1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 56-57 Mina

Dasar Laura!

Aku mengumpat pelan di dalam hati, lalu hanya merasakan adanya yang panas di bagian bawah perutku.

Aku pun menemukan Laura yang sedang membuka kedua matanya dengan menggoda. Matanya yang gelap itu bagaikan mata air dingin.

“Albert.....”

Suara serak yang seksi terdengar langsung dari mulutnya. Sepasang matanya yang menggoda bagaikan pancingan yang membuat hatiku bergemuruh.

Aku pun menelan ludah secara tidak sadar, lalu terdengar lagi suaranya yang menggema dalam kegelapan yang hening. Tapi kali ini tidak ada satupun yang menganggapnya penting.

Angin malam hari yang sejuk seperti tercampur dengan hasrat yang panas, sehingga suhu di sekitar meningkat.

Wanita di hadapanku ini telah setengah telanjang. Kedua belahan pantatnya terlihat menggoda di malam hari.

Sepertinya ia tahu bahwa dirinya sangat menggoda, Laura pun menggigit bibir bagian bawah, sambil menggoda dengan ujung matanya.

Demi mempermudah diriku untuk mengisap racun, pantatnya telah terangkat dengan tinggi. Saat ini racun telah terisap keluar dan racunnya sudah berhenti reaksi, Laura pun menggunakan kesempatan ini dan sengaja menggoyangkan pantatnya.

Seketika kedua belahan itu menjadi pemandangan yang indah.

Kedua belah pantat itu bagai dua potong puding terbaik yang terus bergoyang, sehingga membuat orang tidak tahan untuk beraksi dan segera mencicipinya.

Kenyataannya, aku juga melakukan hal tersebut.

Dengan alasan mengisap racun, aku pun menempelkan bibirku di atas pantatnya, lalu mengisapnya pelan. Rasa lembut yang wangi itu seketika menaklukanku dan kedua mataku bersinar.

Laura masih saja merasa geli, sambil terkekeh, sambil menggoyang pantatnya ria.

Tindakannya ini semakin membuatku terkobar. Tenggorokanku agak memanas, aku pun langsung menerkamnya, sambil berpura-pura geram bertanya. “Laura, kamu sengaja kan?”

Laura masih ingin berpura-pura bodoh, lalu tatapan genitnya pun melintas dari wajahku.

Tapi matanya telah terpenuhi dengan gairah. Ia bahkan sengaja mendorong untuk menolakku, tapi akhirnya ia juga tidak tahan untuk mengeluarkan suara tawa.

“Kalau sudah tahu, mengapa kamu tidak cepat beraksi?”

Nada bicaranya yang angkuh itu terdengar sangat tidak sabar. Laura mengirimkan ajakan kepadaku!

Saat ini, wajah yang memucat telah pulih kembali. Warna merah pun mengapung diatas kedua pipinya, sehingga ia terlihat semakin menawan.

Aku sudah terpesona olehnya, dan tidak peduli lagi akan keberadaan kita yang berada di dalam hutan gelap yang berbahaya ini, menatapnya semangat dan mau mulai beraksi.

Tapi di saat yang penting seperti ini, aku tiba-tiba mendengar suara feminim yang gemetar dari belakangku.

“Kak Albert, apa yang sedang kamu lakukan?”

Aku seketika merinding dan hampir saja menjadi pria impoten.

Amarah di dalam hatiku pun terpancing. Tapi setelah berbalik badan, aku pun menemukan Mina yang tengah mengusap matanya, sambil bersembunyi di belakang pohon besar, sambil memandang kearahku sedih.

Seketika, bagai sebuah baskom air dingin yang mengguyur tubuh, hatiku pun menjadi tenang kembali.

Untung saja ada Mina, sehingga aku dan Laura tidak melakukan hal yang tidak patut di dalam hutan yang berbahaya ini.

Aku mengusap ujung keningku, bangkit dan buru-buru merapikan pakaian Laura, lalu berbalik badan kearah Mina, sambil bertanya dengan lembut. “Mina, mengapa kamu bisa datang kesini?”

Melihat diriku yang mengalihkan semua perhatian kepada Mina, Laura pun melototiku dengan tak percaya, dadanya pun naik turun dengan dramatis.

Jelas sekali bahwa ia sangat kesal.

Aku tidak memedulikannya, lalu maju menarik tangan Mina dan hatiku merasa sesak karena melihat pakaiannya yang tipis.

“Mina, apakah kamu dingin?”

Setelah itu, aku pun melepaskan jaketku dan meletakkannya diatas tubuh Mina.

Wajah Mina pun langsung terukir senyuman.

Ia tersenyum, sambil membawa dirinya ke dalam pelukanku, lalu menggeleng pelan kepalanya dan berkata dengan pelan. “Kak Albert, aku tidak dingin. Aku datang untuk mencari kalian.”

Aku terdiam sesaat dan baru menyadari bahwa ia sedang menjawab pertanyaanku yang pertama, lalu raut wajahku pun menjadi serius.

“Mina, siapa yang menyuruhmu datang kesini? Apakah kamu tahu betapa bahayanya hutan? Apalagi hutan malam hari yang paling terbahaya!”

Mungkin nada bicaraku terlalu galak, sehingga Mina terkejut. Wajahnya yang putih pun terpenuhi dengan rasa takut. Ia menutup mulut kecilnya, sambil memandangku dengan matanya yang berkaca-kaca. Tubuhnya gemetar pelan, sehingga dirinya terlihat sangat kasihan.

Tapi aku sama sekali tidak berhati lembut dan masih memandangnya galak.

Lagi pula ia masih muda, biasanya selalu dilindungi Mila, melakukan sesuatu berdasarkan dengan rasa penasaran, tapi tindakannya ini sama sekali tidak dapat berlangsung hidup di pulau terpencil. Jadi aku harus merubah kebiasaannya ini!

Akhirnya Mina pun menyadari betapa seriusnya masalah tersebut.

Ia mengerucutkan bibirnya, sambil menahan tangisnya dan menarik ujung pakaianku, lalu terbata-bata menjawab. “Kak Albert, aku mengetahui letak kesalahanku. Aku melihat Kak Laura yang keluar tengah malam, jadi aku pun ikut keluar karena penasaran.”

Setelah itu, ia tersedu pelan, lalu lanjut berkata. “Tadi aku sungguh tidak sengaja ingin mengganggu kalian.”

Nada bicaranya terdengar agak mengeluh. Aku pun terdiam sesaat. Kalau aku sebelumnya tidak tahu Mina yang begitu polos, aku mungkin akan mengira bahwa ia tengah sengaja menyindirku.

Aku menghela nafas dan tidak ada pikiran lagi untuk menceramahinya.

Masih ada waktu yang cukup panjang sebelum langit kembali terang. Adanya kedua wanita tersebut untuk menginap semalam di hutan, aku harus menjadi semakin berwaspada.

Mengingat hal tersebut, aku pun menggunakan satu tangan menarik Mina yang memasang wajah cemberut, dan satu lagi menarik Laura yan masih kesal, lalu berkata pelan dengan memasang wajah yang serius. “Sudahlah, mari kita sekarang mencari tempat untuk menginap, kurang baik untuk menetap lama-lama disini.”

Melihat kondisi tersebut, Mina dan Laura pun melirik satu sama lain.

Mereka berdua juga tahu bahwa sekarang bukanlah waktu untuk kesal, lalu mengangguk dan mengikutiku dari samping.

Aku membawa mereka ke goa dimana tadi kutempati. Mina pun sudah mengantuk dalam perjalanan, sehingga kepala kecilnya terangguk-angguk dan hampir saja terjatuh ke tanah.

Oleh karena itu, aku pun melonggarkan tangan Laura dan menggendong Mina.

Laura sepertinya agak cemburu, bahkan kata-katanya terdengar sangat jelas rasa cemburunya. “Albert, kamu sangat perhatian ya terhadap gadis kecil ini.”

Aku pun menoleh balik dan menatapnya sinis, tanpa mengatakan apapun.

Sifat Laura lama-lama semakin angkuh, dan Mina adalah gadis termuda di dalam kamp, serta merupakan adik perempuan yang kuakui, bukankah seharusnya aku memberinya sedikit kasih sayang?

Melihat aku tidak membalasnya, Laura pun menggigit bagian bawah bibirnya, dan wajah cantik pun terlintas sedikit kekesalan.

Aku pun mengerut dahiku pelan, tapi aku juga tidak menaruhnya di dalam hati, hanya berlangkah cepat menuju goa itu berada.

Untung saja selama perjalanan ini aman, aku pun membawa mereka kembali ke dalam goa.

Api unggun di dalam goa pun mulai meredup dan tersisa beberapa percikan. Aku langsung asal membuang beberapa kayu kering ke dalam, sehingga api unggun itu kembali membara.

Laura seperti kembali ke rumah sendiri, sekali masuk pun langsung merebahkan diri di tempat tidurku yang telah kuberes tadi, lalu mengeluarkan keluhan nyaman, sehingga diriku menutup kedua sudut bibirku.

Sudahlah, lagi pula ia juga kelelahan dalam perjalanan.

Mengingat hingga sini, aku pun hati-hati merebahkan Mina di samping api unggun, lalu asal mencari rumput kering untuk membuat tempat tidur kedua.

Laura menonton dari samping, pupil matanya yang bersinar itu pun menghilang.

Bab 57

Mina menghilang.

“Albert, besok kamu pulanglah bersamaku. Kamp tidak boleh kehilangan dirimu, begitu pula.... dengan diriku.”

Laura jarang sekali bertingkah lucu di hadapanku, tapi Hesti masih belum ditemukan. Aku sendiri juga telah bersumpah, bahwa lain kali aku tidak akan membiarkan ia sendirian.

Teringat ini, aku tertegun sebentar, lalu membalasnya dengan tegas, tanpa berbalik badan. “Tidak boleh. Besok aku akan pergi berburu, kamu dan Mina bawa pulang dulu. Aku masih harus mencari Hesti di dalam hutan.”

Laura pun marah besar.

Ia langsung bangkit dari tempat tidur, lalu menusuk punggung belakangku dengan jari, sambil marah-marah berkata. “Aku tidak setuju, Albert. Kamu harus pulang bersama denganku esok hari!”

Laura tidak dapat mengendali suaranya, sehingga suara tingginya hampir saja membuat Mina terkejut.

Aku pun menemukan wajah Mina yang berkerut sedih dan bola matanya yang terus bergerak tidak tenang di belakang kantong mata yang tertutup, beserta bibir kecil merahnya yang entah sedang berceloteh apa itu, sepertinya ada tanda-tanda untuk terbangun.

Aku langsung merasa kesal dan menarik Laura berjalan ke luar.

Takut mengganggu tidur Mina, aku pun berusaha menahan amarahku, lalu berkata dengan pelan. “Laura, Hesti menghilang. Kalau aku sendiri tidak pergi mencarinya, maka tidak akan ada orang yang pergi mencarinya.”

“Kalau begitu, tidak perlu mencarinya lagi!” Laura berkata terus terang.

Aku tidak pernah melihat dirinya yang begitu kejam, bahkan wajah cantiknya tampak sangat tidak peduli. “Lagi pula Hesti sebelumnya pernah menghilang juga. Anggap saja kita tidak pernah menemukannya, bukankah itu baik?”

Melihat ia yang begitu yakin dan berani, hatiku pun muncul rasa kecewa.

Sejak kapan Laura juga berubah menjadi orang-orang terselamat yang begitu cuek dan tidak berperikemanusiaan? Ataupun boleh disebut juga.... bahwa aku tidak mengenal baik dirinya.

Hatiku pun mendingin, bahkan tatapan juga ikut menjadi cuek.

“Laura, apakah kamu juga akan berkata seperti itu saat aku menghilang?”

Ia mengedipkan matanya, lalu memaksa diri untuk menarik sudut bibirnya, dan tertawa sambil berkata. “Albert, apa yang sedang kamu katakan? Kamu begitu hebat, bagaimana mungkin bisa menghilang seperti Hesti?”

Aku tidak akan menghilang, melainkan bukan mencariku.

Hatiku seketika semakin mendingin.

“Laura, aku beri tahu kamu, aku harus menemukan Hesti. Jika aku tidak bisa menemukannya, aku tidak akan kembali ke kamp!”

“Apa?”

Suara wanita yang tinggi itu hampir saja ingin merobek gendang telingaku.

Sepasang mata Laura membelalak besar, lalu maju selangkah ke depan bagai orang gila, sambil menggoyangkan pundakku, bertanya dengan suara kencang. “Albert, apa yang kamu katakan? Kamu mau meninggalkan diriku dan kamp demi seorang Hesti?”

Ia bagai seorang ibu-ibu penuh keluhan yang marah-marah. Wajah cantiknya pun berubah, dan seketika kehilangan warnanya.

Aku mengerutkan dahiku, dan berhasil membebaskan diri dari genggamannya, lalu menghiburnya dengan sabar. “Laura, kecilkan suaramu, Mina masih tidur. Apakah kita tidak bisa membahasnya dengan pelan-pelan?”

Tapi Laura tidak mengikuti kata-kataku, terus berisik bagai orang gila. Suaranya yang kencang tentu membuat Mina terbangun.

Aku hanya menemukan ia yang mengusap matanya keluar, lalu mengulurkan lengannya kearahku, dan berkata dengan kasihan sambil cemberut. “Kak Albert, ada hal apa yang terjadi? Mengapa begitu berisik?”

Aku pun menghela nafas dan baru saja ingin menggendongnya, lalu Laura terlihat bagai orang kehilangan kendali, dan mendorongnya hingga terjatuh di lantai.

“Untuk apa panggil kakak, apakah ia adalah kakak kandungmu? Aku beri tahu saja kalau kakakmu tidak menginginkanmu dan kamp lagi!”

Setelah itu, Laura seperti sangat lega, lalu tertawa kencang dengan angkuh, hanya saja raut wajahnya tampak ketakutan.

Tangisan Mina pun langsung pecah.

Ia terduduk di tnah, lalu membuka kedua lengannya kearahku, bulu matanya pun menempel bersama karena terbasahi air mata, sehingga ia terlihat kasihan.

Suara tawa Laura dan suara tangis Mina pun tercampur bersama. Otakku dibuat pusing karenanya, sehingga amarahku dari lubuk hati pun meledak.

“Cukup!” bentakku kasar.

Laura sungguh keterlaluan beberapa waktu ini. Hesti merupakan teman yang paling lama menemani kita selama berada di pulau terpencil. Ia mengatakan kata ‘nyerah’ dengan begitu mudah. Lalu jika suatu hari aku terjebak dalam situasi yang berbahaya, apakah ia akan berbalik badan dan langsung melarikan diri?

Saat ini, aku telah melupakan semua bantuan Laura kepadaku sebelumnya. Otakku pun hanya tersisa tampangnya yang kejam dan nada bicaranya yang santai.

Aku mengepalkan kedua tanganku dan akhirnya tidak tahan untuk marah-marah berkata. “Laura, kalau kamu tidak mau disini lagi, kamu boleh pergi sekarang!”

Atmosfer sekitar pun menjadi hening, seketika semua suara pun berhenti.

Laura memandangku terkejut, sepertinya tidak akan sangka bahwa diriku akan marah besar kepadanya.

Tuan Putri yang biasanya hidup mewah terkejut karena diriku, kedua belah bibir merahnya pun gemetar pelan. Akhirnya mulut itu pun tertutup erat, tidak lagi berisik.

Mina mengerucutkan bibirnya, seperti ingin menangis.

Aku mendekati untuk menggendongnya, lalu mengelus punggungnya dengan lembut. Kemudian berbalik badan kearah Laura dan berkata dengan tatapan datar. “Laura, aku akan pergi mencari Hesti. Lain kali kamu tidak perlu ikut campur dalam masalahku.”

Setelah itu, aku pun berjalan ke dalam goa terlebih dahulu.

Tak lama kemudian, Laura pun pelan-pelan berjalan ke dalam.

Ia tentu tidak akan berani pergi sekarang. Sebelumnya juga entah ada dorongan apa yang membawanya datang kesini dengan menelurusi kegelapan.

Tapi sekarang hutan sangat lah gelap. Siapapun tahu bahwa di dalam hutan sana sangatlah berbahaya, ditambah dirinya tergigit oleh ular, sehingga dirinya semakin tidak berani beraksi sendirian.

Laura menempel dinding masuk ke dalam, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkali-kali melirik kearahku dengan sedih.

Melihat diriku yang tidak memedulikannya, akhirnya ia pun meringkuk di tempat tidur dengan tenang, lalu terlarut dalam mimpi dengan tidak senang.

Mina pun juga tertidur karena diriku.

Aku memeluknya tidur, duduk diatas tempat tidur dan terus menjaga hingga pagi, tanpa tidur.

Hari kedua, Laura dan Mina bangun secara berurutan.

Laura sepertinya sudah melupakan kejadian malam, lalu merenggangkan pinggangnya sambil mengeluh kepadaku. “Tidur di goa sangat tidak nyaman, bahkan rumput-rumput kering itu hampir merusak kulitku.”

Selama ini ia sudah terbiasa tidur di dalam kantung tidur, tapi ia melupakan saat awal mula dimana kita dan Hesti tidur bersama diatas tempat tidur yang seperti ini.

Mengingat ini, raut wajahku pun menjadi semakin datar.

Aku menenangkan Mina di samping, menggerakan lengan dan pergelangan tanganku yang mati rasa, lalu berdiri dan menggendong tasku, mengingati dengan suara cuek. “Laura, kamu jagalah Mina. Aku akan pergi berburu sekarang.”

Laura mematung sesaat, lalu membuka bibir merahnya, seperti ingin mengatakan sesuatu.

Tapi akhirnya ia tidak mengatakan sepatah kata pun, lalu mengangguk kepalanya dengan diam, rasa sedih pun melintas jauh dari tatapannya.

Aku menutup bibirku, lalu memandang kearahnya sekilas, dan berbalik badan meninggalkan tempat.

Proses berburu berjalan dengan lancar. Tak lama kemudian, aku pun mendapat seekor singa yang sendirian, dan sebuah sarang ayam kampung yang berwarna-warni.

Aku pun berjalan kembali ke goa dengan hasil buruan yang penuh. Tapi saat mau tiba di goa, aku pun terdengar suara adu mulut yang intens. Kebetulan itu adalah Laura dan Mina yang sedang bertengkar.

Aku seketika merasa takut, lalu sibuk berlangkah cepat menuju goa. Tapi aku telat saat tiba disana, dan Mina pun telah menghilang.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu