1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 10 Demam

Sesampainya di depan pintu rumah kayu langsung terlihat Laura yang menunggu kami di depan pintu dengan khawatir, melihat kami berdua dipenuhi lumpur langsung membawa keluar air panas yang sudah dsiapkan sejak awal.

Aku dan Hesti tidak mempedulikannya, kalau bukan karena omongannya tadi juga tidak akan muncul begitu banyak masalah.

Laura melihat tidak ada yang bicara, merasa suasananya canggung, bicara dengan hati-hati: “maaf, tadi aku bukan sengaja ingin bicara begitu, ka, kalian ini.....”

“tidak peduli apakah kamu sengaja atau tidak, ucapanmu yang tidak berhati itu hampir mencabut nyawa kami!”

“jelas-jelas dia yang bodoh kok, aku hanya mengocehinya sedikit, kalau tidak senang ya lawan balik, untuk apa menangis dan lari keluar, akhirnya malah menyeretmu juga.”

“Laura, masalah hari ini jelas-jelas kamu yang menyeret kami berdua, kami hampir tidak bisa keluar dan tertancap didalam tanah rawa, sekarang kamu malah masih bilang begitu ke Hesti.”

Aku sangat kasihan melihat Hesti yang gemetar karena kedinginan dan ketakutan, langsung mengambil handuk panas kesana dan menenangkannya.

“tahunya pura-pura kasihan saja.....”

Aku tidak mendengar gumanan Laura, juga tidak ingin mendengarnya, memegang tangan Hesti yang beku, mengambil handuk panas dan mengelap wajahnya.

Laura malah kemari lagi dan merebut handuk di tanganku.

“kamu mau ngapain lagi!” aku sudah tidak tahan dan langsung bangun berteriak ke Laura.

Mata Laura juga digenangi air mata karena diteriaki olehku, bicara dengan sedih: “aku..... aku tadi ucapanku tadi salah, aku hanya merasa kamu membantu mengelapnya tidak terlalu pantas, ingin datang membantu.”

Melihat Laura yang kasihan karena dibuat ketakutan olehku, aku menurunkan nada bicaraku: “ya, kalau begitu mohon bantuannya.”

Selesai bicara aku kembali ke kamarku dan mengganti pakaian, mengambil handuk untuk mengelap badan.

Di saat ini tidak boleh sampai jatuh sakit, di pulau ini tidak ada tanaman obat, kalau sakitnya bertambah berat dan tidak bisa mendapat penanganan, bisa mati kapan saja di pulau ini.

Tidak disangka apa yang ditakuti malah betulan terjadi, pagi hari kedua aku terbangun dengan pusing, merasa kepalaku sangat sakit, seluruh tubuhku seperti kopong.

Berusaha mengumpulkan kesadaran untuk bangun, aku berdiri dan berjalan dua putaran saja merasa sangat pusing, tiba-tiba kehilangan kesadaran lalu pingsan dan terjatuh ke lantai.

Mungkin Laura di sebelahku mendengar suaranya, samar-samar aku merasa ada orang yang mengangkatku, memegang kepalaku dengan tangan yang dingin, dan juga handuk yang dingin.....

Aku merasa sangat nyaman, tertidur karena pusing.

Saat aku terbangun lagi, di dalam kamar sangat tenang, aku membuka mata dan tidak ada seorangpun di sisiku, malah mendengar suara tawa yang senang dari luar.

Aku memegang dahiku sendiri, ternyata sudah tidak panas lagi, dan membuka pintu berjalan keluar.

Baru membuka pintu, pemandangan di depan mataku membuatku sangat terkejut.

Aku melihat Filan, dia sedang duduk diantara Laura dan Yuri, merangkul kiri dan kanannya dengan senang, bahkan Hesti pun menuangkan air untuk mereka dengan tersenyum.

Tapi, bukannya Filan sudah mati.....

“yo, sampah kamu sudah bangun, ku kira kehujanan cukup untuk mencabut nyawamu, kamu lihatlah aku, kita ini baru selamat dari bencana.”

“kenapa kamu bisa kembali, aku dan Laura melihat sendiri mayatmu di dalam perut piranha!”

“cuih! Kamu ini lagi sembarangan bicara apa, beraninya menyumpahiku! Laura, kamu beritahu dia, apakah kamu pernah melihat mayatku.” Filan bicara sambil melirikku dengan mata sipitnya sambil tersenyum jahat, bahkan meremas depan dada Laura di hadapanku.

Dada Laura yang lembut bergerak seiring dengan kekuatan ekstrim Filan, kalau biasanya aku bertemu pemandangan seperti ini pasti aku akan seperti kuda liar lagi.

Hanya saja sekarang aku sedang terfokus pada Filan yang hidup lagi, sama sekali tidak berniat mempedulikan hal-hal ini, aku melihat mata Laura dengan panik, berharap bisa mendapat jawaban pasti darinya.

“hehe, mayat apanya, itu hal yang buruk, aku tidak pernah melihat mayat, lagipula, Kak Filan seorang besar ini ada di depan mata, mana mungkin ada mayatnya.”

“hahaha benar sekali, baik sekali.” Filan bicara sambil menempelkan mulut babinya di wajah telur Laura yang putih dan menciumnya.

Aku tidak tahu kenapa aku begitu marah melihat dia seperti itu ke Laura, Yuri yang duduk di sisi lainnya malah merasa tidak masalah sama sekali, menempel di pelukan Filan sambil tersenyum.

Laura ini sangat menjijikan, apa dia lupa siapa yang menolongnya saat Filan ingin memperkosanya, sekarang malah melakukan hal yang menjijikan dengan Filan didepanku.

Sekarang bukan saatnya membicarakan ini, kebingungan dihatiku masih belum hilang, langsung berjalan ke Filan dan menarik kerah bajunya, bertanya padanya sebenarnya apa yang terjadi.

Anehnya apakah tubuhku jadi melemah karena sakit, Filan bangun dan mendorongku, aku langsung mundur dua langkah ke belakang tanpa kekuatan pertahanan dan terjatuh ke lantai.

Aku baru mau berdiri tapi Filan malah menarik kerah bajuku, aku melihat wajah besar Filan yang mendekati wajahku, bicara sambil menggigit gigi padaku: “matilah, brengsek!”

Setelah itu tangan besarnya mengepal menjadi tinju dan semakin mendekatiku, kelihatannya sudah mau mendarat di wajahku.

Aku melompat dari kasur seperti ikan karper yang dipukul, mengejutkan Laura yang sedang menjagaku disamping.

“kamu ngapain, bikin kaget saja!” Laura bicara sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.

Aku mengecek sekitar, tidak ada suara tawa dan Filan, melihat Laura yang duduk disampingku yang memandangiku, aku baru sadar kalau tadi itu hanya mimpi.

Aku tepar lagi diatas kasur, merasa seluruh tubuhku kelelahan, mengulurkan tangan untuk mengelap keringat dan tidak menjawab ucapan Laura.

Dia melihaku tidak meladeninya, dia kira aku jadi bodoh karena demam, sambil mengoceh seberapa menakutkannya aku pingsan beberapa hari, sambil mengulurkan tangan ke jidatku untuk mengecek suhu tubuh.

“lumayan, sebenarnya dari kemarin malam demammu sudah mulai turun, tapi masih tidak sadar. Imunitasmu payah sekali, Hesti saja tidak kenapa-kenapa kehujanan begitu, kamu malah demamnya terus.”

Melihatku ingin tiduran lagi di kasur, Laura langsung mengulurkan tangan dan menahan belakang tubuhku.

“jangan tiduran lagi, kamu sudah tiduran begitu banyak hari masih tidak cukup kah, Hesti sedang masak di luar, nanti ikut makan, aku tidak mau suapin kamu lagi.”

“beberapa hari ini kamu yang terus merawatku?” karena sudah agak lama tidak bicara, begitu buka mulut suaraku agak serak.

Sebenarnya aku dari dulu sangat jarang flu dan demam, mungkin karena banyak hal yang terjadi sejak di pulau ini, setiap hari bekerja terlalu lelah seperti berburu dan membangun rumah makanya bisa begini.

Tapi Laura si nona ini biasanya hidup manja, sekarang melihatku sakit juga berbaik hati menjagaku dari pagi sampai malam, juga sudah bekerja keras.

“tidak kok, Yuri tidak bisa bergerak karena kakinya terluka, tadinya juga ingin membantu, tapi aku melihatnya susah payah begitu jadi tidak mengizinkannya, tadinya aku dan Hesti menjagamu bergiliran, sampai kemarin.....”

Laura tidak lanjut bicara, aku merasa sangat penasaran.

“kemarin kenapa?”

“haha, kuberitahu kau kabar bagus, kemarin kita menemukan orang hidup lagi, dan lagi Hesti kenal orangnya!”

“anggota tim penyelamat kah?”

“kamu lumayan pintar juga, kita.....” Laura masih belum selesai bicara, sudah mendengar Hesti memanggil semuanya untuk keluar makan.

“yasudah, ayo makan dulu, mereka pasti sangat senang kalau mengetahui kau sudah bangun, kejadian sisanya biar Hesti yang menceritakannya padamu.”

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu