1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
Ratusan ribuan tahun yang lalu, di sebuah negara yang sangat jauh, itu adalah dunia dewa Mor, seluruh rakyat diperintah untuk menunduk pada doa Mu.
Tapi aku…
Awalnya aku adalah tentara yang paling bagus di bawah Mor…
Tapi dewa juga bisa melakukan kesalahan, aku tidak tahu saat itu dia sengaja atau memang tidak sengaja dalam masalah salah memberikan kabar posisi letak musuh, pasukan tentara aku dikalahkan, aku ditangkap ke markas militer musuh dan mendapatkan penyiksaan dan dipermalukan lawan.
Aku mengira, di bisa datang menolongku…
Kami tidak hanya sebatas hubungan Raja dan bawahan yang paling baik, bahkan keluarga dekat yang paling dekat, kami…
Tapi, dia tidak.
Tidak tahu kenapa, dia memilih untuk menjual aku…
Aku bangun karena dikejutkan mimpi, setelah itu aku menyadari jika diriku sedang berbaring menghadap ke atas di depan gua, pistol terjatuh di lantai, semua serangga tadi sudah hilang, pintu gua menghadap di depanku dan mengeluarkan sebuah hawa yang dingin.
Aku meraba wajahku, di atas tidak ada yang lecet, luka di wajah sudah sembuh.
Aku mengambil ponsel dan berdiri dengan cepat, racun di tubuh sudah menghilang semua, hanya saja saat aku barusan berdiri, sebuah rasa kesakitan dari pergelangan kaki menyebar ke bagian betis.
Aku menundukkan kepala memijat kaki juga tidak merasakan ada yang aneh, sekarang lebih baik cepat masuk ke gua, jadi aku tidak menghabiskan waktu lagi.
Tidak tahu apa yang terjadi pada pintu gua ini karena sudah berbeda dari dua kali saat aku datang sebelumnya.
Aku masuk dengan membawa obor, di lantai terlihat ada tumpukan kayu yang berantakan seperti ada yang pernah datang, jadi aku berpikir Julio baru masuk saja.
Aku ingat sebelumnya saat masuk ke gua terdapat stalaktit yang berukuran besar sampai kecil, kemudian gua ini basah dan hanya satu jalan ke bawah tanpa ada yang lain lagi.
Aku seperti masuk ke gua gunung biasa, tetapi setelah berjalan lama malah tidak ada yang kutemukan hingga sampai di jalan buntu.
“Tidak mungkin, aku ingat sebelumnya hanya ada stalaktit yang bisa bergerak...”
Aku berbicara sendiri sambil mulai mengangkat obor menyinari dinding di sekeliling untuk mencari petunjuk.
Setelah berputar satu kali, yang terlihat hanyalah sebuah bunga merah muncul dari dinding, bunga itu terlihat semakin menawan di bawah cahaya api.
Sekeliling ini adalah dinding batu, tidak ada makhluk hidup lain sama sekali, tapi bagaimana bunga ini bisa hidup di sini?
Aku mendekat untuk memeriksa, aku tidak mengenali bunga ini, tetapi aku merasa aneh. Gua ini tidak punya angin, tetapi di bawah cahaya api bunga ini malah bisa menari.
Suara gemuruh muncul dari belakangku, aku menolehkan kepala melihat makhluk hidup raksasa yang tidak tahu namanya sedang berjalan ke arahku.
Dia berjalan dengan sangat lambat, langkah kaki sangat berat, setiap langkah kakinya seperti lelucon yang mempengaruhi detak jantungku.
“Apa yang ingin kamu lakukan!”
Aku ingin berteriak tetapi tidak bisa, jadi aku hanya bisa diam-diam melihat monster ini berjalan ke arahku.
Di mana pedangku, di mana pistolku…
Dalam kepanikan, aku malah merasa tubuhku seperti sudah membeku, bahkan pisau dan pistolku sudah menghilang…
Monster membuka lebar mulutnya terhadapku, aku bahkan mencium aroma busuk yang menyengat, tetapi kenapa tubuhku malah tidak bisa bergerak.
Aku memejamkan mata dan bersiap-siap untuk menerima sanksi takdir.
Saat aku kembali membuka mata, di depanku malah muncul wajah Julio yang cuek dan dingin.
Aku terduduk dengan kebingungan mulai melihat sekeliling, diriku masih di tempat semula, tetapi sudah tidak ada monster aneh lagi.
“Apa yang terjadi tadi? Kenapa monster itu bisa hilang dengan begitu mudah hingga tidak terlihat lagi.”
Julio menunjuk bunga yang sudah layu di lantai, kemudian menunjuk otakku lagi.
Aku merasa seluruh tenaga di tubuhku sudah kembali, aku langsung berdiri: “Jangan-jangan itu adalah ilusi?”
Julio menganggukkan kepala, lalu menarik aku berdiri dan mau membawa aku lanjut berjalan ke dalam. Tidak tahu sejak kapan muncul gua lain di dalam gua gunung.
“Kita mau ke mana?”
Julio menunjuk ke dalam tanpa mengatakan apapun lagi, bersamaan juga mendorong aku ke depannya, tetapi dirinya malah ikut di belakangku tanpa meninggalkanku.
“Kita…”
Julio yang hari ini sepertinya berbeda dengan biasanya, aku belum selesai berbicara malah langsung didorongnya dengan tidak sabar untuk menyuruh aku lanjut berjalan ke depan.
Dengan adanya keberadaan Julio, jalan yang tidak pernah kujalani ini malah sangat lancar, sepanjang jalan kadang-kadang muncul tulang belulang, ada beberapa buah tulang yang terlihat seperti barusan membusuk saja bahkan masih menyebarkan bau yang tidak sedap.
Tetapi Julio tidak mengizinkan aku untuk berhenti sesaat, kadang-kadang bahkan mengulurkan tangannya untuk mendorongku.
Aku tidak tahu apakah dirinya karena sudah menemukan jalan keluar jadi ingin membawa aku keluar secepat mungkin, atau sedang cemas karena alasan lainnya, intinya aku selalu begitu patuh untuk berjalan di depannya.
Terakhir aku baru tahu ternyata alasan jalan ini bisa begitu lancar, ternyata bukan karena ada dia, melainkan ada aku.
Tidak tahu berjalan berapa lama, akhirnya muncul sebuah jalan bercabang tiga.
Aku berhenti dan melihat reaksi Julio.
Sepertinya dia sudah merencanakan sejak awal, dia menunjuk gua di kiri dan menyuruhku lanjut pergi.
Sebenarnya aku juga merasa familier terhadap gua di bagian paling kiri, bukan karena hal lain, tetapi karena dari tiga pintu gua ini, hanya di bagian atas pintu masuk gua ini terdapat banyak stalaktit, hingga terlihat sama persis dengan keadaan aku salah membawa Hesti masuk ke gua yang salah.
Julio sepanjang jalan mendorong aku ke sana, setelah melewati pintu itu aku langsung mengenal tempat ini, meskipun sudah sedikit berubah, tetapi pada dasarnya tetaplah tempat yang pernah kudatangi beberapa waktu yang lalu.
“Benar adalah tempat ini!” aku dengan semangat menolehkan kepala berkata kepada Julio, “Aku ingat sebelumnya setelah aku melewati sebuah pintu ini, aku langsung pergi mengikuti sungai kecil!”
Saat itu aku masih mengira jika Julio memang membawa aku mencari jalan keluar, jadi aku dengan senang menceritakan secara detil terhadap apa yang telah kulihat kepadanya.
Julio menunjuk dinding di samping seperti mengatakan dirinya ingin melihat lukisan di dinding.
Aku tanpa berpikir banyak langsung membawa obor dan mencari di dinding dengan detil.
“Di sini, Julio cepat kemari.”
Aku mencari lukisan dinding, kemudian dengan semangat memanggil Julio kemari.
Julio melihat lukisan di dinding dengan fokus, dia yang terlihat fokus tiba-tiba membuatku merasa dia bukan Julio yang kukenal, dia juga membuat aku teringat dengan buku harian dan setengah lukisan yang disimpannya.
“Julio…” saat aku barusan ingin menanyakannya, malah dipotong oleh gerakan tangannya, dia menyuruh aku diam tanpa menolehkan kepalanya.
Karena Julio tidak memedulikanku, aku lanjut berjalan menurut ingatanku dan sudah mau tiba di sekitaran dinding itu.
Setelah melewati tempat luminous pearl berada, perubahan yang terjadi pada waktu pasti berhubungan dengan luminous pearl itu, mungkin saja perubahan aneh di tubuhku ini juga berhubungan dengan luminous pearl.
Aku menolehkan kepala melihat Julio, dia masih sedang fokus melihat lukisan dinding menggunakan cahaya api.
Obor yang berguncang kuat karena kekurangan oksigen di dalam gua juga tidak dirasakan oleh Julio.
Aku menunggu dengan diam-diam, berharap bisa menggunakan kesempatan obor ini padam untuk masuk ke dalam dinding dengan diam-diam.
Aku berani yakin jika obor ini akan padam, karena aku ingat sebelumnya saat datang ke sini juga obornya langsung pada, kemudian otomatis berubah menjadi api berwarna hijau.
Novel Terkait
Demanding Husband
Marshall1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaPengantin Baruku
FebiMy Lifetime
DevinaHalf a Heart
Romansa UniverseMenaklukkan Suami CEO
Red Maple1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita