1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
“halo namaku Hesti, aku adalah mahasiswaUniversitas Surakarta, tadinya ingin pergi ke Mumbai untuk melihat relief budaya manusia, tapi tidak disangka bertemu masalah seperti ini di tengah jalan.”
“kalian tidak tahu, tadi Hesti menceritakan pengalamannya, lebih menarik daripada punya kita.” Yuri bicara menyelak.
Dia sepertinya lupa tentang yang terjadi kemarin malam, tidak membicarakannya, hanya saja tampaknya dia menghindari tatapanku.
Hesti ini memang benar-benar beruntung, mengalami kecelakaan pesawat tidak hanya orangnya yang tidak kenapa-napa, backpacknya bahkan tidak rusak, yang lebih beruntungnya lagi adalah, setelah dia mengandalkan makanan di dalam backpacknya dan buah liar di pulau ini untuk bertahan hidup beberapa hari, bertemu pula dengan anggota tim penyelamat.
“aku dan Albert tadi menemukan anggota tim penyelamat yang mati di pulau!” Laura terkejut, “kalau begitu..... apa kalian mengenalinya?”
“kalian melihatnya? Ada dimana? Cepat bawa aku kesana!” Hesti ini jujur dan polos, begitu mendengar anggota tim penyelamat mengalami kecelakaan langsung ingin pergi menolongnya.
“hari ini jangan pergi dulu, lihatlah langit sudah gelap, kalau keluar lagi tidak aman, aku dan Laura sudah membuat tanda di tempat itu, besok baru bawa kau kesana.”
“em, boleh juga.....”
Alis perempuan itu mengerut sedih, aku tidak bisa menahan untuk menenanginya: “tidak apa jangan berpikir terlalu banyak, mungkin, mungkin.....”
Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, aku juga tidak tahu bagaimana menenangkannya.
“tadinya aku sudah ditemukan oleh tim penyelamat, anggota tim penyelamat yang datang hanya dua orang, mereka membangun sebuah pos keamanan sementara menyuruhku menunggu di dalam, lalu mereka pergi mencari lagi apakah ada orang lain di pulau.”
“aku menunggu selama sepuluh hari.....”
“sampai makanan dan air yang mereka tinggalkan untukku semuanya habis, aku terpaksa keluar pos keamanan.....”
“lalu? Kami berdua hanya menemui satu anggota tim penyelamat.”
“tidak tahu.” Hesti menggelengkan kepala, “aku berjalan menyusuri jalan terus, tidak tahu berapa lama baru sampai disini, melihat di dalam ada cahaya lampu, langsung nekat menerobos masuk, lalu bertemu kak Yuri.”
Aku duduk dan menghela napas dengan berat, mendengar ucapan Hesti, dia juga tidak tahu lebih apa-apa lagi daripada kami.
Keraguan yang besar sekarang, sepertinya harapan kami keluar dari pulau terpencil ini berkurang sedikit lagi.
Tapi yang membuat orang tenang adalah walaupun Hesti seorang mahasiswa, kemampuan memasaknya sangat bagus, orangnya juga sangat pengertian.
Tadinya aku dan Yuri hanya bisa memasak beberapa masakan yang sederhana, tapi karena bahan di pulau sederhana, setiap hari disibukkan oleh banyak hal, kami juga hanya berpikir untuk mengisi perut saja, tidak berani berharap lebih yang lainnya.
Sekarang setiap hari Yuri hanya bisa merawat luka kakinya di kasur, Nona Laura juga tidak bisa masak, setiap hari mengandalkanku berburu dan memetik buah kembali untuk membuat makanan dan melayani mereka, tentu saja lebih prioritaskan mengisi kenyang perut, apa yang bisa asal dibuat ya dibuat saja.
Malam pertama Hesti datang kesini langsung membuat sup ikan yang enak dengan ikan hasil tangkapanku, bahkan menyarankan untuk memakan roti yang kering dan kasar dengan mencelupkannya kedalam sup ikan, kami semua makan sampai mulut berminyak dan sangat senang.
Sekarang ada Hesti, pekerjaanku jadi sedikit lebih ringan, perempuan ini tidak hanya pengertian tapi juga antusias, ikut aku mendaki gunung untuk memetik buah dan menangkap ikan, kalau sudah lelah membantuku mengelap keringat di samping, bahkan saat malam hari pun mencucikan pakaianku.
“tidak perlu Hesti, aku bisa melakukannya sendiri.....”
“tidak apa kok Kak Albert, aku merasa kamu sangat hebat, setiap hari melakukan begitu banyak pekerjaan seorang diri, bisa membangun rumah kayu untuk berlindung dari angin hujan, aku harus membantu semua hal yang bisa kulakukan.”
“hmph, pandai sekali bicaranya.” Tidak tahu Laura sejak kapan berada di belakang kami, mengeluarkan kemampuan bicara kasarnya dengan tajam ke Hesti.
“ti, tidak, tangan kak Albert terluka karena tidak sengaja terjatuh saat berburu di gunung bersamaku, makanya aku ingin membantunya mencuci pakaian.”
“kamu tidak perlu begitu perhatian, hari ini cuci baju besok apa, kalau suatu hari kakinya juga terluka apa kamu juga akan membantunya cuci kaki.”
“Laura kenapa kamu bicara seperti itu.....” aku memutar kepala, melihatnya dengan kebingungan.
Tidak menunggu Laura membuka mulut, Hesti langsung berdiri dan berlari keluar sambil menangis.
“Hesti sekarang sudah malam begini kamu mau kemana!”
“kamu lihatlah dirimu, kenapa kasar begitu sih!” setelah aku selesai bicara pada Laura langsung berlari keluar mengejar Hesti.
Sebelum keluar aku mendengar Laura berteriak dengan marah di belakangku.
Perempuan ini betulan sudah gila, tidak tahu tengah malam ini dia menggila kenapa.
Aku baru keluar tidak lama, diluar mulai turun hujan, tanahnya memang lunak, begitu diguyur hujan langsung menempel di kaki.
Sangat berbahaya untuk menetap di luar saat cuaca seperti ini, aku mempercepat langkahku, mulutku juga tidak berhenti meneriakkan nama Hesti.
Berlari tidak berapa jauh, aku melihat seorang nona kecil sedang menangis sambil bersandar di lempengan batu hijau besar, sama sekali tidak mempedulikan tubuhnya yang kehujanan.
Aku merasa lega, untung anak ini tahu hari sudah gelap jadi tidak lari terlalu jauh.
“Hesti, disini berbahaya kamu cepat kembali denganku.” Aku langsung berlari kesana dan memegang lengannya.
Hesti memutar kepala, mata besarnya yang dibanjiri air mata melihatku dengan sedih dan berkata: “Kak Albert, aku hanya merasa kamu sudah bekerja keras, hanya ingin membantumu sebisa mungkin, kita bisa hidup di pulau ini saja sudah tidak mudah, aku merasa semuanya seharusnya saling bekerjasama satu sama lain.”
Ucapan Hesti memang benar, memang ya mahasiswa jaman sekarang begitu paham logika, aku menepuk-nepuk bahunya, menenangkannya dan berkata: “tidak apa Hesti, kamu tidak usah pedulikan Laura, dia sudah terbiasa jadi nona jadi pemikirannya berbeda dengan kita, ayo kita cepat kembali.”
Hesti melihat hujannya semakin lebat, kami berdua keluar juga tidak bawa payung, tentu saja sebenarnya kami juga tidak punya payung.....
“Kak Albert, kamu bopong aku dong.”
Mendengar Hesti setuju untuk kembali denganku, aku merasa lega, langsung membopongnya bangun.
“ah.....”
“kamu kenapa?” aku menahan lengan Hesti dengan cepat, malah mendapati dia tidak bisa berdiri.
“ada apa, kakimu kram karena jongkok tadi?”
“aku juga tidak tahu, aku merasa kakiku tidak bertenaga, telapak kakiku seperti tertempel sesuatu, tidak bisa diangkat.”
Hujannya semakin lebat, tadi aku hanya fokus membujuknya dan tidak memperhatikan kakinya, sekarang baru menyadari setengah kakinya sudah tenggelam dalam lumpur.
Tadi saat keluar aku sudah merasakan keanehan, lumpur ini menempel di kaki dengan tidak wajar, seiring hujan turun, tanah dan udara mengeluarkan suatu aroma yang aneh.
Tapi aku tidak bisa menjelaskan aroma aneh ini dengan spesifik, hanya saja ini membuatku yakin, tanah rawa adalah tanah bersifat asam, tanah ini juga bersifat asam, jadi.....
“Hesti, kamu keluarkan tenaga di kakimu supaya bisa melepaskan kakimu dari lumpur ini, aku akan menarikmu sekuat tenaga, tapi mungkin akan sedikit menyakitkan, kamu tahan sedikit!”
Hesti melihat raut wajahku yang serius langsung tahu tingkat keparahan situasinya, langsung menganggukan kepala dan mencoba untuk berdiri sendiri.
Aku tidak berani memberitahunya, mungkin karena dia jongkok terlalu lama seluruh kekuatannya berkumpul di kakinya ditambah lagi turun hujan, jadi menancap masuk ke dalam tanah rawa, takut dia tambah panik kalau aku memberitahunya.
Mencoba terus menerus, dia juga tidak tahu kenapa kakinya tidak bertenaga, hujannya semakin lebat, kami berdua sudah basah kuyup tapi tetap tidak bisa membantunya lepas dari tanah rawa ini, malahan kakinya tertancap semakin dalam.
Di saat bersamaan aku juga merasa tanah di bawah kakiku juga menurun sedikit demi sedikit, kalau begini bisa-bisa tidak dapat menolongnya, mungkin kami berdua akan terperangkap dalam tanah rawa ini.
“Kak Albert, aku merasa diriku tertancap semakin dalam.” Suara bicara Hesti seperti ingin menangis, mencengkram lenganku dengan kencang.
“tidak apa tidak apa, begini, kamu dengarkan aku, kamu jangan bergerak dan jangan melawan lagi.” Aku bicara sambil berusaha mengangkat kakiku sendiri sekuat tenaga, menyadari kakiku juga sudah tidak bisa diangkat walaupun tidak tertancap di dalam lumpur seperti Hesti.
Sekarang aku akhirnya mengerti perasaan Hesti.
“sial, aku tidak percaya!”
Satu tanganku memegang Hesti dan satu tangan lagi langsung melepaskan sepatuku, dan mundur satu langkah.
Tanah dibelakang juga sangat lembek, aku takut membuat kesalahan yang sama lagi jadi tidak berani menapakkan kakiku seluruhnya, hanya jinjit.
“Hesti, kamu bersandar ke depan, aku gendong kamu keluar!”
Hesti paham jelas maksudku dan seberapa bahayanya situasi sekarang, langsung melakukan sesuai perkataanku.
Aku membungkukkan badanku sedikit dan membentuk kuda-kuda, langsung mengangkat Hesti di bahuku.
Lalu mengambil kesempatan untuk mengeluarkan tenaga, aku memeluk bokong Hesti dan menegakkan tubuh, karena menggunakan tenaganya terlalu besar, walaupun berhasil menarik Hesti keluar tapi tubuhku terjatuh ke belakang.
Kami berdua terjatuh ke tanah dengan mengenaskan, sepatu Hesti juga tertinggal di dalam tanah.
“cepat bangun, jangan sampai tanahnya menempel ke tubuh!”
Hesti tahu jelas apa yang harus dilakukan, bangunnya lebih cepat daripadaku dan langsung menarik lenganku, berlari seperti orang gila kembali ke rumah kayu.
Melihat dia larinya seperti tidak menyentuh tanah, semua bahaya tadi tampaknya sudah berlalu, aku tidak bisa menahan senyum dan mengelap keringat.
Novel Terkait
Menantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiHis Second Chance
Derick HoGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiRahasia Istriku
MahardikaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMy Lady Boss
George1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita