1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 44 Pulau Tak Bernama

Menunggu kapal hanti sudah berlayar kesana, Julio baru melepaskan tangannya yang menekan kepala kami.

"Tadi itu apa, mengejutkan sekali." Laura menahan dadanya dan berkata.

"Kapal berhantu."

Tatapannya melihatku sangat terkejut, sepertinya heran sekali aku bisa tau.

Aku mengangguk: "Sebelumnya pernah membaca di sebuah buku, kita sekarang pergi kemana."

Alasanku bertanya seperti ini, karena melihat Julio yang tenang tidak gugup sedikitpun, dan tau dia harusnya tau kita sekarang mau pergi kemana.

Julio sepertinya dengan tidak niat mengangkat jarinya menunjuk sebuah arah dengan asal.

"Kenapa, mau pergi kesana?" Tanya Laura dengan curiga.

"Ayolah....."

Meskipun aku juga tidak tau kenapa memilih arah itu, tapi sekarang bisa yakin kalau identitas Julio pasti tidak sederhana, jadi mungkin dia tau sesuatu.

Dan benar saja, aku tidak menyangka, merasa kami berenang tidak lama langsung melihat sebuah pulau.

"Albert cepat lihat!" Laura menarikku dengan senang.

"Ayo jalan!"

Aku saat itu juga sangat senang, sama sekali tidak terpikir mengira kami kembali ke pulau terpencil itu lagi, menarik Laura berusaha keras berenang kesana.

Lalu saat naik ke tepi pantai merasa kalau tempatnya aneh, kami sudah berada di pulau terpencil di tepi laut itu selama berhari-hari, aku pikir aku tidak akan melupakan tumbuhan apa dan jenis apa.

Disana dengan pulau yang kami datangi disini sekarang tidak sama, pulau ini dipenuhi denham tumbuhan hijau daerah tropis, begitu lihat sudah langsung tau kalau ini bukan pulau yang sebenarnya.

Kami berjalan di sepanjang tepi laut, melihat ada asap api unggun tidak jauh dari sini.

"Albert, didepan harusnya ada orang!"

Tiga orang ini berjalan dengan cepat, benar saja di depan sana tampak sekumpulan orang, sedang duduk terpisah di tepi laut.

Melihat mereka seperti itu, tidak seperti palsu,tidak seperti sedang liburan, harusnya juga korban

Saat kami kesana, mereka sepertinya sedang bertengkar.

Ini juga normal, tidak sama dengan kami kemarin, jumlah korban yang masih hidup sangat banyak, tampaknya mereka berkelompok, makanan material dan lainnya tentunya juga terpisah.

Waktu seperti ini tempat seperti ini adalah tempat yang paling menguji kemanusiaan.

Kami bertiga tidak bersuara, sedangkan mencari sebuah sudut yang tidak menarik tatapan orang duduk disana, lalu mendengar percakapan mereka bertengkar dengan diam.

Sesuai pengamatan kami, kumpulan orang ini dibagi menjadi empat, dia kelompok diantaranya sedang bertengkar, jumlah orang dua kelompok ini lebih banyak, dan juga ada kelompok yang orangnya lebih sedikit, hanya ada beberapa wanita, dua wanita di depannya sangat cantik.

Julio juga sangat memperhatikan mereka, karena dia melihat seorang wanita cantik memakai seragam kapten sedang mengutak-atik stasiun radio guru, kalau telepon permintaan tolong bisa tersambung keluar, maka kita pun bisa tertolong.

Dan juga ada sekelompok adalah beberapa orang asing, tampaknya seperti orang Jepang, Julio juga sangat memperhatikannya.

Yang tersisa adalah dua kelompok yang sedang bertengkar, orang dalam dua kelompok ini paling banyak, memakan tempat paling besar, tampaknya material yang mereka rebut juga paling banyak, hanya mendengar suara seorang wanita terengah-engah sesekali dari dalam tenda, tampaknya mereka mempunyai syarat begitu bagus, wanita lajang tinggal di pulau terpencil ini tidak berdaya, tentunya akan berharap pada mereka.

Karena miming memilih mengandalkan mereka, hanya bisa menyerahkan tubuh mereka sendiri.

Saat meraka bertengkar aku bahkan melihat banyak sekali pria di dalam tenda tidak menolak wanita yang datang pada mereka, tidak peduli cantik atau buruk.

Julio menusukku, lalu menunjuk beberapa wanita yang tidak jauh yang tidak ingin mengandalkan pria, aku langsung mengerti.

Kami bertiga berdiri, berjalan ke arah mereka,

Beberapa wanita itu tampaknya sangat waspada kepada kami, tentunya karena kami berendam tidak sebentar di dalam laut, baju kami basah kuyup, jadi seorang wanita gemuk di belakang melihat kami berjalan ke arahnya langsung berkata dengan tidak sopan.

"Kalian sedang apa, kami tidak ada makanan untuk kalian."

Memang, aku melirik ke dalam tenda yang mereka dirikan dengan sederhana, dalamnya seperti ada orang, tapi memang tidak ada makanan.

"Kami tidak butuh makanan, hanya ingin bertanya.....apakah radio inibisa dipakai?"

Baru saat berbicara dengan wanita gemuk itu, wanita cantik kapten sedikitpun tidak bergeming, tetap mengutak-atik radio lamanya, sekarang mendengar kami langsung pada topiknya, baru menolehkan kepalanya.

"Kamu bisa memperbaiknya?"

"Aku tidak bisa, tapi temanku ini mungkin bisa, ataupun dia bisa membantu kalian, dan juga, kami tidak membutuhkan makanan, atau kami malah bisa menolong kalian menyelesaikan masalah makanan dan pakaian, bagaimana menurut kalian, bersedia bekerja sama tidak?"

Wanita gemuk itu dengan satu wanita lagi sepertinya sekarang tidak begitu bersedia, tampaknya mereka memang tidak begitu suka wanita cantik kapten itu mengutak-atik radio, terdampar di pulau terpencil harusnya mementing bertahan hidup yaitu dengan mencari makanan.

Mereka melihat kami yang compang camping tidak seperti orang yang bisa menghidupi diri sendiri sekaligus menghidupi mereka, jadi tidak begitu setuju dengan saranku.

Saat ini keluar dua orang perempuan dari dalam tenda, dua perempuan ini tampaknya mirip sekali, hanya saja sedikit berbeda dari segi umur, dengan mudah bisa terlihat kalau mereka adalah kakak adik.

"Suzy, lebih baik biarkan mereka tinggal disini saja." Kakaknya berkata dulu.

Adiknya itu entah sejak kapan sudah berlari kesebelahku, menarik lengan bajuku dengan manja berkata: "Kakak, apakah kamu bisa mencari makanan? Mina sudah lapar."

Anak kecil ini tampaknya orang cantik nakal dari lahir, wajah kecil dan putih menjadi keriput karena kecelakaan, kedua mata sabitnya juga berantakan.

"Mina, kamu cepat kemari, jangan mengganggu kakak."

"Tidak apa-apa..." Aku tersenyum pada kakaknya, berjongkok dan menghibur adik kecil itu: "Kakak bawa kamu pergi tangkap makanan enak, mau tidak?"

"Mau mau!" Anak kecil itu mendengar langsung berlompat girang.

"Lauram kamu dengan Julio tinggal disini istirahat, aku pergi cari makanan."

Tentunya mereka tau kemampuanku, tidak banyak berkata, kakak Mina, Mila sepertinya sangat khawatir.

"Tidak apa-apa, aku akan menjamin keamanannya, dan juga kami tidak akan berjalan jauh."

"Aku pergi bersama kalian!" Ucap wanita gemuk itu.

Aku pikir harusnya dia ingin melihat aku mempunyai kemampuan apa untuk mencari makanan, bagus juga, aku sendirian menjaga anak kecil juga repot, lebih baik membawa dia untuk menjaga anak kecil.

Aku juga mengikuti pinggiran laut berjalan sekaligus mengamati daerah ini, pinggiran laut ini sepertinya tidak ada ikan, saat aku berencana masuk ke dalam hutan yang tidak jauh, si wanita gemuk pun ragu.

"Kamu yakin mau masuk? Sampai sekarang ini kami tidak ada yang berani masuk, semalam malam apakah kamu tidak mendengar suara serigala?"

"Tidak apa-apa, meskipun ada serigala, juga tidak mungkin sekarang keluar menyerangmu."

Aku sambil berkata, sambil membawa jalan masuk ke dalam.

Pantas saja orang-orang itu demi kompres dan biskuit juga bisa bertengkar hebat, ada begitu banyak orang bergabung, tidak ada orang yang berani masuk ke dalam hutan ini, maka lebih tidak ada kemampuan untuk mencari makanan.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu