1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 12 Menyerbu Binatang Liar

ketika aku bangun, semua orang masih dalam kondisi tidur. waktu itu, aku menghabiskan begitu banyak tenaga untuk membangun rumah kecil yang mirip seperti villa kecil ini. aku bahkan tidak memiliki waktu untuk makan.

waktu itu, kaki Yuri masih belum terluka dan Laura si nona besar ini masih bisa membantuku untuk memindahkan kayu dan lainnya. oleh akrena itu, aku tidak merasa begitu capek ketika membangun rumah ini.

sekarang hanya tersisa kami berlima di dalam rumah ini. aku tidak tahu apa yang terjadi ketika aku tertidur. ketika aku bangun, aku sadar kalau hubungan diantara Laura dan Hesti terlihat begitu baik seperti layaknya saudara. Jesse tidur di sebuah ruangan tersendiri, Laura dan Hesti tidur di ruangan yang sama.

sejak aku sakit selama beberapa hari ini, kedua gadis ini pastilah sangat capek. oleh karena itu, aku pun hendak keluar untuk mencari air bersih dan sekalian mencari beberapa makanan untuk menyenangkan kedua gadis itu.

cuaca di pulau ini dapat berubah dengan cepat. ketika kami baru saja tiba, perubahan suhu cuaca antara siang dan malam sangatlah jauh. terasa begitu dingin pada malam hari, setelah itu akan turun hujan deras selama beberapa hari.

aku seketika terpikir akan gangguan magnet yang Jesse katakan kemarin. aku pun mulai merasa tidak tenang dan merasa kalau ada sesuatu yang kami lewatkan.

tentunya setelah kami tahu apa yang kami lewatkan, mungkin ini semua sudah sangat terlambat....

mungkin kami sudah lama tinggal di perkotaan. setelah tiba di pulau terpencil ini, kami terlalu sibuk untuk mencari makanan dan menghiraukan berbagai hal. tempat ini memanglah terlihat begitu indah pemandangannya.

kini, tim penyelamat terlihat begitu kebingungan. namun kami malah bersikap begitu tenang dan berusaha untuk tetap bertahan hidup kedepannya.

aku menggunakan cara pada zaman dahulu untuk mengingat waktu. setiap harinya, aku mengukir sebuah tanda pada pohon sebagai tanda telah terlewatinya hari.

ketika pesawat mengalami kecelakaan, itu merupakan musim semi dan hingga sekarang, waktu belum mencapai 1 bulan. aku sedikit tidak bisa mengambil kepastian akan cuaca di sini.

pulau ini sangatlah besar. kali ini aku tidak berjalan melalui tepi pantai. aku ingin masuk ke dalam kaki gunung untuk mencari bahan makanan baru.

dikarenakan hujan melanda pulau ini selama beberapa hari, udara di pulau ini menjadi begitu segar dan terlihat embun pada setiap daun yang hijau.

aku mengumpulkan sejumlah lumut pada keranjang yang aku bawa. keranjang ini merupakan karya tangan Hesti.

aku terus bejalan ke dalam hutan dan menemukan sungai kecil di sana. sebelumnya kami tidak menemukan sungai ini dan air pada sungai ini telrihat begitu segar.

dikarenakan peralatan yang minim, aku hanya membawa sebuah botol sebagai tempat ikan yang aku tangkap di perairan tawar. namun aku mendengar suara seseorang dari belakang tubuhku. aku melihat keberadaan Hesti di sana setelah aku menolehkan kepalaku.

"kamu bangun begitu awal....."

Hesti lalu berkata padaku dengan sedikit rasa malu:"awalnya aku ingin memasak sarapan untuk kalian, namun tidak ada lagi bahan makanan. aku lalu pergi mencarimu dan sadar kalau kamu sudah bangun dan kelaur dari rumah."

"aku merasa kalau kamu keluar untuk mencari bahan makanan. oleh karena itu, aku pun memilih untuk keluar mencarimu. meskipun aku tidak menemukanmu, aku juga bisa membawa beberapa makanan untuk pulang."

aku tersenyum dan menunjuk ke arah botol dan juga ikan yang ada pada lantai: "aku sedang berpikir tidak ada yang membantuku membawa pulang semua ini. kalau begitu, bantulah aku."

setelah menyadari air bersih dan ikan tersebut, Hesti pun berteriak dengan senang: "kak Albert, kamu sangat hebat. aku benar-benar begitu lemah. aku tidak bisa melakukan apa-apa ketika kamu jatuh sakit."

"tidak, aku merasa kamu begitu soleha, aku tidak pernah menyangka seorang mahasiswi bisa melakukan begitu banyak pekerjaan rumah seperti kamu. kamu lebih hebat dibandingkan dengan nona Laura."

Hesti lalu mengangkat botol air itu dan berjalan masuk ke dalam hutan bersamaku. dia lalu berkata dengan malu: "tidak, Laura memiliki nasib yang baik dan dia telah tinggal perkotaan sejak ia kecil. dia juga sudah terbiasa dimanja. aku sejak dulu sudah bersikap hemat untuk bisa kuliah di universitas Surakarta. aku sudah terbiasa akan semua pekerjaan rumah sejak kecil. oleh karena itu, semua ini tidak ada apa-apanya bagiku."

"begitu ya, sebenarnya kita berdua hampir sama. dapat dibilang aku adalah kakak kelasmu. aku dan Yuri tamat dari universitas Surakarta. kami juga datang dari pedesaan ke kota Surakarta. setelah tamat kuliah, kami pun tinggal di kota Surakarta untuk bekerja.

Hesti lalu menatap diriku dengan kagum dan berkata dengan senang: "kak Albert, aku selalu merasa kamu begitu hebat. aku tidak menyangka kalau kamu tamat dari universitas surakarta. kalau begitu, kita adalah....."

aku langsung menutup mulut Hesti menggunakan tanganku dan menariknya ke sisi lain tanpa menunggu dirinya selesai berbicara.

dia menatapku dengan tatapan terkejut, aku lalu menunjuk ke arah yang tidak jauh dariku. setelah menatap ke arah itu, Hesti pun jatuh pingsan ke dalam pelukanku.

jangankan gadis kecil seperti Hesti, bahkan aku sendiri juga tidak pernah bertemu dengan kondisi mengerikan seperti ini. untung saja tadinya kami tidak berbicara dengan suara yang keras. oleh karena itu, singa itu tidak menyadari keberadaan kami.

hanya saja, kemungkinan kami akan menjadi santapan singa itu selanjutnya.

"kak Albert, mari pergi dari sini. aku...."

aku melihat kedua tangan Hesti telah bergetar dan aku tahu kalau gadis ini pastilah merasa begitu ketakutan. aku lalu menganggukkan kepala dan mulai berjalan mundur secara perlahan.

setelah sampai di tempat menangkap ikan tadi, aku dan Hesti pun merasa lega.

aku lalu menepuk dadaku sendiri dan sadar kalau aku masih menggenggam tangannya. gadis itu juga pastilah bisa merasakan ini. aku melihat wajahnya telah memerah sambil menundukkan kepalanya. namun dia tidak melepaskan tangannya dari genggamanku dan tidak berkata apapun.

waktu seketika terasa seperti terhenti. aku merasa hal ini tidak lagi beres dan segera melepaskan tangannya. aku lalu mengusap kepalaku sendiri dan berkata: "aku... aku tidak sengaja. aku melihatmu hampir jatuh tadi."

"tidak apa-apa kak Albert, kita sama-sama merupakan korban kesulitan di pulau ini. kamu tidak perlu bersikap segan kepadaku. kondisi tadi memanglah begitu menakutkan. aku merasa kalau diriku memanglah begitu beruntung."

aku lalu menghela nafas dan menganggukkan kepala: "benar, begitu banyak hal menjadi menakutkan jika dipikirkan kembali. tidak tahu berapa banyak lagi hal sulit yang belum pernah kita hadapi di pulau misterius ini."

"kak Albert, mari pulang."

"Hesti, sebenarnya aku merasa kita boleh kembali ke tempat tadi."

"aku...."

"aku tahu kamu merasa takut, jika kamu takut, kamu boleh kembali terlebih dahulu untuk membuat sarapan. namun aku merasa ini adalah sebuah kesempatan. kita semua tidak tahu berapa lama lagi kita harus berada di pulau ini. kita pastilah harus tetap menghadapi mereka di masa depan. oleh karena itu, kita harus mengenali musuh kita."

setelah mendengar perkataanku, Hesti seperti sedang menambah rasa percaya diriku: "kak Albert, aku akan pergi bersamamu. namun sebelum pergi ke sana, apakah kamu boleh berjanji kepadaku untuk tidak mendekatinya? aku merasa ini terlalu berbahaya."

aku menganggukkan kepala dan mengelus kepala Hesti. gadis ini memiliki tinggi badan sekitar 1,5 meter. sangat cocok untuk dielus karena kepalanya tepat berada di depan dadaku.

aku tidak menyangka kalau Hesti akan meraih tanganku dan berkata: "Hesti tidak merasa takut jika kak Albert ada di sampingku. namun kenapa kak Albert ingin kembali ke sana?"

aku lalu memberi penjelasan kepadanya dengan penuh kesabaran: "alasan pertama karena aku ingin mencari tahu berapa banyak makhluk hidup yang ada di dalam hutan ini. aku tadi tidak melihat dengan jelas. alasan kedua adalah ini juga bukan merupakan jalan keluar jika kita tetap bersikap takut seperti ini. meskipun kita tidak bisa melawan singa, namun kita kemungkinan bisa mengalahkan seekor kuda dan menjadikannya sebagai bahan makanan kita."

Hesti mendengar ini dengan serius sambil menganggukkan kepalanya.

"intinya, pemikiranku adalah kita tidak lagi boleh merasa takut karena kita sudah berada di tempat ini!"

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu