1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang

Kemeja putih Hesti! Hatiku seketika terkejut.

Aku masih ingat pagi kemarin saat meninggalkan kamp, Hesti memakai kemeja putih yang seperti sini, sambil memandangku dari tidak jauh sana. Aku tak sangka bisa-bisanya menemukan kemeja putih ini disini. Sepertinya Hesti sungguh ditangkap orang pergi!

Aku merunduk melihat kancing perak yang terdapat di kerah kemeja, sehingga hatiku pun mulai bergejolak.

Suara 'ti ti' pelan yang berasal dari transmiter itu masih saja menggema di samling telingaku. Aku berjalan mengambil transmiter itu, lalu berpikir lama dan akhirnya mematikan transmiter, serta memasukkannya ke dalam tas punggung.

Lalu dimana kah Hesti....sekarang berada?

Hatiku muncul dua buah tebakan. Pertama, Hesti dibawa pergi oleh penduduk setempat, karena saat aku menemukannya, ia memakai pakaian adat penduduk setempat, dan sangat jelas bahwa ada sesuatu yang terjadi padanya dengan penduduk setempat.

Kedua, hal yang paling mungkin adalah ia ditangkap pergi oleh segerombol orang luar negeri yang bawel itu. Lagi pula aku tidak begitu percaya akan ada hal yang begitu kebetulan.

Tentu saja, tebakan manakah itu, aku sudah memutuskan untuk lanjut mendalami hutan, karena para penduduk setempat itu tinggal di hutan bagian terdalam.

Aku menaruh masuk kemeja Hesti dan lanjut berjalan ke depan.

Semakin berjalan ke dalam, aura yang berbahaya pun semakin kuat.

Aku meningkatkan kewaspadaanku, lalu berhati-hati mengawasi sekitar.

Tapi di dalam hutan terdapat banyak hal yang berbahaya, meskipun penglihatanku dan kelincahanku yang lebih hebat dibanding orang lain, tapi mau betapa banyak diriku berwaspada, aku masih saja bisa jatuh ke dalam lubang besar.

Aroma mayat yang busuk pun mulai tercium.

Otakku seketika mematung, lalu hatiku pun mencelos.

Jangan-jangan Hesti dibunuh segerombol orang luar negeri itu dan dibuang asal di hutan kosong.

Pupil mataku pun mengecil, detak jantung pun berdentum tak karuan, bahkan tanah yang di bawah pantat pun menjadi panas.

Aku berbalik badan dan berdiri, sambil memandang tanah yang memancarkan aroma mayat busuk, tapi aku malah menemukan tanah itu yang tidak datar, dan seketika mengetahui bahwa di bawah sana terkubur aka sesuatu.

Aku mengepalkan kedua tangan, akhirnya pun memutuskan untuk berlutut di tanah, dan langsung menggali tanah dengan tangan.

Hidup harus ketemu orangnya, mati harus ketemu mayatnya. Diriku yang saat ini hanya memiliki satu pikiran tersebut.

Aku menggertak gigi, sambil menggali tanah dengan kedua tangan tanpa peduli. Kerikil kasar terus menggores ujung jariku. Tak lama kemudian, kulit ujung jariku pun tergores hingga darah terus bercucuran lancar.

Rasa sakit yang menusuk itu langsung membuat pelipisku berdenyut, tapi aku masih tidak memedulikannya, lalu mengelap keringat dingin diatas kepalaku, lanjut menggali tanah.

Entah berapa lama waktu yang berlalu, sesuatu yang terkubur di bawah tanah pun terpampang jelas.

Itu adalah sebuah tas punggung berwarna hijau tentara, di dalam sana terdapat berbagai benda, ada detektor besar dan kecil, di lapisan lain pun tersembunyi sebuah pistol, entah juga di dalam sana ada peluru atau tidak.

Hatiku pun menghela nafas ringan.

Tas punggung ini jelas sekali bukan milik Hesti.

Aku mengerut dahi pelan, berpikir sebentar, akhirnya pun memutuskan untuk menggali tanah di samping.

Meskipun aku sudah bisa memastikan bahwa bukanlah Hesti yang mati disini, tapi mengingat tempat ini mungkin saja tidak jauh dari tempat dimana ia mengeluarkan sinyal pertolongan, siapa tahu mayat yang terbaring disini bisa memberi sedikit petunjuk kepadaku.

Berpikir sampai sini, aku pun menghembuskan nafas dan lanjut berusaha menggali tanah di samping.

Ternyata benar di bawah sana terkubur seorang pria berambut pirang bermata biru dengan tubuh yang kekar.

Wajahnya terlihat buruk dengan kedua mata yang terbuka. Mata birunya itu tidak memberi tanda-tanda hidup, tapi livor mortis masih belum muncul di tubuhnya, sepertinya ia belum lama matinya.

Aku mencari-cari di tubuhnya sebentar. Tapi hal yang membuat orang kecewa adalah tidak menemukan apapun, selain tas punggungnya itu.

Aku terduduk lelah di samping, sambil memandang langit dengan sepasang mataku.

Tidak apa-apa kalau tidak ada petunjuk. Berpikir lah kearah yang baik, tidak ada berita apapun merupakan berita terbaik.

Aku pelan-pelan menenangkan hatiku yang khawatir dan panik, lalu menyemangati diri untuk melihat sekitar.

Setelah melihat sekitar, sebuah pertanyaan sulit pun muncul lagi.

Melihat sekitar lubang besar merupakan tanah pasir yang lembut, ketika kaki menapak disana, aku sama sekali tidak memiliki tempat untuk bertumpu. Jika ingin naik keatas, maka akan sangatlah susah!

Tidak boleh, aku harus memikirkan sebuah cara!

Binatang buas di sekitar pun mulai meraung. Aku tahu diriku tidak boleh berlama-lama di lubang ini, lalu otakku pun segera bergerak cepat.

Pandanganku asal berputar tanpa jarak fokus. Saat pandanganku tiba-tiba mendarat pada pakaian mayat itu yang masih tampak bagus, sebuah ide pun langsung melintas pada otakku.

Mataku bersinar, lalu maju ingin melepaskan semua pakaian mayat itu.

Tapi baru saja aku mendekat, lalu aroma mayat yang busuk itu sangatlah menusuk, hingga hatiku mulai ada pikiran untuk menyerah.

Atmosfer menjadi agak serius, tiba-tiba terdengar suara nyaring, bagai ada seekor binatang buas yang besar melalui samping lubang tersebut. Hatiku seketika mulai berwaspada.

Sudahlah, berjuang saja lah!

Aku menutup hidungku dengan satu tanganku, lalu melepaskan pakaian mayat itu dengan lincah.

Seketika aroma mayat itu semakin kuat di udara.

Tapi saat ini aku tidak dapat memedulikan itu semua, lalu merobek pakaian itu menjadi beberapa potong kain, lalu mengikatnya bersama. Dengan cepat, sebuah tali yang sederhana pun berhasil terbuat.

Aku membuka telinga dan mendengar dengan teliti. Setelah di sekitar tidak ada gerak-gerik lagi, aku pun melempar tali itu ke atas dengan kuat.

Kemudian hanya terdengar suara pelan, seketika aku merasa senang karena mengetahui bahwa pisau di ujung tali sana berhasil tertancap di atas tanah.

Aku menghela nafas pelan, lalu berbalik badan melihat mayat yang tidak jelas kematiannya terbaring telanjang di tengah udara. Akhirnya aku pun menutup mulut, lalu mengubur kembali mayatnya.

Setelah semuanya selesai, aku baru menggendong tas punggungnya, dan keluar dari lubang besar dengan menggunakan tali yang terbuat dari pakaian.

Karena lubang ini sungguh sangat dalam, aku pun bersusah payah panjat sampai di atas.

Saat ini diriku pun kehabisan tenaga, dan berencana untuk duduk di samping beristirahat sebentar.

Tenggorokanku tak jarang muncul rasa karat. Aku menarik nafas kasar berkali-kali, mengelap keringat di keningku, lalu asal melihat isi tas punggung yang dibawa keatas tadi.

Hal yang berada di luar dugaanku adalah pistol itu masih tersisa beberapa peluru. Meskipun aku tidak bisa memakai beberapa detektor itu, tapi aku dapat mengetahui bahwa semua itu masih layak dipakai.

Bawa pulang untuk Suzy, mungkin saja bisa mendapatkan penemuan yang baru.

Pikirku lama.

Tiba-tiba sepotong kain putih kecil di lapisan tas itu menarik perhatianku. Jenis kain itu sama dengan kain kemeja putih yang dipakai Hesti. Jika tebakanku tidak salah, seharusnya sepotong kain itu berasal dari sumber yang sama.

Aku mengangkat alisku, lalu terus melihat kearah sinar matahari, akhirnya pun menyadari sebuah petunjuk yang sangat susah ditemukan.

Pinggir kain putih ini terdapat sebuah tulisan "SOS" berwarna merah yang kecil, sepertinya tertinggal saat terburu-buru.

Aku pun menebak dalam hati bahwa barang ini seharusnya adalah sinyal pertolongan yang ditinggalkan Hesti kepadaku!

Tapi hutan begitu besar, aku harus pergi kemana mencarinya?

Haru diketahui bahwa keluar dari lubang besar sana telah menguras habis banyak tenagaku. Jika terus lanjut mencarinya, sangat jelas bukanlah ide yang baik.

Hatiku sedikit ragu, tapi akhirnya aku pun membuat sebuah keputusan.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu