1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 91 Bertarung Melawan Monster

Duak.....

Aku diangkat tinggi-tinggi lalu dilempar ke pohon yang di belakang dengan sadis, sampai kepalaku pusing dan mataku buram.

Monster ini memang seperti yang dibilang Nora kekuatannya tidak terbatas, aku sedikit tidak berhati-hati langsung dilempar keatas pohon oleh monster ini, bahkan kapan dia turun tangan dan melakukan gerakan apapun tidak terlihat jelas.

“hmph, kakak tertua kakak kedua kalian lihatlah, kakak tertua masih memberi pria sampah ini kesempatan, monster ninaji ini mungkin bisa menghajarnya sampai mati hanya dengan satu pukulan.”

Aku berdiri dengan susah payah, melirik pria yang bicara itu.

Pria ini lucu sekali, panggilannya sekarang berubah lagi jadi pria sampah, gila!

“hmph, mati, masih lama!” aku membalasnya sambil melihat monster itu dengan berhati-hati, dia ternyata sudah pulih tidak sedikit.

Tadi jelas-jelas dikejar sampai terengah-engah, sekarang malah monster ini melihatku dengan rupa yang menyeramkan.

Dia karena pukulannya padaku tadi sangat bersemangat, sejak awal sudah tidak ada rupa menyedihkan saat tadi dikejar untuk dibunuh.

Aku memang tidak menyangka begitu datang akan langsung diminta berburu monster, untung aku selalu membawa ranselku.

Untung di dalam ranselku masih ada dua pistol yang diambil dari orang hutan itu.

“Nora, berikan tasku!” aku berteriak ke Nora.

Reflek Nora sangat gesit, langsung melempar tasku padaku, dua pistol itu juga ikut terjatuh.

Aku langsung maju, menangkap dua pistol itu sebelum terjatuh ke tanah.

“hmph, monster, kamu tunggu saja!” teriakanku yang kencang kebetulan menarik perhatian monsternya, dia memelototiku dengan ganas dan menyerbu kearahku dengan cepat, dan aku sedang mengangkat kedua pistol.

‘dor dor’ dua pistol di kiri kanan menembak tepat di kaki kanan dan kiri monster.

Walaupun kekuatan pistol ini tidak begitu mengerikan, tapi di mata monster ini dan manusia ular ini malah senjata yang aneh.

“benda apa ini!”

Suara manusia ular itu baru menurun, kedua lutut monster sudah berlutut di tanah.

“hmph, ini tentu saja senjata spesialku, aku adalah orang yang dipanggil Raja Mor, ini adalah senjata yang diberikan secara spesial padaku oleh Raja Mor, sekarang kalian sudah takut kan.”

Raut wajah manusia ular itu kebingungan mendengar ucapanku, dari yang tadinya menghinaku jadi berhati-hati padaku.

“kamu.....”

Manusia ular yang paling bawel belum selesai bicara, orang diantaranya yang dipanggil kakak tertua langsung turun tangan menahannya.

Manusia ular yang paling tua itu langsung membunuh monster raksasa dengan satu pukulan, memang ya orang yang Gina mohon untuk mengajariku.

Aku tidak jelas bagaimana kekuatan manusia ular yang paling bawel itu, tapi kakak tertua ini benaran sangat hebat.

Tubuhnya tidak goyang sedikitpun, aku juga tidak melihatnya mengeluarkan jurus, hanya dengan satu jurus langsung membunuh monster itu.

Benar-benar..... dewa banget.....

Perasaan kagum di hatiku terhadap kakak tertua manusia ular ini langsung meningkat, berdiri diam di tempat.

“kawan kecil, kamu ikuti aku kemari.”

Kakak tertua manusia ular ini tidak seperti adiknya yang jahat dan kasar, dia bicara padaku dengan lemah lembut.

“tuan tuan, anda cepatlah pergi, tunggu mendapat kabar Nora akan datang menjemput anda, energi disini terlalu tinggi, Nora tidak bisa menetap.”

“eh, ke.....”

Aku hanya memikirkan perkataan kakak tertua manusia ular padaku tadi, saat aku reflek memutar kepala mencari Nora, hanya melihat bayang tubuhnya saja.

Apakah energi yang terlalu tinggi tidak baik untuknya, kenapa tidak bisa menetap, mungkin takut tiga manusia ular ini tidak mengizinkannya menetap.

Aku berjalan sangat jauh di belakang tiga manusia ular itu, setelah melewati sebuah hutan, langsung tiba di kaki gunung.

“kamu manjat saja sendiri pelan-pelan!” manusia ular yang paling bawel dan paling muda mulai menyulitkanku lagi, “jangan kira kakak mengasihanimu dan membiarkanmu menetap artinya kau mendapatkan hal yang baik, kami tidak akan melunakkan hati karena kamu orang apa, setiap murid dibawah Kuil Ninaji kami diseleksi dengan hati-hati dan ditempa dengan keras! Kuberitahu kau, kalau kamu masih belum sampai sebelum hari gelap, kalau begitu selamanya tidak usah sampai!”

Selesai bicara, tiga manusia ular itu melata kearah lereng bukit yang menurun dengan mulus, tubuh mereka tegak lurus dengan gunung, bagian atas tubuhnya langsung rata dengan tanah di bawah kaki.

Mereka ternyata naik gunung seperti itu, dan kelihatannya bisa terlepas dari gravitasi bumi sebentar.

Hebat hebat.....

Aku mengangkat kepala dan melihat puncak gunung yang setinggi langit, menggigit gigi dan mulai mendaki gunung.

Saat aku terengah-engah memanjat sampai ke puncak gunung, malah dibuat mematung oleh pemandangan di depan mata.

Disini sama sekali berbeda dengan perkiraanku.

Tadinya aku tidak peduli dengan Kuil Ninaji apalah yang disebut oleh manusia ular bermulut jahat itu, lagipula tiga orang sudah bisa membuat harimau, mereka bertiga juga bisa membentuk sebuah sekte.

Tapi begitu aku sampai di puncak gunung, sudah mendengar suara latihan pedang yang seragam di alun-alun belakang, ternyata tiga orang ini betulan punya murid.

Begitu aku masuk ke dalamnya lagi, tambah kaget.....

Orangnya banyak sekali!

Pria berbaju putih pemimpin tarian pedang yang paling depan melihatku berjalan kesana, mengisyaratkan semuanya untuk berhenti lalu buru-buru berlari ke arahku.

Tarian pedang berhenti sejenak, semua tatapan orang di belakang tertuju padaku dengan serentak dan mulai berdiskusi.

“kamu pejuang yang baru datang kan, mari, kamu ikut aku dulu, selamat sudah bergabung dengan Kuil Ninaji kami, seremoni resmi yang lebih detailnya besok ketiga tetua senior akan membawamu pergi, nanti aku akan mengatur tempat tinggal dulu untukmu, hari ini kamu istirahatlah baik-baik.”

Aku baru tiba diatas gunung ini merasa sangat baru, melihat kesana kemari di belakang orang yang memimpin, sepanjang jalan terus begini sampai di tempat tinggal yang disebut.

Tempat jelek ini lebih sederhana daripada desa kecilku, seperti masuk ke kuil biksu, di dalamnya hanya ada sebuah kasur yang sederhana.

“pejuang, karena identitas anda kebih spesial, jadi memberikan kamar pribadi untuk anda sudah terhitung pelayanan yang spesial, besok jangan lupa berterima kasih pada tetua senior ketiga.”

Orang itu baru selesai bicara dan ingin pergi, namun tertahan oleh panggilanku.

“tetua senior ketiga yang mana?”

“ini.....” dia melihatku dengan agak tidak bisa percaya, seperti bingung kenapa aku jelas-jelas sudah bertemu tiga manusia ular itu tapi masih tidak kenal dengan mereka.

“tetua senior ketiga kamu harusnya punya sedikit kesan, dia adalah yang paling muda diantara ketiga tetua senior, pokoknya kesan tetua senior ketiga lumayan dalam terhadapmu, kamar ini juga dia yang sengaja mengaturnya untukmu.”

Hmph, tuh kan.

Paling muda paling bawel paling jahat, ya orang itu kan, karena aku menyindirnya satu kalimat saja dia tidak bisa tahan, jadi dendam padaku sampai sekarang.

“em terima kasih, aku paham.”

“baiklah, kalau begitu kamu istirahat saja dulu, ada masalah apa besok baru diurus lebih jelas lagi.”

Kelelahan seharian, walaupun tidak ditemani wanita cantik, aku tetap berbaring diatas kasur dan tertidur sangat cepat.

Waktu tengah malam, aku tiba-tiba mendengar suara derikan, di saat ini energi dan kesadaranku sudah pulih lumayan.

Mungkin indera keenam yang mendorongku, seperti ikan karper yang meloncat di air, langsung bangun terduduk.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu