1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 2 Memungut Barang Hilang

Namun di saat ini, pramugari itu tiba-tiba muncul lagi dihadapanku, aku menolehkan kepala dan melihatnya menutupi area privatnya dengan seragam penerbangan yang mengelilingi pinggangnya, tapi bagian atas tubuhnya hanya bisa ditutup dengan tangan, tampaknya kakinya terluka, sehingga ia berjalan dengan pincang-pincang ke goa.

“hei, berikan bajumu padaku.”

Barusan jelas-jelas aku yang menyelamatkannya, dia bahkan tidak berterima kasih padaku, malah memarahi dan menamparku.

Menghinaku pecundang, meminta baju padaku dengan memerintah, benar-benar tidak tahu dari mana datangnya sifat superior perempuan ini datang.

Melihatku yang sibuk menghangatkan diri dan tidak mempedulikannya, dia berjalan memutari api unggun dan duduk, lalu bicara setelah selang agak lama: “tadi aku baru bangun dan tidak tahu apa yang terjadi, tidak sengaja.”

Melihatku tidak bicara, dia bicara lagi: “pesawatnya kecelakaan, sekarang kelihatannya di pulau terpencil ini hanya ada kita berdua yang beruntung, juga tidak tahu apakah ada orang lain atau tidak, kamu pasti tidak berharap aku mati kan, kalau begitu kamu bahkan tidak akan punya teman.”

“hmph, aku lihat rupamu yang hebat, tidak akan mati.”

Dia sepertinya tidak tahu aku sedang menertawainya, bicara dengan tersenyum: “aku adalah pramugari yang pernah mendapat pelatihan profesional, sebelumnya kami juga pernah membicarakan mengenai ilmu pertolongan pertama, keadaan darurat dan lain-lain, jadi ada aku yang bisa menjamin kamu bisa bertahan hidup sampai tim penyelamat dari negara datang menolong.”

Di pulau ini tidak ada jam, aku hanya merasa sangat lapar dan tidak ada makanan, aku berdiri dan ingin keluar untuk keliling mencari sesuatu yang bisa dikonsumsi.

Dia duduk di luar, dia terlihat agak gugup melihatku berjalan kearahnya, bicara dengan terbata-bata: “kamu..... apa yang ingin kamu lakukan.....”

Aku tidak mempedulikannya, langsung melewatinya dan keluar goa.

“ih, kamu mau pergi kemana? Jangan tinggalkan aku!” setelah bicara dia pura-pura sedih.

Melihatnya benar-benar berisik, aku juga tidak tahan kalau perempuan menangis, langsung menarik baju hangat yang baru dijemur dan melemparkan padanya.

Dia mengenakan bajunya dan bangun dengan sempoyongan, mengikuti untuk pergi mencari, “kamu bantu papah aku dong.”

Aku pura-pura tidak mendengarnya dan lanjut jalan terus, lalu mendengar lagi dia berteriak menyuruhku berjalan lebih pelan di belakang.

Aku tadinya ingin berjalan lebih pelan dan menunggunya, tapi tiba-tiba seperti melihat sesuatu di depan, jadi langsung berlari kesana.

Dia melihatku tidak melambat malah tambah cepat, juga ikutan lari pelan, karena kekuatannya tidak stabil dan terjatuh, dia duduk diatas tanah dan menangis dengan sedih.

Aku berlari kedepan dan menyadari sebuah ujung koper, dia menyingkirkan pasir disekitar dan ingin menariknya keluar.

“hei, apa kamu pantas cuek seperti itu, aku hanya menamparmu sekali, sekarang aku jatuh, sudah impas, bisa mati apa kalau datang menarikku?”

Mendengarnya bergumam aku berjalan kesana dan mengulurkan tangan untuk menariknya, dan berkata: “tadi aku menemukan sebuah koper, jadi tidak memperhatikanmu.”

“cih, koper apa gunanya, aku kira kamu menemukan orang hidup.”

Aku tidak meladeninya dan berjalan kembali, mengobrak-abrik koper itu, didalamnya ada pakaian orang dewasa dan anak kecil, ada catatan perencanaan perjalanan, video kamera dan beberapa cemilan anak-anak, kelihatannya seperti sebuah keluarga yang berlibur, tidak tahu juga tiga orang keluarga ini bagaimana.

Aku menarik kopernya, melihat pramugari itu berdiri sambil melihatku seperti seorang nona, aku tidak meladeninya dan berjalan kembali dengan diam.

Dia malah terbalik dan mengikuti seperti pelayan dan berkata: “namaku Laura, kamu?”

“Albert”

“tadi kamu menemukan apa saja di koper?”

“pakaian dan makanan.”

“bagus sekali, sejak kecelakaan pesawat sampai sekarang aku belum makan dan minum sama sekali, lapar banget.”

Aku melihatnya sekilas dan tidak bicara, koper ini aku sendiri yang menemukannya, aku juga tidak pernah bilang akan memberikan barang di koper padanya, dia malah lumayan bisa ‘jadi host’.

Yasudahlah, daripada nanti dia lapar dan merengek lagi disampingku, sekarang di pulau ini hanya kami berdua, aku juga tidak ingin banyak bicara dengannya.

Setelah mengantar dia dan koper kembali ke goa, memakan sedikit makanan untuk mengisi kelaparannya, aku keluar untuk mengumpulkan kayu bakar untuk melewati malam, dan mencari cara untuk bisa minum.

Untung saat kuliah yang aku pelajari adalah jurusan kimia. Di dalam koper ini ada gelas anak kecil, penyulingan adalah percobaan kimia paling dasar yang mudah dan cepat, aku langsung menghasilkan air tawar dengan cepat.

Setelah cukup makan dan minum, aku mengeluarkan beberapa pakaian dari koper dan meletakannya dibawah tubuh, tiduran di dekat api.

Laura melihatku tidak meladeninya, juga mengikutiku dengan kaku dan tiduran, demi menghalangiku dia menarik kopernya dan meletakannya diantara kami berdua.

Aku memang orang desa, tapi aku juga memiliki prinsip walaupun miskin, perempuan yang hidup enak seperti ini, walaupun ingin menikah denganku juga aku tidak bisa menikahinya, aku masih punya kesadaran diri ini, jadi selain pemikiran awal padanya tadi, sejak setelah dia tersadar sudah tidak ada lagi.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu