1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 11 Menemukan Anggota Baru

Hesti begitu senang melihat diriku menyadarkan diri. dia segera masuk ke dalam pelukanku sambil berkata.

"baguslah kalau kamu sudah menyadarkan diri, kak Albert, aku sangat khawatir

melihat dirimu yang terus berada dalam kondisi pingsan. kalau aku tidak berlari keluar, kamu juga tidak akan sakit hanya demi menolong aku."

"sudahlah, mari makan, kita bahkan belum mengenalkan member baru kepada kak Albert." kata Laura sambil menarik Hesti keluar dari pelukanku.

aku lalu menatap ke arah Laura dan melihat seorang pria muda yang memiliki rambut pirang dan kulit putih. namun dua hari ini dia merasa kesusahan untuk tinggal di tempat ini, dia bahkan belum bisa membiasakan dirinya dan masih memasang ekspresi wajah yang sedih.

melihat diriku sedang menatapnya, dia pun memaksakan diri untuk tersenyum kepadaku.

"halo, namaku adalah Albert." aku lalu menganggukkan kepala dan berjalan menghampirinya.

"halo, namaku adalah Jesse, aku merupakan relawan dari tim penyelamat."

ketika dia mengatakan itu, aku terpikir kembali akan Laura yang waktu itu menemukan mayat dari anggota tim penyelamat.

setelah itu, dia juga membawa Hesti untuk pergi ke tempat itu. namun yang aneh adalah tempat ditemukannya mayat yang telah kami beri tanda itu tidak lagi kami temukan. untung saja waktu itu aku sempat mengambil KTP dari pakaian anggota penyelamat itu. kalau tidak, aku bahkan merasa kalau diriku sedang berada dalam mimpi.

aku pun segera mengambil KTP yang aku temukan bersama Laura waktu itu.

"ini merupakan tanda pengenal yang kami temukan dari tubuh mayat."

ekspresi wajah Jesse terlihat semakin pucat dan tangannya sedikit gemetaran.

aku menatap Laura dan Hesti dengan sedikit kebingungan: "apakah kalian belum mengatakan ini padanya?"

mereka berdua lalu menggelengkan kepala secara bersamaan.

"tidak sempat, dia datang ke depan rumah dengan tergesa-gesa. dia lalu jatuh pingsan tanpa mengatakan apapun. dua hari ini, aku dan Hesti harus menjada dirimu dan juga dia."

"oh iya, kak Albert, ikan yang kamu sisakan kemarin sudah habis dimakan. kami berdua juga tidak bisa menangkap ikan. namun aku merasa kalau kamu butuh asupan bernutrisi karena kondisi tubuhmu terlihat begitu lemah." kata Hesti dengan sedikit malu.

"tidak apa-apa. lagipula aku sudah sembuh. aku akan pergi menangkap ikan besok."

setelah menenangkan Hesti, aku pun menoleh ke arah Jesse. hal penting yang harus diselesaika sekarang adalah segera mencari tahu informasi tentangnya.

aku memberi aba-aba kepada mereka untuk tidak berbicara dan fokus untuk mendengar perkataan Jesse. bagaimana pun waktu bersama diantara Hesti dan mereka tidaklah lama. oleh karena itu, yang mengerti akan masalah tim penyelamat hanyalah Jesse.

"ini merupakan tanda pengenal ketua tim kami. tim kami terdiri dari 6 orang. 3 dari kami merupakan anggota biasa dan 3 lainnya adalah relawan. kami ditugaskan untuk mencari orang hilang melalui helikopter."

"sebenarnya aku dan ketua timku bisa mendarat di tempat ini karena adanya kerusakan pada helikopter kami. aku tidak terlalu mendalami bidang ini, aku mendengar dari ketua timku kalau kami mengalami gangguan magnet selama penerbangan."

"apakah penyebab kecelakaan pesawat kami juga karena gangguan magnet selama penerbangan?"

Jesse menggelengkan kepalanya, "aku juga tidak mengetahui alasan pastinya, ketika pembagian tugas, aku mendengar kalau penerbangan kalian tidak akan mengalami masalah apapun jika melalui rute perjalanan seperti biasanya. namun pesawat ini sepertinya keluar dari rute yang ada dan menyebabkan hal ini terjadi......"

"anehnya adalah peta kami tidak menunjukkan kalau terdapat pulau di tempat ini. alat pendeteksi kami juga tidak menemukan tempat ini. namun setelah dekat dengan tempat ini, alat pendeteksi yang kami bawa mengalami gangguan. mungkin ada yang salah dengan tempat ini."

setelah mendengar ini, semua orang mulai gemetaran. pulau ini begitu misterius. para anggota tim penyelamat bisa tiba di pulau ini juga karena kecelakaan pesawat.

"apakah kamu tahu bagaimana cara ketua timmu meninggal?"

Jesse menggelengkan kepalanya, "aku juga telah berpisah dengannya sejak awal."

"waktu itu, kami sudah bertemu dengan Hesti dan kami sangat senang setelah mengetahui kalau adanya manusia lain di pulau ini. kami lalu pergi kembali untuk melakukan penelusuran. sebenarnya waktu itu helikopter kami sedang berada dalam kondisi rusak. namun helikopter itu tetap saja bisa digunakan, hanya saja sangat berbahaya."

"waktu itu aku bisa merasakan kalau ketua tim kami sangat tidak ingin ikut terbang bersama kami. oleh karena itu, dia pun menyetujui kami untuk tetap melakukan penelusuran di pulau ini. namun aku tidak pernah menyangka kalau ketua tim bisa meninggal begitu saja."

"kami lalu membangunkan sebuah rumah sementara untuk Hesti dan membuat tanda pada rumah tersebut. namun ketika kami sedang melakukan penyelamatan di tepi pantai pada hari kedua, tiba-tiba sebuah gempa datang dan menyebabkan terjadinya badai. selama hidupku, aku belum pernah merasakan kondisi yang begitu mengejutkan. aku bahkan merasakan aroma darah yang amis dari air laut."

"waktu itu, kami menemukan begitu banyak bekas darah. namun kami terlalu sibuk untuk melakukan penelusuran, ketika kami membalikkan kepala, sang ketua tim sudah tidak lagi berada di sana."

"aku melakukan pencarian begitu lama di tepi pantai, namun aku tetap tidak menemukannya. setelah itu, air laut terus naik dan aku terpaksa harus pergi dari tepi pantai itu."

aku memiliki kesan tersendiri akan perkataan Jesse tentang kejadian malam itu. itu kemungkinan adalah keesokan harinya setelah Yuri terluka. waktu itu, Yuri menusuk kedua mata dari makhluk aneh itu dan makhluk itu pun mencari tumbal di pinggir pantai.

kekuatan makhluk itu sangatlah besar dan membuat pulau ini begitu tidak aman.

kemungkinan ketua tim itu dibawa pergi oleh ombak laut.

"setelah itu, aku kembali ke rumah sementara itu dan aku tidak menemukan Hesti disana. aku......"

Jesse belum selesai berbicara dan dia kembali jatuh pingsan di samping meja.

Laura lalu berteriak sambil menunjuk ke arah lantai. aku lalu menatap ke arah lantai dan melihat darah yang tengah mengalir dari luka pada kakinya yang telah dibungkus dengan perban.

"kak Albert, aku lupa memberitahu kamu, ketika Jesse datang ke sini, kakinya dalam kondisi terluka. namun kami tidak tahu alasan kenapa kakinya terluka. waktu itu, dia dalam kondisi pingsan dan kami langsung membersihkan luka pada kakinya menggunakan alkohol."

"mari kita angkat dirinya ke atas kasur. Hesti, pergilah mengambil obat yang ia bawa." kataku setelah mengangkat Jesse ke atas kasur.

aku membuka perban tersebut dan luka pada kaki Jesse sudah terlihat biram. luka itu terlihat bernanah dan terlihat adanya tanda-tanda keracunan pada lukanya.

Hesti lalu membawa tas milik Jesse dan di dalam tas itu telah tersedia berbagai obat. namun Jesse dalam kondisi pingsan, aku juga tidak tahu racun apa yang terkena pada tubuhnya. aku hanya bisa membersihkan lukanya yang bernanah saja.

ketika aku baru memulai, Jesse pun langsung berteriak kesakitan dan keningnya mulai dibasahi oleh keringat.

"kenapa kamu bisa keracunan? kamu sepertinya juga tidak memiliki obat bius di sini, kamu hanya bisa menahan kesakitan saja. kalau tidak segera dibersihkan, mungkin kakimu akan rusak."

Jesse berkata dengan gemetaran kalau dirinya terkena racun ular. dia tahu kalau ular itu berbisa, namun ular itu sangat menginginkan nyawanya. setelah dia digigit oleh sang ular, dirinya pun segera melarikan diri dan tidak menyempatkan diri untuk menghisap racun itu keluar dari tubuhnya. setelah melarikan diri dari ular tersebut, dia pun masuk ke dalam sebuah terowongan dan pingsan di dalam gua itu. setelah dirinya terbangun, kakinya sudah menjadi seperti ini.

"bertahanlah." kataku sambil mengikat kaki Jesse dengan perban. di saat yang bersamaan, aku memberi sebuah kain kepadanya untuk digigit agar tidak berteriak.

Hesti dan Laura tidak lagi berani melihat diriku yang kembali mengambil gunting.

sebenarnya aku juga merasa begitu panik dan keringat telah membasahi telapak tanganku. aku bukan merupakan dokter dan aku tidak pernah melakukan operasi pada orang lain. namun aku harus melakukan ini sekarang.

Kondisi medis di desa sangat buruk ketika aku masih kecil. ketika aku pergi ke dalam pegunungan, aku bahkan tidak tahu kalau kakiku telah digigit oleh ular. setelah kembali ke rumah, aku pun sadar kalau kakiku sudah biram.

aku sekarang hanya bisa memperagakan kembali cara ibuku membersihkan lukaku waktu itu. aku tahu betapa sakitnya ini. hal ini membuat diriku terpikir kembali akan masa itu. namun aku sangat berterimakasih kepada ibuku. aku juga tidak bisa hidup hingga sekarang kalau bukan karena dirinya.

setelah mengobati luka itu, aku pun menghela nafas dan sadar kalau Jesse sudah kembali pingsan.

mendengar tidak ada respon apapun dari Jesse, Laura dan Hesti pun berjalan masuk. aku kebetulan hendak bergegas keluar.

"bagaimana?"

seharusnya sudah tidak bermasalah lagi."

Hesti lalu megusap keringat pada dahiku menggunakan tangannya: "kamu sudah bekerja keras kakak, kamu juga baru sembuh dari penyakitmu. beristirahatlah lebih awal hari ini."

"hm!"

aku mendengar Laura yang menghela nafas dengan kuat di sisi lain. aku lalu menoleh ke arahnya dan melihat dirinya sudah kembali ke kamarnya sendiri.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu