1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 92 Berhati Busuk

Pengelihatanku tidak menjadi tidak jelas karena malam hari, malah sangat jelas.

Kamar ini memang ada keanehan, tidak tahu sejak kapan kemasukan ular, untung aku cepat sadar, sekarang masih ada ular yang sedang menyimpul masuk ke dalam kamar.

Ular-ular ini sering memuntahkan lidahnya padaku, salah satunya ada sebagian yang taring beracunnya tampak diluar, kelihatannya seperti hewan yang sangat beracun.

Ini harus bagaimana.....

Sore hari monster itu dibuat sebagai latihan untukku oleh tiga orang itu, tapi ini ular berbisa loh, siapa tahu ini sengaja dibuat orang jahat itu untukku, atau ini latihan tidak jelas lagi.

Tapi aku juga tidak mood untuk memikirkan ini latihan apalah, ular-ular ini punya bisa yang sangat beracun, lebih baik jaga nyawa dulu.

Menghadapi monster di sore hari, aku masih punya pistol untuk menakuti mereka, tapi ular ini sebaiknya bagaimana ya.

Oh ya, api, alasan kenapa mereka hanya berani melepas ularnya saat malam hari, seharusnya karena ular ini takut api.

Aku langsung mengambil lilin di sampingku dan membakar gorden, lalu mengambilnya dan mengibaskannya ke ular-ular itu.

Ternyata api ini lumayan berguna, ular-ular itu mulai mundur.

Sekarang aku memanfaatkan kesempatan untuk menembak dua kali, dan melukai dua ekor ular, ular yang lain jadi takut melihat kehebatanku, perlahan mulai mundur keluar dari kamar.

Kamar ini pasti sudah tidak bisa ditempati, aku pernah nonton film pertengakaran kerajaan zaman sekarang, mereka pasti meletakan benda yang bisa menarik ular di dalam kamar, atau mereka melakukan hal lainnya.

Tampaknya malam ini tidak akan bisa tidur dengan tenang.

Aku menghel napas, buru-buru mengemas barangku dan berlari keluar kamar, di jalan aku mendengar masih ada suara derikan di sekitar, artinya ular-ular itu belum jauh perginya.

Keluar kamar, diluar juga gelap gulita tidak ada lampu, aku berjalan tanpa tujuan, berencana asal cari tempat dulu untuk melewati malam dengan aman dulu baru dipikirkan lagi.

Tidak tahu sudah berjalan berapa jauh, aku seperti mendengar suara orang yang sedang bisik-bisik, dan lagi pria dan wanita.

Malam begini, mungkin penduduk puncak gunung ini, atau murid-murid mereka.

Lagipula aku baru datang belum lama, tidak tahu apakah ada suatu aturan, mungkin mereka memperbolehkan membawa istri.

Aku tadinya ingin lewat dengan cepat dan tidak mengganggu orang, tapi semakin aku dekat suara perempuan itu semakin bergairah.

Suaranya terus bergema di malam hari, aku merasa heran dia bersuara begitu kencang apa tidak takut mengganggu orang atau mengundang orang untuk mengintip kah.

Akhirnya, aku tetap menghentikan langkahku.

Jujur saja aku sendiripun merasa, tidak tahu sejak kapan, mungkin sejak setelah di pulau terpencil, mungkin juga setelah meniduri wanita cantik seperti Laura.

Aku mulai merasa terus tidak puas, semakin mesum, tetap merasa tidak puas padahal sudah meniduri begitu banyak wanita di desa kecil orang aborigin, selalu merasa di dalam tubuh ada hawa nafsu, bahkan sering membandingkan wanita-wanita yang pernah kutiduri.

Akhirnya, aku tidak bisa menghindar dari godaan, mendekat ke arah itu pelan-pelan, tengkurap di depan pintu dan melihat ke dalam kamar.

Ini lebih baik tidak lihat, begitu dilihat hampir saja membuat diri sendiri tertangkap.

Karena benar-benar sangat mengejutkan, aku bahkan tidak memegang ransel di tanganku, langsung jatuh ke tanah dan mengeluarkan suara canggung yang tidak besar tidak kecil.

Aku langsung mendapat ide untuk pindah keatas atap, hanya saja karena terlalu terburu-buru tidak sempat mengambil ransel.

Orang itu membuka pintu dan melihat ransel, langsung tahu tadi ada orang di depan, tapi melihat ke kanan dan kekiri tidak melihat bayangan orang, malah mengira orang yang mengintip sudah lari jauh, dia telanjang dada, jadi langsung memungut ranselnya dan menutup pintunya.

Melihat diriku sudah aman sementara, aku mengambil napas sebentar dan sementara tidak berani bergerak.

Sudutku ini kebetulan bisa mendengar suara obrolan di dalam kamar, dan samar-samar melihat bayangan orang, pas untuk melihat tempat mereka meletakkan ranselku, supaya setelah ini aku lebih mudah untuk mencurinya.

Pria itu jelas tidak tertarik dengan ranselku, hanya asal melemparnya ke samping dan memeluk wanita itu ingin meneruskan hal yang tadi.

Oh, bukan.....

Alasan aku kaget tadi adalah karena sebutan pria dan wanita biasa sudah tidak bisa mendeskripsikan mereka.

Mereka adalah manusia ular.

Aku baru pertama kali melihat manusia ular kawin, tentu saja takut.

Pokoknya ini adalah sebuah olahraga yang tidak bisa di deskripsikan dan sangat menjijikan, sehingga aku begitu terkejut.

Hanya saja aku sekarang benar-benar tidak tahu harus bicara dengan bahasa seperti apa untuk menggambarkan dan mendeskripsikan hal ini, jadi aku tidak berencana untuk lanjut bilang.

Melihat mereka sangat cepat sudah masuk lagi ke situasi yang bersemangat lagi, aku menuruni atap pelan-pelan dan berencana untuk mencari tempat untuk menetap dulu, besok baru pikirkan soal ransel lagi.

Setelah kelelahan semalaman, sangat cepat langit sudah terang, orang disini semuanya sangat rajin, aku baru agak terlelap sudah mendengar suara latihan yang serentak di luar, dan tahu orang-orang itu pasti sudah mulai latihan bela diri lagi.

Lagipula latihan bela diri mereka juga tidak ada hubungannya denganku, aku berencana lanjut tidur ditemani suara serentak, tapi akhirnya baru merem sebentar sudah mendengar lagi suara orang bicara di depan pintu, semakin lama semakin dekat, jelas sekali ada orang yang sedang berjalan ke tempat aku menetap ini.

“sepuluh buah, kalian lihat apa aku salah bilang, orang yang direkomendasikan Gina, mana mungkin bisa dipercaya, tidak menetap semalam dan langsung kabur.”

“kakak kedua, kamu bantu aku hakimi. Kakak tertua tadi mengocehiku, dia kabur memangnya apa urusannya denganku.”

“kamar pribadi itu apa kamu yang menyuruh Rico untuk menyiapkanya?”

“iya, aku yang suruh, kenapa, aku memberi kamar pribadi untuknya kan juga demi kebaikannya? Mengganggunya kalian tuduh aku, sekarang aku beri dia pelayanan spesial kalian juga mengocehiku, kalian keterlaluan, sebenarnya siapa sih junior kalian!”

Tidak perlu dipikir, pasti tiga manusia ular yang kemarin.

Aku kurang lebih jadi paham begitu mendengar isi pembicaraan mereka.

Ular kemarin pasti si ketiga itu yang mengerjaiku, ingin memaksaku pergi, lalu sekarang aku kabur dan bilang aku sendiri yang kabur, lagipula kalau aku tidak kabur dan mati keracunan dia juga tidak merasa bersalah.

“aku benar tidak mengerti kenapa kakak tertua hari ini menyuruh kita datang ke aula peringatan, orangnya sudah pergi tapi masih seremoninya masih dilaksanakan.....”

Manusia ular itu belum selesai bicara, membuka pintunya langsung melihatku yang duduk diatas lantai, langsung terdiam, tangannya masih pose membuka pintu, mematung di udara.

“lancang sekali! Ngapain kamu disini! Siapa yang memperbolehkamu ke aula peringatan duluan!”

“maaf, kamar yang diatur untukku kemarin malam tiba-tiba kemasukan banyak ular berbisa, karena disana sudah tidak bisa ditempati lagi jadi aku asal cari tempat untuk melewati malam, tidak tahu ini dimana.”

“kamu sembarangan bicara, apa kamu tidak bisa melihat ini adalah aula peringatan? Katakan! Kamu datang kesini berencana untuk mencuri rahasia apa dari Kuil Ninaji kami?”

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu