1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 74 Hesti Bangun?
Robert Zhang menatapku dengan pandangan kosong, tidak tahu apa yang dipikirkannya. Ketakutan terlintas dari matanya.
Dia tiba-tiba meronta dan meraung seperti binatang yang terperangkap: "Albert, beraninya kamu? Beraninya kamu!"
Meskipun aku tidak tahu apa yang dia pikirkan di dalam hatinya, aku tetap berekspresi tidak takut, mengangkat daguku dan berkata, "Mengapa aku tidak berani? Robert Zhang, jika kamu berani melakukannya, maka harus berani bertanggung jawab!"
Ketika kalimat itu keluar, raut wajah Robert Zhang menjadi semakin ganas.
Dia meraung dan ingin menyerbu ke arahku, tapi dia tersangkut tali yang terikat di tubuhnya.
"Albert, tunggu saja, suatu hari nanti kamu akan memohon padaku!"
Suaranya mengerikan, dan tanpa sadar aku mengerutkan kening, dan aku merasa sedikit tidak nyaman karena suatu alasan.
Ketika memikirkannya, tangisan tajam dan terburu-buru tiba-tiba terdengar dari dalam gua.
Aku menyembunyikan kecemasanku dan meminta Alex untuk mencari tempat untuk menempatkan Robert Zhang. Kemudian membawa Mila bersaudara masuk ke dalam gua, bermaksud untuk mencari tahu.
Di dalam gua sangat berantakan saat ini, dan sekelompok wanita dengan ekspresi pucat menghalangi pintu masuk dan berteriak dengan cemas.
Mereka melihatku dan Mila bersaudara berjalan mendekat. Semua orang dengan cepat membukakan jalan. Di tengah kerumunan itu, terlihat Hesti dengan wajah yang memerah dan raut wajah yang sedikit cangung.
"Albert, coba kamu lihat, sepertinya ada yang salah dengan Hesti?"
Wanita gemuk yang sebelumnya sudah mengetahui rahasia Hesti berjalan keluar dari dalam kerumunan, dia tiba-tiba menunjukkan raut wajah rendah hati serta menyepitkan matanya untuk mencoba melepaskan aura niat baik .
Tapi betapa palsunya raut wajah itu, aku tidak bisa menahan untuk mengernyit, diam-diam meliriknya kemudian berjalan ke sisi Hesti untuk memeriksa kondisinya dengan lebih jelas.
Hesti sepertinya tiba-tiba demam, butir-butir keringat besar keluar dari dahinya. Aku meletakkan tanganku di atasnya. Dalam sekejap, suhu panasnya hampir menembus telapak tanganku.
"Mila, panggil perawat."
Wajahku dengan serius mengerutkan sudut bibir bawahku, dan berkata dengan suara berat.
Suhu tubuh Hesti sangat menakutkan tingginya, dan aku bahkan berfirsat bahwa perawat tidak bisa menyelesaikan masalahnya.
Namun, Mila tidak mengetahui kekhawatiranku.
Dia mengiyakan kemudian meletakkan Mina di sampingku dan bergegas keluar untuk mencari perawat.
Untuk sesaat, gua itu dipenuhi bisikan suara orang.
Namun meski begitu, Hesti masih mengernyit merasa tidak nyaman. Wajah mungilnya yang hanya sebesar telapak tangan itu dipenuhi dengan ekspresi kecemasan dan matanya berputar-putar di bawah kelopak matanya yang tebal.
Kondisi seperti ini ... apakah Hesti akan segera bangun?
Aku terkejut, menatap Hesti dengan saksama, kemudian melihat dia membuka matanya. Tetapi sepasang mata yang awalnya cerah dan jernih sekarang menjadi mata merah yang menakutkan.
“Hesti, apakah kamu sudah bangun?” Tanyaku terkejut.
Tapi Hesti tidak mendengarnya, dia bangkit dari tanah dengan kaku, matanya menatap lurus ke sisiku, menatap Mina yang berwajahnya polos.
"Barang-barangku ... Kembalikan kepadaku, kembalikan kepadaku!"
Hesti membisikkan beberapa kata dari mulutnya, dia dengan cepat bangkit dari tanah dan langsung menyerbu ke arah Mina.
Mina terkejut dan ketakutan terlintas jelas di matanya.
Dia berjuang untuk mengulurkan kedua tangan kepadaku, dan berkata dengan sedih: "Bang, selamatkan aku, Kakak Hesti sangat menakutkan!"
Begitu kalimat itu keluar, Hesti membuka mulutnya dan menggigit leher Mina.
Kekuatannya itu bukan lelucon.
Aku menyaksikan Hesti merobek kulit halus yang menyelimuti leher Mina dan darah segar mengalir keluar.
Mina menangis kesakitan.
Aku buru-buru melangkah maju untuk memisahkan Hesti dan Mina, dan tidak bisa berhenti menyalahkannya: "Hesti, apa yang kamu lakukan? Kamu lihat leher Mina yang digigit olehmu!"
Tapi Hesti sepertinya sama sekali tidak ingin menggubrisku, matanya sepertinya menjadi lebih menakutkan di bawah rangsangan bau darah.
Kondisinya itu seperti binatang buas yang kelaparan selama ratusan tahun dan tatapan ganas melintas.
Aku menelan ludah tanpa sadar, dan melindungi Mina dalam pelukanku, menatapnya dengan waspada, "Hesti, apakah kamu lapar? Aku akan menyuruh orang menyiapkan makanan untukmu."
Hesti mengangkat kepalanya dengan hampa, kedua matanya yang sangat merah itu berusaha untuk menunjukkan sedikit kejelasan.
Aku sangat gembira, berpikir bahwa Hesti benar-benar terpengaruh oleh kelaparan, dan dengan cepat mendesak orang-orang di samping untuk membawa buah dan makanan kering yang dapat dimakan..
Tetapi sesaat kemudian, tatapan mata Hesti kembali ke penampakan yang sebelumnya.
Tanpa Mina sebagai target, gerakannya tampak jelas menjadi acak dan panik.
Cuma terlihat dia bergerak mondar-mandir dua langkah di tempat, dan kemudian mengarahkan pandangannya ke wanita gemuk yang gemetaran di belakang kerumunan. Detik berikutnya, matanya berbinar dan menyerbu ke sana.
Tiba-tiba, teriakan melengking wanita gemuk itu terdengar nyaring, dan kerumunan di dalam gua dikejutkan oleh perubahan konidsi yang tiba-tiba ini.
Jika serangan sebelumnya terhadap Mina adalah lelucon, tetapi sekarang leher wanita gendut itu digigit sampai hancur, apakah ini masih lelucon?
Hampir sekejap, semua orang melarikan diri dari gua, mata mereka menatap Hesti dengan penuh ketakutan.
Wanita gemuk itu juga sangat ketakutan, berteriak putus asa sambil mengayunkan tangannya, mencoba mendorong Hesti yang sama saekali tidak bergerak.
Tapi di tubuhnya yang gemuk itu semuanya lemak sama sekali tidak mempunyai tenaga. Meskipun dia telah berusaha sampai mengeluarkan banyak keringat, mulut Hesti tetap menempel di lehernya tidak bergerak.
Untuk saat ini di dalam gua hanya terdengar suara terengah-engahnya dan suara Hesti yang terus menelan darah.
Mata wanita gemuk itu mengamati sekeliling dengan panik, dan melihat bahwa aku masih berdiri di tempat, buru-buru bergegas ke arah aku untuk meminta bantuan.
"Albert, selamatkan aku!"
Suara lemahnya bagaikan suara nyamuk dan lalat masuk ke telingaku, aku terdiam sejenak, dan akhirnya mengambil keputusan. Setelah menempatkan Mina di tempat yang lebih aman di belakangku, aku melangkah untuk menghadapinya.
Hesti meminum darah dengan nikmatnya.
Jelas- jelas giginya rapi dan tumpul seperti orang normal, tapi dapat merobek kulit wanita gemuk itu dengan mudah.
Aku mengerutkan bibirku. Kemudian mengangkat tangan kananku dan hendak mengibaskannya bagai pisau, tetapi Hesti menyadarinya dan mengelak ke samping lalu dari tatapan mata merahnya itu muncul ketidakpuasan.
"Albert, apakah kamu mau menghentikanku?"
Ini adalah kalimat pertama yang dia ucapkan setelah dia bangun.
Mungkin karena dia sudah tertidur berhari-hari, suaranya terdengar agak aneh.
Aku tanpa sadar mengerutkan kening, menekan sudut bibir tidak menjawab dan berbalik bertanya: "Hesti, kamu sakit, perawat akan berada di sini sebentar lagi. Kamu biarkan wanita ini pergi dulu, Bisakah?"
Hesti menggelengkan kepalanya dengan tatapan arogan, dan bahkan kembali menghisap darah di leher wanita gemuk itu dengan provokatif.
Tiba-tiba, wajah wanita gemuk itu menjadi lebih pucat, dan seluruh orang menjadi shock.
Dia kehilangan terlalu banyak darah!
Begitu kesimpulan ini keluar, wajahku tiba-tiba menjadi serius.
Aku melangkah maju dan melambaikan telapak tangan, mencoba menampar Hesti sampai pingsan, tetapi dia dengan ligat menghindarinya lagi, akhirnya menunjukkan ekspresi marah di wajahnya.
Novel Terkait
Si Menantu Dokter
Hendy ZhangMy Charming Lady Boss
AndikaCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinNikah Tanpa Cinta
Laura Wang1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita