1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
Hesti lalu menatap ke arah tanganku. ternyata kedua singa itu tidak pergi. mereka sedang bersembunyi di semak rumput!
"makhluk hidup yang ada di sini........ sangatlah menakutkan!"
aku tahu alasan kenapa Hesti berkata seperti ini. dari harimau yang bersembunyi di belakang kami dan juga singa yang berpura-pura pergi, dapat dirasakan betapa menakutkan hutan ini. jika kami tidak berhati-hati, mungkin saja kami akan mati.
"kalau begitu, kita......" Hesti lalu menatapku dengan tatapan yang dipenuhi rasa ketakutan.
"kondisi terburuk yang ada adalah kita tidak tahu berapa lama kita harus tetap berada di atas pohon ini. kita harus menunggu singa itu untuk percaya kalau tidak ada lagi manusia di sini."
"bagaimana kalau mereka tidak pergi?"
"tidak mungkin, tempat ini sangat jelas bukan merupakan tempat tinggal mereka. aku juga menebak kalau zebra tadi tidak mungkin bisa membuat mereka menahan lapar lebih lama. mereka masih berada di sini pastilah karena mereka mencium aroma manusia."
Hesti lalu menghela nafas: "haiz, hanya bisa seperti ini."
kami berdua tidak lagi menemukan ide lain dan hanya bisa duduk diam di atas pohon tersebut.
untungnya ada sang monyet yang menemani kami. sikap Hesti terhadapnya berubah menjadi lebih baik setelah mengetahui niat baiknya yang ingin menolong kami. Hesti lalu mengajaknya untuk bermain dan mengelus rambutnya yang tipis itu.
kami berpikir terlalu sederhana karena sebelumnya kami belum pernah menghadapi hal seperti ini.
apakah area ini merupakan tempat tinggal para singa? area ini merupakan padang rumput yang luas. segala sisi area ini merupakan rumah bagi sang singa.
setelah beberapa saat, dua singa itu pun bangkit dan kembali mengelilingi area tersebut. awalnya kami hendak melarikan diri setelah kedua singa itu pergi. namun siapa sangka kedua singa itu kembali ke sini.
"kak Albert!"
setelah mendengar nada suara Hesti, aku mengira dia sedang menyalahkan diriku yang tidak beraksi. aku pun segera menenangkan dirinya: "tidak apa-apa, kita masih punya kesempatan!"
"kak Albert! menurutmu, kenapa mereka kembali lagi ke sini?"
melihat kondisi panik pada Hesti, aku pun menghela nafas. jujur saja aku tidak tahu alasan kenapa mereka kembali.
meskipun aku tinggal di pedesaan, namun aku belum pernah menjumpai binatang liar seperti ini. siapa yang tahu akan sikap ataupun kebiasaan mereka?
jika para singa itu menjadikan area ini sebagai tempat tinggal mereka, kami tidak tahu harus bagaimana lagi.
saat ini, kami mendengar suara Laura. jika dipikir-pikir, kaki Jesse sedang terluka dan begitu juga dengan kaki Yuri. tidak heran jika dia keluar sendirian untuk mencari aku dan Hesti yang tidak kunjung kembali.
aku dan Hesti khawatir kalau dia berjalan ke arah sini, namun kami juga berharap dirinya bisa menolong kami.
kami hanya bisa berharap saja, kami tidak melihat bayangan Laura hingga saat ini. selain suara tadi, tidak ada lagi hal yang bisa membuat kami merasa senang.
setelah hari hampir malam, Hesti merasa begitu lelah. dia lalu bersadar pada tubuhku sambil mengobrol denganku.
"kak Albert, bagaimana kalau kita turun sekarang. aku sangat lelah dan juga lapar. aku khawatir kalau aku akan terjatuh ke bawah jika aku tertidur nanti."
aku lalu mengelus kepalanya dan berkata: "jangan takut, ada aku di sini. aku tidak akan membiarkan kamu terjatuh ke bawah."
"Kak Albert, kapan kita bisa pergi dari sini?"
"aku baru saja melihat kondisi di bawah sana. mata kedua singa itu masih terlihat begitu terang. namun mereka pastilah akan tertidur. bagaimana kalau kita pergi ketika mereka tertidur?"
"baiklah, kak Albert, apakah kamu merasa kalau pulau ini sangatlah misterius? cuaca di sini terkadang terasa begitu panas dan terkadang terasa begitu dingin."
"benar, tidak hanya begitu, aku bahkan tidak mengerti akan gangguan magnet yang dikatakan oleh Jesse tadi."
"benar, aku semakin merasa takut setelah kejadian hari ini terjadi. Jesse bahkan berkata kalau pulau ini tidak terdapat pada peta."
malam itu, Hesti pun mengobrol hingga tertidur di dalam pelukanku. aku memilih untuk tidak tidur karena aku khawatir kami berdua jatuh ke bawah.
pohon ini sangatlah tinggi, jika kami jatuh, pastilah akan menyebabkan getaran yang kuat dan membuat kami setengah mati.
ketika hari mulai pagi, aku tidak lagi bisa menahan diriku. aku lalu memejamkan mataku dan tidak lama kemudian, aku mendengar suara Hesti yang sedang memanggilku.
aku seketika menyadarkan diri dan membuat kami berdua hampir jatuh kebawah. untungnya aku sempat menarik ranting pada pohon tersebut. namun Hesti seperti tidak menerima pengaruh apapun dariku. dia pun bersandar dengan lemas pada pelukanku.
lemas?
aku lalu menatap wajah Hesti, ekspresi wajahnya memanglah tidak begitu baik. kami tidak makan selama satu hari ditambah lagi cuaca yang dingin pada malam hari. saat ini, kami berdua hanya bisa saling berpelukan untuk menghangatkan tubuh kami.
melihat kondisi Hesti yang semakin buruk itu, aku merasa tidak tenang. aku lalu mengulurkan tanganku pada keningnya dan berdoa agar yang aku pikirkan tidak terjadi padanya.
namun, tidak disangka keningnya begitu panas.
parah, ini parah......
meskipun aku sakit, aku bisa sembuh hanya dengan istirahat selama beberapa hari.
namun Hesti adalah seorang gadis kecil, jika dia tetap berada di tempat ini dalam kondisi sakit, kemungkinan.......
tidak boleh, kami tidak lagi boleh tinggal di pohon ini. Hesti tiba-tiba diserang demam pastilah karena kedinginan selama di atas pohon.
"Hesti, bangunlah, aku akan membawamu turun dan pergi dari sini."
setelah mendengar perkataanku, Hesti pun menjawabku dengan lemas. aku melihat dirinya seperti tidak lagi memiliki tenaga.
aku melirik ke arah bawah dan melihat ke arah dua ekor singa itu. mereka sedang telungkup di atas tanah dan tidak melakukan pergerakan apapun.
mereka membelakangi kami dan hal ini membuat diriku tidak bisa melihat ata mereka. aku tahu kalau binatang liar sangatlah sensitif ketika mereka sedang tidur.
namun aku tidak bisa berpikir lebih banyak lagi sekarang. aku lalu membawa lumut yang aku kumpulkan sekarang sambil menggendong hesti pada punggungku dan turun secara perlahan dari atas pohon.
monyet ini sangatlah manusiawi. dia mengikuti kami turun dari atas pohon dan dia menghalangi sebagian dari tatapan mataku.
ini semua salahku, aku turun begitu saja. sekeliling kami begitu hening dan aku tida berhati-hati ketika turun. hal ini menyebabkan Hesti terjatuh di lantai dan membuat suara.
respon pertama dariku adalah segera menggendong Hesti. saat ini, aku mendengar suara di sekelilingku. binatang-binatang itu sepertinya mulai bergerak.
aku pun berlari ke arah yang berlawanan sambil menggendong Hesti. ketika aku membalikkan kepala, aku melihat dua ekor singa telah bangkit berdiri dan menatap ke arah kami.
aku tidak lagi memikirkan hal itu dan berlari sekencang mungkin. nyawa kami berdua berada di tanganku sekarang. meskipun aku harus mengorbankan nyawaku, aku juga tidak ingin gadis baik ini mati begitu saja.
Novel Terkait
Lelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMore Than Words
HannyPergilah Suamiku
DanisCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyLove and Trouble
Mimi XuLove Is A War Zone
Qing Qing1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita