feng, tentu harus menyembunyikannya dari Andy Feng, mengantisipasi Reza Qiao menyadari perubahan ekspresi Andy Feng yang janggal.
Hans Huo tidak percaya Hardy Feng akan melewatkan kesempatan bagus ini, namun hari ini rapat sudah akan berakhir, dan besok semuanya akan kembali ke Kota Qing, mengapa Reza Qiao masih duduk di sini dengan baik-baik saja.
Hans Huo pun kebingungan.
Setelah makan, Rini Liu dan Reza Qiao mereka berjalan keluar dari restoran.
“Rini, masih ada sedikit waktu sebelum rapat, kita istirahat siang saja, pergi ke kamarmu atau ke kamarku?” Reza Qiao lumayan senang, tidak peduli ke kamar siapa juga terasa lumayan.
Willy Xu langsung panik begitu mendengar perkataan Reza Qiao, karena Rini Liu meminta Reza Qiao untuk tidak melangkah pergi darinya selangkah pun, maka istirahat siang ini, tentu mereka akan bersama-sama. Dua orang beristirahat bersama ketika hari masih pagi, sungguh menakutkan.
Rini Liu langsung berkata, “Dewa Qiao, aku tidak mengantuk, tidak ingin istirahat siang.”
Hati Willy Xu menjadi tenang.
Reza Qiao menggeleng kepala, “Bos, demi memastikan memiliki semangat untuk rapat di sore hari nanti, aku sarankan lebih baik kamu istriahat siang sebentar saja, berdinas keluar kota, harus memperhatikan kesehatan tubuh.”
“Terima kasih atas kebaikan hatimu, namun aku tetap tidak berencana untuk istirahat siang
“Sebagai Asisten Direktur, aku harus bertanggung jawab terhadap kesehatanmu.” ujar Reza Qiao dengan serius.
“Hanya tidak istirahat siang satu kali saja, apakah kesehatan akan langsung terjadi masalah?” Rini Liu bertanya balik.
“Iya, biasanya masalah selalu muncul pada satu kali yang tidak diperhatikan itu, aku sangat menyarankanmu untuk istirahat siang.” Reza Qiao bersikeras.
“Tidak.” Rini Liu menggeleng kepala.
“Patuhlah dengan baik.”
“Tidak.” Rini Liu menggeleng kepala dengan kuat.
Willy Xu tidak tahan lagi, “Reza Qiao, Rini tidak ingin istirahat siang, kenapa kamu begitu mengotot? Benar-benar menyebalkan.”
Reza Qiao mengernyit, “Direktur Xu, aku sedang berbincang dengan Bos aku, apa urusannya denganmu? Kamu jangan sembarangan ikut campur.”
“Aku tidak sembarangan ikut campur, melainkan tidak tahan melihatnya lagi, jelas-jelas kamu sedang menggunakan alasan istirahat siang untuk mencapai tujuanmu yang tidak bisa diumumkan.” ujar Willy Xu dengan gusar.
“Aku memiliki tujuan yang tidak bisa diumumkan seperti apa?”
“Kamu ingin tidur siang dengan Rini.”
Reza Qiao mengangguk sambil menatap Rini Liu, “Bos, aku dengan baik hati berpikir demi kesehatanmu, tetapi Direktur Xu berpikir melenceng, menurutmu apakah dia tidak bosan?”
Rini Liu menepuk bahu Reza Qiao, “Dewa Qiao, tidak peduli apakah Direktur Xu berpikir melenceng atau tidak, kamu juga jangan harap bisa membuatku istirahat siang, ayo, pergi minum teh ke aula depan.”
Willy Xu mengerutkan bibir terhadap Reza Qiao, “Heng, siasatmu gagal.”
Reza Qiao terkekeh, “Direktur Xu, sebenarnya Rini tahu bahwa kamu berpikir melenceng, demi tidak membiarkan pemikiranmu yang bengkok itu terjadi, barulah dia memutuskan untuk tidak istirahat siang.”
Willy Xu menggeleng kepala, “Omong kosong, kamulah yang bengkok, bukan aku yang bengkok.”
Reza Qiao langsung berkata, “Aku tidak bengkok, kamu yang bengkok.”
Willy Xu bergegas berkata, “Kamu bengkok, aku tidak bengkok.”
Reza Qiao berkata dengan cepat, “Kamu tidak bengkok, aku bengkok.”
Willy Xu merespon dengan semakin cepat, “Aku bengkok, kamu tidak bengkok.”
Reza Qiao langsung menunjuk, “Nah, kamu sendiri sudah mengaku, kamu bengkok, kamu bengkok.”
Willy Xu tertegun, sialan, dijebak oleh Reza Qiao lagi, benar-benar menjengkelkan.
Rini Liu dan Milan, serta Winny Xu pun mengangguk, Willy Xu ingin mengalahkan Reza Qiao, sulit sekali.
Ketika mereka sedang minum teh di aula depan, Hans Huo, Candra Huo, dan Andy Feng berjalan keluar setelah makan.
Winny Xu berkata sambil menatap mereka, “Beberapa hari ini mereka tenang juga.”
Rini Liu mengangguk, benar, ketiga orang itu tidak mencari masalah dengan mereka dalam beberapa hari ini.
Reza Qiao berkata, “Tahukah mengapa mereka bisa menjadi tenang?”
Rini Liu berkata, “Aku tahu, kamu pasti akan berkata bahwa karena ada kamu.”
Reza Qiao memuji, “Tidak heran Rini adalah bos besar, begitu lihai dalam melihat masalah.”
Willy Xu berkata remeh, “Reza Qiao, kamu terlalu menganggap dirimu sendiri.”
Reza Qiao berkata, “Direktur Xu, biarlah mereka saja yang katakan jika kamu tidak terima.”
Winny Xu berkata, “Menurutku perkataan Kak Rini masuk akal juga, Reza Qiao sedang bersama kita, mereka memang sedikit waswas.”
Rini Liu dan Milan juga sependapat.
Melihat mereka semua berpikir seperti itu, Willy Xu tidak berbicara, namun dia tetap tidak terima.
Ketika Hans Huo mereka berjalan lewat, Andy Feng dan Candra Huo tidak menoleh mata, tidak melihat mereka sedikitpun. Sejak awal mereka sudah melihat Reza Qiao duduk di sana, mereka tidak boleh pergi mencari masalah, kalau tidak, mereka hanya akan celaka.
Sebaliknya, Hans Huo tersenyum kepada Reza Qiao mereka.
Karena Hans Huo berinisiatif untuk menyapa, Rini Liu juga mengangguk dengan sopan.
Reza Qiao berteriak kepada mereka sambil melambaikan tangan, “Hei, saudara-saudara, maukah kemari untuk minum teh bersama?”
Rini Liu memelototi Reza Qiao, pria ini selalu mencari masalah, bagaimana jika mereka benar-benar datang kemari? Dirinya tidak ingin minum teh bersama mereka.
Candra Huo dan Andy Feng tidak menghiraukan Reza Qiao, walau mati pun mereka tidak ingin minum teh bersama Reza Qiao.
Hans Huo tersenyum, “Kami masih ada sedikit urusan, kalian saja yang minum teh.”
Setelah selesai berkata, mereka langsung naik ke lantai atas.
Rini Liu merasa lega.
Reza Qiao berkata kepada diri sendiri, “Dengan baik hati mengundang mereka, tetapi tidak memberiku muka.”
“Apakah kamu mengira mukamu begitu besar?” Willy Xu mengerutkan bibir.
“Mukaku tidak besar, kalau begitu Direktur Xu coba saja memanggil mereka, lihat apakah mereka akan datang kemari.”
“Mereka sudah naik ke lantai atas, memanggil apaan.”
“Sebenarnya kalaupun kamu sudah memanggil, mereka juga tidak akan datang kemari.”
“Mengapa?”
“Karena ada aku.” Reza Qiao tersenyum dengan bangga.
Willy Xu membantah, “Mereka sama sekali bukan tidak datang kemari karena kamu.”
“Kalau begitu karena apa?”
“Karena mereka memiliki kesibukan yang harus diurus.”
Rini Liu berkata, “Sebenarnya mereka belum tentu benar-benar memiliki urusan, hanya saja mereka melihat Reza Qiao ada di sini, sehingga tidak kemari, hal ini jelas sekali.”
Reza Qiao tersenyum, sedangkan Willy Xu tidak lagi berbicara.
Ketika di restoran, Reza Qiao terus mengamati Andy Feng, pertimbangan awalnya adalah, Andy Feng terlihat sama seperti biasanya terhadap kedatangan Larry Zhao di kota Macau, ini menjelaskan bahwa Andy Feng benar-benar tidak tahu Larry Zhao datang ke kota Macau.
Dengan kata lain, Larry Zhao datang ke kota Macau, pasti bukan untuk menjemput Andy Feng.
Lalu untuk apakah?
Besok sudah akan meninggalkan Kota Macau, kelihatannya dalam sedikit waktu yang tersisa ini, masih akan terjadi masalah, masalah yang belum tentu kecil.
Awalnya Reza Qiao ingin pergi keluar untuk mencari tahu, namun Rini Liu memberi kekangan padanya, yaitu tidak boleh pergi darinya selangkah pun.
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomBaby, You are so cute
Callie WangAdieu
Shi QiEternal Love
Regina WangGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCutie Mom
AlexiaMy Goddes
Riski saputroAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan