1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha

Hari kedua saat aku bangun dan ke kamar Yuri, Laura sudah sedang menjaganya, luka di kakinya jelas sangat parah, saking menyakitkannya wajahnya sampai putih pucat.

“kamu dengarkan dia bicara.” Laura mengangkat airnya keluar, aku duduk di samping Yuri, dia mengulurkan tangan dan mencengkramku dengan kencang.

“benaran ada, aku tidak bohong, sebelumnya Filan juga pasti begitu matinya.”

“seperti apa?”

“keseluruhan tubuhnya berwarna hitam abu, sangat besar, melihat angin dan ombak begitu besar ingin kembali, tapi monster itu seperti punya kemampuan untuk membuat angin dan hujan, tiba-tiba sebuah ombak yang besar menghantamku, aku digulung masuk ke dalam air laut, tapi kakiku masih bisa menapak di tanah.”

“saat itu aku teringat kejadian Filan, tidak berani menolehkan kepala dan berlari ke pesisir sekuat tenaga. Lalu, lalu aku melihat monster itu, dia berenang dengan sangat cepat ke arahku, pisau militer swiss juga terseret ke laut dan tertancap tidak jauh.”

“aku dihempaskan oleh ekornya, saat itu sudah di pesisir, pisau militer swiss sangat dekat denganku, aku merangkak untuk menggapai pisaunya, tapi tidak memperhatikan monster di belakangku, dia langsung menggigit pahaku, aku membalikkan kepala dan mengayunkan tangan, sepertinya pisaunya tertusuk tepat di matanya.

Dia kembali ke laut sambil merintih kesakitan, aku menyeret kaki dan merangkak pelan-pelan ke dalam goa tempat tinggal kita yang paling awal, berpikir kalau kalian keluar mencariku mungkin akan mencari ke sana.”

Laura menimba sebaskom air panas lagi dan masuk, kebetulan melihat Yuri sedang memegang tanganku, hanya saja aku membelakangi Laura jadi tidak menyadari sebenarnya dia menatap Yuri sekilas, hanya tahu Yuri langsung melepaskan tanganku begitu melihatnya masuk.

Saat itu aku juga takut Laura salah paham ada sesuatu diantara kami, tapi tidak banyak berpikir.

“kalau seperti yang kamu bilang, dia tidak bisa meninggalkan air, paling piranha. Hanya saja kita tidak dapat memastikan ada berapa banyak piranha, apakah yang melukaimu ini dan yang memakan Filan itu sama.”

“kalau begitu kita harus bagaimana, walaupun ada pistol, tapi peluru di dalamnya hanya tiga, kalau didalam laut banyak piranha kita juga tidak akan bisa melawannya, dan lagi kalau membunuh yang ini, apa sampai waktunya tidak akan membuat yang lainnya marah dan mengundang masalah.”

Setelah melalui perundingan bersama kami memutuskan untuk tidak mengganggu piranha di lau itu sementara waktu, paling lain kali pergi ke pantai saat siang atau lebih jarang ke pantai.

Tapi malam itu kami menyadari kejanggalan, jarak tempat tinggal kami ke pantai lumayan, saat itu demi mempermudah untuk mengambil air dan makanan ke pantai makanya begini.

Saat malam tiba, badai datang dari mana-mana, bahkan kami yang di dalam rumah pun merasakan lantai di bawah kaki sedang berguncang.

“pasti monster itu, pasti monster itu!” Yuri berteriak dengan sangat gelisah.

Aku tahu dia ingin bilang apa, kemarin dia menusuk mata monster itu, mungkin monster itu belum pernah tersiksa seperti ini di pulau terpencil ini, tahu Yuri belum mati jadi mencari cara untuk balas dendam membuat seluruh pulaunya tidak bisa tenang.

“aku rasa lebih baik aku pergi memeriksanya.”

“gila ya kamu, kamu juga dengar kan seberapa besar suara ombaknya, ini cukup untuk membuktikan kehebatan monster itu, untuk apa pergi cari mati!”

“tapi air biasa yang kita gunakan setiap hari itu disaring dari air laut, sekarang tidak ada cara yang lebih bagus lagi, hari ini kamu juga sudah melihatnya, monster ini tidak akan membiarkannya, kita tidak mungkin tidak ke pantai lagi selamanya, lagipula kalau lukanya sembuh kekuatannya pasti tambah besar, bisa-bisa rumah kayu kita ini dihancurkan olehnya.”

Laura masih tidak mau melepaskanku: “tapi tapi, apa harus sekarang perginya?”

Aku duduk lagi diatas sofa, setelah berpikir kalau pergi begini saja memang seperti cari mati, paling tidak harus cari cara.

Siang hari esoknya, kami membawa seekor kambing ke pantai, langsung membunuhnya ditempat dan sengaja menyebarkan darahnya dipantai, hewan itu mencium aroma darah ternyata langsung keluar sebelum matahari terbenam.

Aku tadinya berpikir kalau hantu seperti yang dibilang Yuri seharusnya tidak berani keluar di siang hari, tapi saat dia menunjukkan kepalanya aku menyadari ternyata memang hanya piranha di laut, terdapat di cerita fiksi ilmiah di dalam novel.

Aku dan Laura bersembunyi disamping, melihat ikan itu perlahan menunjukkan tubuhnya.

Matanya masih belum sembuh, walaupun pisau militer swiss sudah lepas tapi lukanya masih sangat jelas.

Kami sengaja melebarkan darah dan dagingnya, sudah menunggu begitu lama pun tidak ada teman lainnya yang muncul, kelihatannya di pantai ini hanya dia piranha yang suka keluar membuat masalah.

Tanganku yang memegang pistol agak gemetar, walaupun sering main game tembak-tembakan, tapi ini baru pertama kalinya memegang pistol asli.

Nanti begitu ada suara pistol pasti akan membocorkan posisi kami, aku takut tidak tepat sasaran jadi tidak terlalu jauh dari piranha itu, kalau tembakan pertama tidak kena dan dia menyerang pasti aku yang mati.

Laura yang disamping melihatku dengan panik, mengisyaratkanku untuk cepat beraksi.

Telapak tanganku berkeringat, setelah menggosok celanaku, aku mengeker piranha itu.

Peluru pertama mengenai ekornya, tapi tidak bisa membunuhnya, dia berteriak kesakitan dan mundur beberapa langkah.

Pistol di tanganku hanya ada tiga peluru jadi tidak berani menyia-nyiakannya, melihatnya bergerak aku tidak menembaknya lagi.

Piranha itu jelas merasakan keberadaanku, dia kembali ke laut membuat semburan yang sangat besar dan menghantamku.

Aku langsung memegang batu tapi tetap saja terpukul terbang oleh semburannya, seiring seretan air laut aku menjadi semakin dekat dengan piranha itu.

Karena sudah begini aku langsung menjadikan diriku sebagai umpan.

Aku berpura-pura mati terkapar diatas tanah, mungkin saja piranha itu akan kembali untuk memakanku tanpa mempedulikan resikonya.

Sesuai perkiraan, ombak datang dari berbagai arah, aku mendengar ada sesuatu yang berenang kearahku, aku mengangkat kepalaku dan melihat Laura sedang berteriak menyuruhku cepat lari dari pantai.

Air laut sesekali melewati tubuhku, aku merasa telingaku kemasukan air sehingga tidak bisa mendengar dengan jelas.

Aku menggigit gigi dan membalikkan tubuh dengan cepat, melihat monster itu sedang membuka mulutnya lebar-lebar.

“dor,dor” dua tembakan.

Satu tembakan masuk ke mulut dan satu lagi mengenai rahang bawahnya, ‘bruk’ monster itu terjatuh di sampingku, darahnya terciprat di seluruh wajahku namun dibersihkan dengan cepat oleh air laut yang datang.

Aku terkapar diatas pantai, merasa seperti baru habis lari maraton, seluruh tubuhku seperti ambruk.

Laura lari kemari dan menyeretku ke pantai, aku membuka mata melihat wajahnya dipenuhi air mata.

“bodoh, kamu nangis apa, yang mati ikannya bukan aku, aku tidak terluka sedikitpun, hebat kan.”

Laura memukulku dan berkata: “kamu benar-benar, tidak mau nyawamu ya! Malah mengantar diri sendiri ke dalam mulut ikan itu!”

“kita, ayo kita cepat pergi, sekarang ikannya sudah mati, tidak ada yang mengganggu kita lagi, huhu.”

Aku melihat perempuan ini nangisnya begitu sedih, mengulurkan tangan mengusap kepalanya, “yasudah jangan nangis lagi, kita tidak pergi dulu, kamu bantu aku berdiri kita pergi lihat piranha itu.”

Sebenarnya sekarang seluruh tubuhku lemas, untung saja tubuhku basah semua karena terendam di air laut, dengan begini bekas ompol karena ketakutan jadi tidak terlihat.

Laura membantuku bangun, melihat darah piranha mati yang tidak berhenti mengalir di pantai, aku langsung menggunakan pisau untuk mebelah perut ikannya.

“ah!” Laura berteriak sambil menutup mulut, lalu memutar badan dan muntah.

Tidak heran refleknya ekstrim, di dalam perut piranha itu ada Filan yang masih belum habis dicerna, hanya saja dagingnya sudah tidak jelas, usus, hati dan lainnya bercampur menjadi satu dengan kacau, tapi bajunya sangat sulit dicerna di dalam perut piranha, sehingga kami mengenalinya dengan mudah kalau itu Filan.

“baiklah, sekarang kita tidak perlu khawatir lagi, hewan ini yang terus membuat keributan di pantai.”

Kalau begitu, ayo, ayo kita cepat pergi.”

“ayo pergi.....”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu