1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 85 Smith Kembali
Selesai berbicara, Yves menarik napas beberapa kali, dan warna wajahnya semakin terlihat pucat karena dia mulai kehabisan darah.
Setelah beberapa saat, dia dengan gemetar mengeluarkan sebuah liontin, matanya bersinar dengan cahaya yang terang, dan nadanya enggan mengatakan: "Ini adalah tanda cinta yang diberikan pacarku, kalau ada kesempatan untuk kembali... apa kamu bisa membantuku mengembalikannya?”
Dia terlihat seperti sedang menyampaikan kata-kata terakhirnya, hal ini membuat mata Mila memerah.
Mila menggenggam tangan Yves, air mata membanjiri matanya, dia lalu berkata: “Yves, jangan begini, kamu pasti akan hidup, semua orang pasti akan tetap hidup.”
Tapi kami semua tahu, Yves kehilangan terlalu banyak darah di pulau terpencil ini, sangat sulit baginya untuk menghindari kematian.
Yang dikatakan Mila hanyalah sebatas ucapan penenang.
Aku memalingkan wajahku, diam-diam menyeka sudut mataku, aku terus berpikir, dan berusaha mencari tahu apa lagi yang bisa kami dilakukan.
Yang mengecewakan adalah kami tidak tahu seberapa banyak halangan dan bahaya yang harus kami lewati untuk mengumpulkan cincau, sangat sulit untuk bertahan hidup di sini, bahkan di sungai pun ada piranha yang mengawasi kami, aku benar-benar khawatir dengan keselamatan Yves.
Mila juga jelas mengetahui seberapa bahaya situasi yang sedang kami hadapi.
Dia menghela napas pelan, dan meremas jari Yves yang perlahan-lahan terasa dingin, air mata di matanya terasa sangat sulit ditahan sekarang.
Saat ini, suara langkah kaki terburu-buru datang dari tidak jauh.
Smith, yang kami pikir telah melarikan diri, ternyata kembali, dan diikuti oleh beberapa pria berkulit gelap yang terlihat kuat dengan pakaian penduduk lokal.
Ternyata Smith tidak melarikan diri, dia pergi untuk mencari bantuan!
Mata Yves yang akan menutup tiba-tiba melebar, dan perasaan putus asa di dalam hatinya mulai berkurang.
Smith berlari ke arah kami, dia terlihat kehabisan napas, tapi saat melihat Yves yang sekarat, dia mempercepat langkah kakinya.
Tangannya gemetar, dia nyaris tidak berani menyentuh luka di bagian belakang tubuh Yves, tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya, dia langsung berdiri, dan mulai berbicara dengan orang-orang Aborigin.
“Teman-teman, apa kalian memiliki obat untuk menyembuhkan luka? Kalau ada cepat keluarkan dan selamatkan Yves, tolong selamatkan Yves!”
Aku merasa agak kagum, meskipun bahasa mereka tidak terhubung, tapi kecemasan Smith bisa dipahami orang-orang suku Aborogin.
Orang-orang pribumi ini secara ajaib bisa mengerti apa yang dimaksud Smith, mereka berdiskusi sebentar, lalu mereka mengambil segenggam rumput berwarna hijau terang dari keranjang di punggung mereka.
Salah satu dari mereka memasukkan rumput itu ke mulutnya dan mengunyah dua kali, dia lalu memuntahkannya kembali, gumpalan rumput yang sudah bercampur dengan air liur itu terlihat agak menjijikkan.
Tapi ekspresi wajah Smith tidak berubah, dia malah terlihat sangat tertarik, dia lalu dengan cepat mengoleskan gumpalan itu di luka Yves, sambil terus menggumamkan terima kasih padanya.
“Terima kasih, terima kasih, Tuhan memberkati kalian!”
Orang-orang pribumi mungkin tidak mengerti apa kata Smith, tapi mereka menunjukkan senyuman yang tulus.
Mereka menggaruk bagian belakang kepala mereka, sambil menggumam tidak jelas tentang rumput itu.
Smith memperhatikan mereka dengan serius, dan dengan cepat mengerti apa yang maksud mereka, tanpa ragu-ragu, dia memasukkan rumput itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya.
Setelah melihat ini, Mila dan aku mengerti.
Ternyata rumput ini hanya bermanfaat jika dikunyah dan dioleskan pada luka, sama seperti yang barusan mereka perlihatkan.
Dengan bantuan beberapa orang itu, luka di bagian belakang tubuh Yves akhirnya berhenti berdarah, tapi luka yang sangat dalam membuat mereka terkejut.
Bahkan para pria dari suku Aborigin yang berpostur tubuh tinggi itu menarik napas tajam, ekspresi wajah mereka terlihat sangat serius.
Mereka berdiskusi sebentar, lalu mengambil buah bening dari keranjang di punggung mereka.
Warna, bau, dan bentuk buah itu sangat mirip dengan jenis buah yang pernah aku lihat sebelumnya.
Secara tak sadar, Aku melirik ke arah Smith, tapi saat ini, semua perhatiannya sedang tertuju pada Yves.
Dia menatap Yves dengan penuh rasa bersalah, dia mengangkat tangannya yang gemetar dan membelai rambut Yves dengan lembut, sebuah kata sederhana dan penuh dengan penyesalan keluar dari mulutnya: “Maaf.”
Yves tertegun, dan ekspresi terkejut terlihat di wajahnya.
Dia mengeluh, dan bertanya-tanya apa Smith berencana untuk meninggalkannya sendirian, tapi semua ini menghilang saat Smith kembali lagi.
Dia menggelengkan kepalanya pelan, masih sedikit mengangkat sudut bibirnya yang tidak berdarah, dan berbisik: “Profesor, aku tidak menyalahkanmu.”
Tiba-tiba, ada suasana hangat terasa di sekitar, mereka menatap satu sama lain lalu tersenyum, dan melupakan kesalah-pahaman yang sebelumnya.
Saat mereka berdua masih terlarut dalam suasana, para pria pribumi itu akhirnya memutuskan sesuatu.
Awalnya mereka terlihat tidak rela, tapi akhirnya mereka menyerahkan buah itu pada Smith, sambil menunjuk ke mulut, dan mengacungkan jempol.
Itu artinya setelah makan buah ini, semua akan menjadi baik-baik saja.
Smith dan Yves terkejut, mereka lalu bertanya dengan kompak: “Buah Pitaya?”
Orang-orang pribumi jelas tidak mengerti apa yang dikatakan Smith dan Yves, tapi hal ini sama sekali tidak mempengaruhi semangat mereka.
Pria pribumi itu menyerahkan buah itu ke tangan Yves dengan senyum hangat dan antusias di wajahnya.
Mungkin menurut mereka, buah ini adalah hal yang baik, tapi kematian tragis tikus muncul di pikiranku, Mina juga tidak sadarkan diri saat dia memakan setengah buah itu, dalam hati aku langsung merasa gelisah.
“Tunggu sebentar!” Aku memutuskan untuk menghentikan mereka.
Saat Yves akan mengambil buah itu, dia terkejut mendengar suaraku, ekspresi wajahnya terlihat bingung.
Tatapan semua orang terpaku padaku, mengingat fakta orang-orang pribumi ini tidak memahami kami, aku dengan serius berkata: “Smith, apa kamu lupa apa yang aku katakan sebelumnya?”
Smith tertegun, dan dia langsung teringat.
“Maksudmu… buah ini beracun?”
Mila juga teringat tentang saudara perempuannya, dan tatapan jijik terlihat jelas di matanya yang indah.
“Albert, jadi yang kamu maksud saat itu adalah buah ini, kalau begitu, Yves, daripada nanti terjadi sesuatu, lebih baik kamu jangan makan buah itu dulu.”
Benar, meskipun Mila dan aku sama-sama tahu kalau darah Hesti dapat digunakan untuk melawan racun buah itu, tapi tidak ada hal yang pasti sekarang, jadi kami harus tetap berhati-hati.
Tapi, Smith terlihat jelas lebih percaya pada pengetahuannya sendiri daripada kata-kataku.
Tanpa rasa ragu, dia mengambil buah dari tangan orang pribumi itu, dan memberikannya pada Yves, lalu berkata dengan tenang: "Albert, Yves tidak makan cincau sebelumnya, jadi kamu tidak perlu khawatir dia akan berada di situasi yang sama dengan Mina."
Setelah mengatakan hal itu, dia mengangguk dan tersenyum ke arah Yves, dan memberi isyarat padanya untuk menerima kebaikan dari orang-orang pribumi itu.
Aku dengan cepat meraih tangannya, dan berusaha membujuknya lagi: "Smith, coba kamu pikirkan saja, bukankah hal-hal di pulau ini terasa agak aneh?"
Aku berbicara dengan nada yang sangat serius, dan seperti yang aku inginkan, Smith terdiam sesaat, dan keraguan mulai muncul di matanya.
Tapi orang-orang Aborigin di samping kami terlihat kesal dengan perdebatan kami, dan mereka mulai berbicara dengan nada yang terdengar marah.
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaHis Second Chance
Derick HoKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Tak Biasa
Susanti1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita