1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 54 Hesti Menghilang

Setelah mendapat jaminanku, emosi Cyndi pun pelan-pelan kembali tenang.

Ia melepaskan lengan yang melingkar pada leherku dengan malu, lalu menunduk kepala mengelap matanya yang basah dan berterima kasih dengan pelan. “Albert, terima kasih.”

Aku melambaikan tangan dengan tidak peduli, lalu menopang tubuhnya berjalan kembali ke kamp.

Meskipun hari ini tidak mendapatkan buruan, tapi aku juga tidak mungkin membiarkan Cyndi pulang sendirian dengan kondisi seperti ini.

Cyndi pun memandang kearahku dengan tatapan rumit.

Ia menyesap bibirnya, sambil memegang erat pakaian di depan dadanya dan berhati-hati mengikutiku dari belakang.

Setelah kita berdua berjalan untuk sejauh mungkin, Cyndi tiba-tiba menggigit bagian bawah bibirnya dan membuka mulut dengan ragu, lalu bertanya. “Albert, apakah tidak ada yang kamu ingin tanyakan kepadaku?”

Mendengar ini, aku mengangkat alisku, lalu menoleh balik meliriknya sekilas, sambil mengangkat bahu berkata. “Ada kok, tapi kamu lebih membutuhkan istirahat sekarang.”

Apalagi masalah antar ia dan Robert, aku sudah mengetahuinya dengan jelas.

Tapi Cyndi kan tidak tahu.

Mendengar kata-kataku, ia mematung sesaat dan wajahnya pun tidak tahan untuk menunjukkan ekspresi.

Ia pun langsung merunduk untuk menutupi perasaannya, lalu terdiam sesaat dan akhirnya membuat keputusan, berkata dengan kesulitan. “Albert, aku jujur saja kepadamu. Sebenarnya aku diperintah Robert untuk menjadi mata-mata.”

Ia bahkan tidak berani memandangku, hanya merunduk terus menatap ujung kakinya. Alis matanya terus naik turun dengan tidak nyaman, sehingga dirinya terlihat agak imut.

Aku pun menarik salah satu sudut bibirku dan bertanya dengan nada tenang. “Jadi?”

Cyndi pun mengangkat kepalanya terkejut.

Ia sepertinya sangat terkejut, mungkin ia mengira diriku akan mengusirnya keluar dari kamp. Tapi ia sama sekali tidak sangka bahwa aku telah mengetahui hal tersebut, sehingga diriku tidak menganggap hal ini begitu penting.

Karena aku tahu, dengan kemampuan yang kumiliki, cepat atau lambat ia akan jujur kepadaku.

Cyndi menggigit bagian bawah bibirnya, pupil matanya pun terlintas berbagai perasaan yang kacau.

Detik selanjutnya, ia pun mengejap matanya, lalu menahan nafas berkata. “Albert, kali ini aku sungguh tidak menipumu. Aku benar-benar diperintah Robert untuk menemukan kelemahanmu, agar lebih mudah membunuhmu!”

Ia bahkan tidak berani bernafas, lalu terus menatapku setelah mengatakan semua itu dengan cepat.

Tapi aku tetap memasang ekspresi datar, bahkan bibirku membentuk lengkungan pelan, sehingga hal tersebut membuat Cyndi kebingungan.

Ia membuka mulutnya dan memandang kearahku seperti ingin mengatakan sesuatu. Akhirnya ia terbata-bata bertanya. “A-albert, apakah kamu tidak marah?”

Aku tentu langsung menggelengkan kepalaku.

Jika Cyndi telah berjujur kepadaku, maka hal tersebut membuktikan bahwa hatinya berada di kamp-ku.

Mengingat ini, aku pun memiringkan sudut bibirku, bertanya balik tanpa membalasnya. “Cyndi, apakah kamu akan terus mendengar perintah Robert untuk memberi tahunya kelemahanku?”

Cyndi langsung membalasku dengan semangat. “Tentu tidak!”

Lalu ia mengepal kedua tangannya erat, matanya pun tertampak jelas adanya kebencian dan rasa dendam terhadap Robert.

Ia menutup kedua belah bibirnya, menggertak gigi mengatakan sebuah kalimat dengan geram. “Aku memang tidak ingin membantu si bajingan itu!”

Ternyata hari ini keluar bersama Robert, dikarenakan Cyndi ingin jujur kepadanya.

Awalnya ia bergabung ke dalam kamp-ku, Cyndi sama sekali tidak ada rasa kembali dan keamanan. Tapi beberapa hari selanjutnya, ia pelan-pelan merasa diriku memang begitu kuat dan hebat, seperti yang dikatakan orang-orang, sehingga ia pun merubah pikiran.

Seorang wanita yang tidak berdaya tentu akan memilih orang dengan keberadaan kuat dan besar. Cyndi juga seperti itu.

Jadi tadi ia langsung menolak permintaan Robert, dan berkata dengan penuh keadilan agar ia memusnahkan pikiran tersebut. Karena hal ini, Robert pun dibuat kesal olehnya, sehingga adanya kejadian tadi.

Setelah membicarakan semua masalah, Cyndi pun tertampak jelas menghela nafas.

Aku pun menepuk pundaknya, lagi-lagi menjaminnya. “Kamu tenang saja. Jika kamu bertindak dengan baik, aku pasti tidak akan memperlakukanmu dengan buruk.”

Cyndi memandangku dengan rasa penuh terima kasih, lalu mengangguk kuat kepalanya, tidak lagi berbicara.

Tak lama kemudian, aku dan Cyndi pun tiba di kamp.

Hal yang berada di luar sangka adalah awalnya kamp yang tenang menjadi kacau. Semua orang pun berlari keluar dari tenda masing-masing. Wajah mereka semua terpenuhi dengan kata-kata panik, seperti sedang mencari seseorang.

Aku mengerutkan dahi dan hatiku muncul sebuah firasat buruk.

Aku pun asal menarik seseorang, lalu bertanya dengan datar. “Apa yang terjadi? Mengapa kamp begitu kacau?”

Orang itu tidak sabar ingin melepaskan tanganku. Tapi setelah menemukan diriku, ia pun meredakan emosinya, lalu berkata dengan tidak berdaya. “Huh, wanita yang baru saja datang beberapa hari yang lalu itu menghilang. Semua orang sekarang sedang mencarinya!”

Wanita yang baru saja datang beberapa hari menghilang?

Aku pun langsung teringat akan Hesti. Lagi pula beberapa hari ini hanya ia dan wanita yang berasal dari kamp sebelah yang baru saja datang.

Aku pun menahan firasat burukku, lalu bertanya lagi sambil mengerutkan dahi. “Wanita mana yang kamu katakan? Apakah wanita yang memakai pakaian adat setempat?”

“Benar!” Orang itu pun langsung mengangguk. Jelas sekali bahwa ia cukup terkesan akan Hesti.

Otakku seketika mendengung pelan, mendorong orang itu dan berlari keluar mencarinya tanpa peduli apapun.

Siapa sangka tiba-tiba muncul sebuah tangan yang langsung menarik lenganku. Sentuhan dinginnya seketika membuatku merinding. Aku menoleh balik dengan mata yang memerah dan amarah yang tidak dapat kutahan.

“Siapa?”

Entah kapan Suzy muncul di belakangku. Ia memasang wajah datar, menyesap bibir merahnya. Kebetulan tangan itu adalah miliknya!

Aku mengerutkan dahiku, menahan amarah dan bertanya. “Kapten, ada apa yang terjadi?”

Untuk Suzy, setidaknya aku harus menghormatinya.

Aku hanya menemukan dirinya yang memasang wajah datar dengan tatapan cuek yang tenang. Sedangkan tangannya masih saja setia menarik lenganku, sambil menggelengkan kepalanya pelan.

“Albert, kamu ikutlah bersamaku.”

Ini adalah kali pertama dimana Suzy yang inisiatif mengajakku terlebih dahulu. Aku pun langsung mematung.

Meskipun kehilangan Hesti terus mengganggu pikiranku, tapi aku juga sangat khawatir ada hal penting di Suzy sini. Aku pun langsung menahan pikiranku dan mengikutinya.

Suzy membawaku masuk tenda.

Ia memandang sekitar dengan waspada, baru menutup tirai pintunya, lalu memandang kearahku dengan serius.

“Albert, kehilangan Hesti tidak lah begitu mudah.”

Beberapa kata yang begitu mudah, tetapi cukup membuat hatiku khawatir.

Aku terus menatapnya, sambil bertanya dengan nada pelan. “Bagaimana kamu mengetahuinya? Apakah kamu menemukan sesuatu?”

Suzy menyesap bibirnya, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Ia pelan-pelan mendekatiku, lalu membungkuk dan berbisik di samping telingaku. “Albert, aku tidak menemukan apapun. Tapi Hesti hilang bersama dengan sekelompok orang misterius dari luar negeri itu.”

Bagai sebuah petir yang terdengar di samping telingaku, aku pun merasa sesak.

Aku masih ingat sekelompok orang itu. Mereka tidak terlihat seperti pengunjung, bahkan mereka memiliki tujuan yang sama seperti Julio.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu