1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
Pria aborigin yang memimpin memaki dan bersumpah ingin merebut buah itu dari tangan Yves, intensitas di matanya sangat jelas, menghina kita yang tidak menghargai kebaikan orang.
Smith langsung panik.
Karena dari yang dia lihat buah pitaya itu tidak hanya berkhasiat dan harganya tinggi, juga sangat berharga untuk diteliti, dia masih mengharapkan buah-buah pitaya di tangan kumpulan orang aborigin yang mendapat lebih banyak buah pitaya lagi, bisa dibawa kembali untuk diteliti.
Siapa sangka, dia bahkan bersikeras membawa perubahan besar padaku, pada kita, bahkan seluruh kamp.
Hari-hari berikutnya setiap Smith terpikir hal ini, dia selalu menyesal.
Tentu saja, ini semua adalah cerita nantinya.
Aku yang sekarang, tidak bisa membujuk Smith, hanya melihat dia menurunkan tubuhnya dan memohon untuk buah itu, dengan sangat cepat, memasukannya ke dalam mulut Yves.
Yves juga berkoordinasi, mengunyah dan menelan buah yang berkerut dengan cepat, dan memuntahkan sebutir biji yang lembut dan kecil.
Melihat situasinya, hatiku langsung seperti ingin keluar.
Namun, satu menit sudah berlalu, dua menit sudah berlalu.....
Tidak tahu sudah berapa lama, vitalitas Yves dari awal sampai akhir sangat baik, bahkan luka di bokongnya juga perlahan mulai sembuh dengan kecepatan yang bisa dilihat mata.
Namun semua ini, adalah perubahan yang baru muncul setelah Yves memakan buah itu, akhirnya hatiku jadi lega.
Smith dan Mila disamping juga perlahan jadi lega.
Kedua orang bukannya tidak mempercayai ucapanku, luka Yves terlalu parah, tidak cocok untuk langsung melakukan perjalanan.
Dan di dalam pemahaman Smith, buah pitaya berharga sebagai obat, bahkan rumornya bisa melekatkan tengkorak, menumbuhkan daging, walaupun di bawah polusi industri era ini, banyak buah pitaya yang dikultibasi oleh pekerja sudah kehilangan kemampuan ini.
Melihat kejadian ajaib ini, Smith akhirnya tidak bisa menahan untuk mengulurkan tangannya dan memegang luka di bokong Yves.
Merasa semua yang di hadapannya bukanlah halusinasi, dia tidak bisa tidak bicara dengan terkejut, “wah, memang ya buah pitaya yang asli berbeda dengan yang dikultivasi pekerja, ini sangat mengagumkan!”
Yves juga merasakan luka di bokongnya perlahan membaik, senyum di wajahnya menjadi lebih cerah.
“profesor, karena buah pitaya begitu berharga, bagaimana kalau kita mencari kesempatan untuk meminta beberapa buah lagi pada kumpulan orang aborigin ini?”
Nada bicaranya menurun, Smith memegang jenggotnya sambil tersenyum, tapi tidak bicara.
Mereka memasang senyuman yang sangat ramah, mulutnya mengoceh beberapa kalimat.
Dari setiap gerakan mereka, aku tidak sulit menerkanya, mereka ingin mengundang kami bertamu ke suku mereka.
Melihat langit perlahan menjadi gelap, Mila dan Smith itu guru murid berdua agak tergiur, tapi aku malah agak ragu, karena masalah Hesti seperti pedang tajam, dari awal sampai akhir tertanam di atas kepala kami.
Aku mencoba untuk berdiskusi baik-baik dengan semuanya, tapi anehnya adalah, dua guru dan murid Smith yang mudah diajak bicara, kali ini tidak tahu kenapa, memaksa untuk pergi ke suku orang aborigin.
Bahkan Yves yang sifatnya dingin juga menyatakan keinginannya sendiri dengan ekstrim.
“Albert, kalau mau kembali kamu kembali saja sendiri, aku dan profesor sudah susah payah menemukan buah pitaya, kali ini bagaimanapun harus membawa kembali beberapa buah.”
Atmosfernya seketika agak buntu.
Aku melihat Mila dengan pasrah, berharap mendapat dukungan darinya.
Tapi yang membuat kecewa adalah, Mila membasahi bibir bawahnya, tubuhnya malah bergerak mendekat ke arah dua guru dan murid Smith.
Jelas, dia juga setuju dengan pandangan dua guru dan murid Smith.
Muncul sebuah keanehan di hatiku dengan tidak jelas.
Jelas-jelas mereka bertiga biasanya bukan tipe orang yang tidak menuruti perintah, kenapa setelah bertemu kumpulan orang aborigin ini, semuanya terjadi perubahan?
Tiba-tiba, sebuah cahaya terlintas dalam pikiranku.
Alam bawah sadarku ingin menangkapnya, tapi cahaya itu berlalu dengan cepat, aku tidak bisa tidak mengerutkan alis dengan jengkel.
Dalam hutan perlahan menjadi gelap, wajah orang-orang aborigin mulai mengeluarkan ekspresi yang tidak sabar, tiba-tiba, pria yang memimpin maju dengan langkah besar, mengerutkan alis dan memarahi kami dengan kesal.
Smith mereka beberapa orang seperti orang yang mengerti, meminta maaf dengan menganggukan kepala dan membungkukkan badan berturut-turut, tatapannya padaku juga dipenuhi hina dan kekecewaan.
Yang lebih membuatku terkejut adalah, orang bodoh yang mengalahkan jerami terakhir di hatiku, ternyata adalah Mila yang selalu lembut.
Dia berjalan kemari dengan agak marah, di hari biasanya merupakan suara yang adem dan manis yang terdengar di telingaku, tapi ucapan yang dikeluarkan malah membuatku tercengang.
Hanya melihatnya mengerutkan alis, bicara dengan kesal: “Albert, masalahnya seberapa besar sih? Kamu jangan bersikeras lagi dengan kami! Kalau tidak mau pergi, ya ikut kami, masalah yang begitu sederhana, kamu cepatlah!”
Selama ini aku belum pernah melihat Mila yang kasar begini, perasaan aneh disampingku semakin kuat.
Tapi saat aku sedang mempertimbangkan dengan ragu, dari dalam hutan tiba-tiba muncul seoasang mata yang mengeluarkan cahaya hijau, setelahnya, muncul suara ‘auu’ berulang kali.
Kelompok serigala liar!
Seketika semuanya menjadi panik, emosi Mila dan Smith dua guru murid tambah tidak terkontrol.
Mereka bertiga ketakutan di tempat, berjalan beberapa putaran dengan jarak kecil, sebentar lihat kelompok orang aborigin, sebentar lagi melihatku dengan benci, pokoknya ekpresi wajahnya sangat tidak biasa.
Saat ini detik ini, para orang aborigin juga sudah tidak bisa mengurus mereka, satu per satu menyalakan obor, mencoba mengusir kelompok serigala dengan api.
Namun, walaupun kumpulan serigala dibuat takut oleh api, tapi masih ada satu dua ekor yang tidak mau pergi.
Dibawah penyinaran cahaya api, aku melihat dengan jelas kelompok serigala liar ini sangat kurus, tatapannya ganas, terlihat sekali sudah kelaparan sangat lama.
Serigala lapar seperti ini, lebih tidak mungkin melepaskan mangsa di depan matanya dengan mudah.
Hatiku menjadi paham, langsung melihat sekitar, mencari kemungkinan untuk kabur.
Benar saja, kelompok serigala ini tidak mempedulikan bahaya obor untuk mereka, mereka merendahkan tubuh dan mengasah cakarnya, seketika langsung menyerbu ke arah kami dan melakukan penyerangan.
Cakar serigala yang berkilau seperti perak menggores menyilang di udara.
Di tengah kekacauan, aku menarik Mila dan Smith dua guru murid, berlari ke arah lainnya dengan sekuat tenaga.
Orang aborigin tidak berhenti berteriak marah-marah, tiga orang yang aku tarik juga tidak tahu salah makan obat apa, malah bilang aku tidak tahu terima kasih!
Satu orang menarik tiga orang saja sudah makan tenaga, mereka sekarang malah menghambatku.
Aku tidak bisa menahannya dan berteriak dengan suara pelan: “sudah, tenanglah sedikit, aku antar kalian ke tempat yang aman dulu, baru kembali untuk menolong kelompok orang aborigin itu, begini bisa kan?”
Mendengarku berkata begini, mereka bertiga baru diam.
Aku menarik mereka dengan susah payah baru terlepas dari kelompok serigala di belakang, tadinya ingin mengantar mereka untuk bersembunyi di dalam tempat aman, tapi disini sudah merupakan dalam hutan yang luas dan gelap, seketika aku agak kehilangan arah.
Untungnya, aku tiba-tiba menemukan sebuah goa kecil, dan lagi di dalamnya tidak ada tanda-tanda pernah ditinggali hewan buas.
Seketika hatiku senang, langsung memasukkan mereka ke dalam goa ini dan mengingatkan mereka: “kalian tunggu disini baik-baik, aku akan segera kembali.”
Selesai bicara, aku berencana untuk kembali sesuai jalan asli.
Novel Terkait
Someday Unexpected Love
AlexanderPredestined
CarlyMenaklukkan Suami CEO
Red MapleMr Huo’s Sweetpie
EllyaKing Of Red Sea
Hideo TakashiMy Secret Love
Fang FangMy Only One
Alice Song1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita