1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 63 Jebakan
Setelah melemparkan kalimat tersebut, aku pun berjalan keluar dari gua dengan kepala terangkat.
Tak lama kemudian, Reynol dan beberapa lelaki lain berjalan keluar dari gua. Gerakan tubuh mereka terlihat sedikit malas, tetapi wajahnya terdapat sedikit rasa malu.
Lelaki yang sebelumnya membentakku maju selangkah.
Ia dengan tidak senang melototiku dan berkata dengan nada suara yang terdengar agak kesal, "Albert, jangan kira hanya dirimu saja yang bisa berburu. Kita semua juga telah bertahan hidup di pulau terpencil ini hingga sekarang!"
Mendengar kata-kata tersebut, aku pun mengangkat alis dan melemparkan sebuah kata dengan maksud yang tidak jelas, "Benarkah?"
Pandanganku pun teralih ke beberapa sosok orang yang mengikutiku dari belakang dengan tingkah laku yang mencurigakan. Aku menutup mulut, lalu berbalik badan dan tidak lagi berbicara.
Dengan begitu, aku berjalan sepanjang dalam kesunyian dengan jarak yang tertentu.
Entah karena orang kita terlalu banyak atau bukan, binatang buas di hutan pun tidak tahu menghilang kemana saja.
Awalnya Robert hanya diam-diam mengikut darii belakang. Namun seiring waktu berjalan, ia pun mulai mengeluh terus seperti sebelumnya.
Hatiku menjadi agak tak sabar, lalu menoleh dan melihatnya sekilas.
Akan tetapi aku melihat kedua budak di sampingnya yang masing-masing sedang menjilatnya.
Aku dengan sinis mengerucutkan bibir. Tepat di saat aku ingin mengalihkan pandanganku darinya, seorang pria bertubuh besar dengan wajah pokernya yang berada di pojokan sana menarik perhatianku.
Ia berkulit hitam dengan tampang yang tegas. Ia hanya mengikut di belakang tanpa berkata apapun bagaikan seorang hantu. Jika tak diperhatikan dengan jelas, keberadaannya benar-benar seperti tidak ada.
Ia juga tidak pernah mengenalkan dirinya sendiri kepada semua orang, hanya terus diam-diam mengikuti kita.
Tapi karena kulitnya benar-benar sangat hitam, maka itu kita semua memanggilnya Alex si hitam.
Alex adalah seorang pendiam, ia juga tidak banyak berbicara di dalam kamp. Namun orang dengan kepala dingin, seharusnya memiliki kemampuan yang semakin hebat. Aku selalu berpikir seperti itu.
Aku diam-diam memikirkan dirinya dan sedang mencari kesempatan untuk berbincang dengannya. Namun terdengar gerak-gerik yang pelan berasal dari tidak jauh sana.
"Tititi..."
Itu adalah sinyal darurat SOS yang terpancar dari suar penentu lokasi!
Tapi bagaimana mungkin?
Satu-satunya suar penentu lokasi lama di pulau terpencil ini telah kukembalikan kepada Suzy. Namun saat ini alat apa yang memancarkan sinyal darurat SOS? Pikiranku penuh dengan kebingungan.
Aku mengerutkan dahi dan merenung sesaat, akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi melihat dan membawa semua orang untuk mengubah jalur yang dituju.
Tak lama kemudian, beberapa orang juga mendengar suara tersebut. Seketika mereka pun mulai berdiskusi.
Di belakang sana, Robert sedang berbincang dengan kedua budaknya, lalu tiba-tiba bertanya kepadaku, "Weh, Albert, apakah kamu mengenal suara ini?"
Aku tertegun, hatiku merasa agak tidak senang. Tetapi aku tetap menjawabnya dengan tenang, "Itu adalah sinyal darurat SOS, kita pergi lihat saja."
Robert langsung menjadi sangat berlebihan.
"Janganlah, lebih satu orang bukankah berarti orang yang makan juga menambah? Aku sih tidak berharap adanya orang baru yang masuk kamp lagi."
Robert hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Tanpa sadar aku menarik napas dalam, lalu melotot kearahnya dengan tatapan geram dan membentak, "Jika kamu tidak setuju, pergi saja sekarang, tak akan ada orang yang menghalangimu!"
Seketika ekspresi wajah Robert berubah drastis lalu menunjuk hidungku "Kamu" dan tidak berkata lagi.
Aku pun mengabaikan orang-orang yang egois itu dan berjalan menelusuri sumber suara tersebut.
Entah kakiku tersandung barang apa secara tiba-tiba. Aku menjadi linglung dan hanya keburu melindungi bagian sensitifku. Aku pun terjebak dan digantung di dalam jaring besar.
Apa yang terjadi?
Aku pun terkejut dan mengamati sekeliling secara tanpa sadar.
Namun aku malah melihat Robert dan kedua budaknya sedang melarikan diri dengan panik.
Setelah bersembunyi di belakang pohon besar, mereka pun mengintip kearahku. Seolah-olah jika adanya gerakan kecil, mereka akan segera kabur.
Sisanya juga ikut bersembunyi di sekitar, kecuali Alex Si Hitam yang memiliki tampang tegas.
Namun di saat seperti ini, aku juga tidak berminat untuk menyelidikinya dan hanya menjulurkan leher untuk melihat jelas lingkungan sekitar.
Untung saja selain kita, di sekeliling tempat ini tidak ada satu orang pun. Tampaknya ini adalah penjebak hewan yang dipasang oleh penduduk setempat untuk menangkap binatang buas.
Tak sangka tidak berhasil menangkap binatang buas, malah berhasil menjebakku.
Aku tersenyum pahit dan mencoba untuk keluar dari jaring ini. Namun tak tahu tali apa yang digunakan pada jaring ini, semakin aku coba, jaring ini pun semakin erat.
"Cck, maaf merepotkan!"
Aku bergumam sendiri, pada akhirnya aku pun memutuskan untuk meminta bantuan Robert. Bagaimanapun dari beberapa orang ini, aku hanya mengenal dirinya dan berharap ia bisa mengerti sedikit situasi sekarang.
Berpikir sampai sini, aku pun berteriak, "Robert, sini bantu menurunkanku dari atas pohon!"
Suara ini sudah cukup besar, tapi Robert seperti tidak mendengarnya. Ia hanya melihat-lihat ke belakang pohon besar ini dan tidak ada maksud untuk meladeniku.
Bahkan aku bisa melihat ekspresi kebahagiaan yang terlintas di matanya atas kemalanganku.
Tampaknya, Robert sama sekali tidak berpikiran untuk menolongku! Tak sadar hatiku pun muncul rasa putus asa.
Di saat aku ingin mencari cara lain, Alex yang diam di samping tiba-tiba bergerak.
Hanya terlihat ia melompat bagai ahli bela diri, menginjak satu sebuah pohon dan melompat tinggi dimana susah dicapai oleh orang biasa.
alam petir, sinar, tanah dan api, sebuah sinar perak pun melintas cepat, seketika Alex pun memutuskan tali dengan pisau itu.
Seketika aku pun terjatuh dari atas pohon dan berusaha membebaskan diri dari jaring.
"Alex, makasi banyak."
Alex terdiam sambil menggelengkan kepalanya.
Ia membantuku melepaskan tali yang terikat ditubuhku, lalu kembali pisaunya.
Ia berjalan ke samping tanpa berkata apapun.
Orang-orang yang sebelumnya kabur pun lari kembali secara berturut-turut. Mereka melihat kearahku dengan ekspresi canggung dan tidak berani untuk mengucapkan sepatah kata pun.
Aku juga malas meladeni orang yang tidak ingin memberi pertolongan saat kesusahan. Aku pun langsung berjalan ke samping Alex dan berterima kasih lagi kepadanya.
"Untung saja kali ini ada kamu, kalau tidak aku sepertinya akan dibawa pulang oleh penduduk Aborigin untuk menjadi budaknya."
Alex dengan terkejut melihat sekilas kearahku, seperti merasa penasaran mengapa aku berbeda dengan para 'pemimpin' yang terhormat di kamp sebelumnya.
Namun melihat ekspresi wajahku yang penuh dengan ketulusan, ia tertegun dan akhirnya pun membuka mulut.
"Sama-sama."
Aku mencoba untuk mengobrol dengan Alex, namun seperti yang kupikirkan, meskipun ia adalah seorang pendiam, tetapi seharusnya ia adalah pria yang berkemampuan hebat.
Sebelumnya Alex pernah mempelajari bela diri, ini juga merupakan alasan mengapa Alex tadi bisa melompat begitu tinggi.
Aku sama sekali tidak pelit untuk memujinya, lalu segera mengangkat ibu jari dan berkata, "Benar-benar sangat mantap jika kamu pernah mempelajari seni bela diri. Si Hitam, nanti kita saling berbagi ilmu yah saat pergi berburu."
Alex tertegun, rasa bahagia terlintas sekilas di matanya.
Ia menganggukkan kepala dan berkata tanpa ragu, "Baik!"
Tapi untuk saat ini yang terpenting adalah mencari tahu ada apa yang terjadi dengan sinyal darurat SOS tersebut. Semakin kita maju kedepan, suara 'titi' tersebut pun semakin besar.
Alex diam-diam mengikutiku dari samping. Tampaknya melalui pembicaraan tadi, hubungan diantara kita pun menjadi dekat secara tiba-tiba.
Tiba-tiba, ia membuka mulut dan berkata, "Albert, omong-omong seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Meskipun aku bisa bela diri, tapi diriku tidak pernah ada keberanian untuk pergi berburu. Namun karena keberadaanmu, aku pun mulai percaya dengan kekuatan dari seni bela diri."
Novel Terkait
Gue Jadi Kaya
Faya SaitamaMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraPernikahan Tak Sempurna
Azalea_That Night
Star AngelMy Greget Husband
Dio ZhengMy Cold Wedding
Mevita1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita