1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 8 Perempuan Ketiga

“Laura, ayo kita pergi dulu.....” aku melihat Laura takut sampai memucat, seketika juga tidak tahu harus bicara apa untuk menenangkannya, hanya bisa menariknya kembali.

Siapa tahu aku baru menyentuh lengannya, dia malah langsung masuk ke dalam pelukanku dan menangis.

“bagaimana bisa begini..... kita saja tidak mati, kenapa anggota tim penyelamat yang profesional bisa mati disini!”

“Laura kamu jangan gelisah, mungkin muncul suatu masalah, ini juga hal baik untuk kita, ada anggota tim penyelamat yang mati disini, mereka bisa berkomunikasi dengan dunia luar, jadi tidak lama lagi pasti akan ada tim penyelamat yang datang.”

“oh ya ini mengingatkanku, aku tadi tidak menemukan alat komunikasi di tubuh tim penyelamat ini, kita cari cara untuk meninggalkan pesan pada dirinya, dengan begini kalau ada anggota tim penyelamat baru yang menemukannya, mungkin akan pergi mencari kita mengikuti informasinya.”

Laura mengangguk di pelukanku, tapi malah tidak melepaskanku.

Aku pasrah dan hanya bisa mengulurkan tangan menepuk-nepuk punggungnya.

Jujur saja, karena bahan pakaian di pulau terbatas jadi dia mengenakan baju yang tipis, menempel denganku seperti ini aku bisa merasakan dadanya yang lembut yang menempel di tubuhku.

Aku tidak bisa tidak terpikir pemandangan pertama kali bertemu, kaki panjang dan bokong Laura yang putih mulus, tanpa sadar membuat pikiran orang seperti kuda liar.

Sekarang tenda kecil di bawah tubuhku sudah meningkat sangat tinggi, aku juga merasa canggung takut dia memarahiku brengsek lagi jadi tidak bertindak gegabah, berpikir mungkin dia hanya menangis sebentar saja.

Tapi Laura melihatku begitu lama tidak merespon, ternyata malah menggesekku dengan tidak bisa diam sambil manja bertanya padaku kenapa tidak menenangkannya.

Aku tidak tahu menenangkan yang dia bilang itu apa, membungkukkan pinggangku, menahan reflek tubuhku.

“kamu kenapa?” Laura memegang lenganku erat-erat dan ikutan menunduk melihatku.

“jangan, kamu..... kamu jangan lihat aku.....”

Laura tidak menurutiku, malah menunduk dan melihat milikku.

Kerah bajunya memang longgar, begitu menunduk langsung bisa melihat semuanya, aku merasa tenda di bawah tubuhku bertambah besar sedikit lagi.

Tadinya jatuh di pulau ini memang kasihan, sekarang perempuan ini menghampiriku sendiri, jadi jangan salahkan aku.

Aku langsung memeluknya diatas sebuah batu besar, membuka kerah bajunya yang lebar dan meremas bulatan di depan dadanya, dan meletakkan mulut di depan dadanya.

Mulut Laura mengeluarkan suara yang lembut seperti kucing, membuatku sulit menahan nafsu.

Langsung menarik celana pendeknya yang menutupi kemaluannya, saat aku ingin memasukkan pistol panjangnya, tiba-tiba merasa punggungku sakit seperti dilempar sesuatu, aku menolehkan kepala dengan emosi dan melihat batu kecil yang jatuh di tanah.

“siapa yang begitu kurang kerjaan, berani mengambil batu melemparku!” aku melihat ke kiri dan ke kanan tapi tidak melihat siapapun.

Kaki Yuri masih terluka jadi tidak mungkin berjalan begitu jauh, apakah ada orang lain lagi di pulau ini?

Tidak pedulikan itu dulu, aku menekan rasa penasaran di hatiku, memutar badan berencana membereskan urusan darurat di depan mata dulu.

Tapi aku baru memutar badan ada lagi orang yang melempariku batu, dan lagi melempar dua kali berturut-turut.

Aku berteriak dengan marah, Laura malah menggoyangkanku sambil tertawa dan menunjuk atas pohon yang tidak jauh letaknya.

Aku melihat ke arah yang dia tunjuk dan menyadari rupanya ada seekor monyet yang tidak berhenti melempariku dengan batu di tangannya.

“sial berani-beraninya merusak hal baikku!” aku langsung bangun untuk memungut batu dan melemparnya kembali.

Monyet mana mungkin menang melawanku, aku mundur dengan perlawanan ekstrim, saat aku balik badan dan ingin melanjutkan hal tadi, malah mendengar banyak suara yang datang dari atas pohon.

Begitu aku mengangkat kepala melihat pohon, muncul dua tiga puluh ekor monyet besar dan kecil, semuanya memegang batu bersiap untuk menimpukku.

Ini sangat buruk, kalau dilempar bisa-bisa terjadi hujan baju, mungkin aku dan Laura akan terluka.

Aku langsung tidak banyak berpikir dan menarik Laura berlari sampai sangat jauh baru berhenti dengan tenang.

Semuanya gara-gara monyet sial itu, setelah melalui perubahan ini adik kecilku sudah menciut, Laura juga tidak ada rupa seperti tadi dan membenarkan pakaiannya sendiri, bertanya dengan serius padaku.

“apa kamu lihat monyet pertama yang menimpukmu tadi pegang apa?”

Hatiku berkata, tadi aku mana peduli melihatnya, pikiranku semuanya tertuju padamu.

Tapi aku juga tidak berani berkata begitu, takutnya habis aku berkata seperti itu Laura bilang aku brengsek lagi.

“tidak.....”

“monyet itu memegang sebuah baju, sepertinya baju wanita.”

“hm? Di tempat tinggal kita memang banyak hewan ternak tapi aku tidak begitu banyak melihat monyet, apakah punyamu atau Yuri?”

Laura menggelengkan kepala: “aku berani jamin bukan.”

“berarti di pulau ini masih ada orang lain?”

“anggota tim penyelamat yang kita temui juga seorang pria, pakaian itu pasti bukan miliknya, mungkin saja saat dia melakukan pertolongan bertemu dengan seseorang, namun setelah itu muncul masalah.”

Laura menganggukan kepala, kita berdua menghabiskan seharian ini dengan seperti ini, merasa lelah dan ingin kembali lebih awal dan istirahat.

Baru berjalan sampai depan pintu villa, terdengar suara bicara dan tawa dua orang perempuan.

“ada apa?”

“oh kalian sudah pulang, kalian cepat lihat ini adalah Hesti.....” Yuri memperkenalkan dengan senang.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu