1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 52 Ciuman Hesti

Aku seketika menemukan kejanggalan. Kepulangan Hesti kali ini sepertinya terpenuhi rasa dendam terhadap Laura.

Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi antar mereka berdua?

Aku mengerutkan dahi, menyembunyikan rasa curiga di dalam lubuk hatiku dan berencana untuk bertanya kepada Laura malam nanti.

Malam hari tiba, Laura masih seperti biasa menyusup ke dalam tendaku.

Sepertinya ia sudah melupakan ketidakbahagiaan yang terjadi pada siang hari, lalu menggoyang pinggul berjalan mendekatiku, sambil tersenyum genit. “Albert, kegiatan malam hari sudah mau dimulai loh!”

Setelah itu, ia pun menerkamku. Kerah pakaiannya yang besar itu meluncur bebas, sehingga setengah pundak putihnya terpampang jelas.

Aku terkejut dan membawanya ke dalam pelukan. Tubuh kecilnya yang wangi, seketika membuat bagian bawah perutku muncul api yang membara.

Tapi sikap Hesti yang berbeda terhadapnya sungguh membuat diriku merasa tidak nyaman. Aku mendorongnya pelan dan berusaha serius untuk berbicara. “Laura, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu.”

Laura menggesek tubuhku dengan tidak sabar, sehingga wajah cantiknya memerah.

“Ada hal apa yang tidak bisa dibahas esok hari? Apakah kamu masih bisa menahannya di saat seperti ini?”

Terdengar suara desah yang pelan, Laura pun melirik kearahku sekilas. Tangan kecilnya yang lembut itu bagai seekor ular air masuk ke dalam celanaku, dan memegang bagian bawah tubuhku.

Tubuhku seketika mematung dan bagian bawah tubuhku hampir saja mau meledak karena belaiannya.

Laura sepertinya sangat puas dengan penampilanku, lalu menutup mulutnya tertawa pelan.

Niat liciknya tampak jelas dari matanya. Aku pun langsung menjadi serius. Seketika bagai air dingin yang mengguyur dari kepala hingga tubuh, aku pun berusaha untuk mengembalikan akal sehatku.

“Laura, jangan bercanda lagi.”

Aku memberatkan suaraku, mengeluarkan tangannya dengan melarangnya untuk memotong ucapanku, lalu berjaga jarak dengannya.

Melihatku yang begitu serius, Laura seketika mengerucutkan bibirnya tidak seru.

Ia mendengus pelan dengan bibir merahnya, lalu menggoyang pinggulnya mendekatiku, sambil berkata dengan tidak senang. “Baiklah. Cepat tanya apa yang kamu ingin tanyakan. Jangan mengganggu kegiatan nanti.”

Ia menarik panjang suara lembutnya. Bagi siapapun yang mendengarnya, wajah mereka pasti tidak tahan untuk memerah.

Aku menenangkan pikirdan berdeham pelan, lalu bertanya dengan serius. “Laura, apa yang terjadi antarmu dengan Hesti? Apakah kalian berdua ada masalah?”

Mendengar nama Hesti, wajah Laura seketika memburuk.

Ia melolotiku dengan kedua matanya yang berapi, bukannya membalas, ia malah bertanya balik. “Apa maksudmu, Albert? Maksudmu, aku memperlakukannya buruk?”

Melihat ia yang begitu galak, aku seketika merasa pusing dan langsung menjelaskannya. “Laura, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya melihat sikapnya yang berubah terhadapmu, jadi aku ingin menanyakan hal tersebut. Lagi pula kita harus hidup bersama, bukan?”

Ketidaknyamanan melintas cepat dari mata Laura.

Tapi ia kembali tegas dengan cepat, lalu menegakkan tubuhnya, sambil memandangku dari atas dan berkata dengan garang. “Aku biasanya tidak mencari masalah dengan gadis kecil. Terserah kamu mau percaya atau tidak!”

Setelah itu, ia membenarkan pakaiannya dan berjalan cepat keluar dari tenda.

Aku bahkan tidak sempat untuk menahannya, lalu melihat punggung kepergiannya yang menghilang cepat di dalam malam hari yang gelap.

Aku mengerutkan dahi dan hatiku juga merasa agak kesal.

Mereka sudah bersama begitu lama, sifat ‘Tuan Putri’ milik Laura masih saja tidak ada perubahan. Aku bersama dengannya sama sekali tidak seperti sepasang kekasih, melainkan pembantunya yang memiliki fungsi untuk berhubungan intim!

Mengingat hal tersebut, aku pun memutuskan untuk mendiamkannya beberapa saat.

Hari selanjutnya, aku pun seperti biasanya, bangun pagi siap-siap untuk berburu. Tapi aku menemukan Hesti yang telah menyiapkan semuanya dan menggendong tempat anak panah berdiri di luar tendaku.

Melihat aku yang keluar dari dalam, wajahnya pun langsung terukir senyuman hangat, lalu menyambutku berkata, “Kak Albert, bolehkah aku temani Kakak berburu?”

Ada orang yang membantuku, aku tentu sangat senang, lalu langsung terkekeh membalasnya. “Boleh!”

Aku dan Hesti jalan bersama. Tak lama kemudian, kita berdua pun tiba di dalam hutan.

Dalam hutan sangatlah berbahaya, tapi semua ini bukanlah apa-apa bagiku dan Hesti.

Hari ini cukup beruntung, tak perlu banyak waktu, kita berdua pun menemukan sekumpul kelinci.

Aku dan Hesti pun bekerja sama untuk memperoleh semua kelinci itu.

Tanpa sadar, seekor kelinci pun kabur dari jaring. Aku dan Hesti beraksi bersama. Hanya saja aku menerkam kesana, sedangkan Hesti mengeluarkan panah.

Panah tajam yang berapi itu pun melintasi wajahku, lalu menancap tanah di samping sana.

Aku terkejut, hingga keringat dingin bercucuran dan lama untuk bereaksi sambil menahan kelinci itu.

Hesti terkejut, lalu berlari mendekatiku dengan panik. Ia pun langsung bertanya, “Kak Albert, kamu baik-baik saja kan?”

Aku baru tersadar kembali, mengangkat kelincinya berdiri kembali, sambil menyentuh luka gores pada wajahku, sambil berkata dengan canda. “Tak apa-apa, aku tidak akan mati.”

Siapa sangka wajah Hesti memucat, lalu membuang asal busurnya dan memeluk diriku, sambil menangis berkata. “Kak Albert, jangan mengatakan hal-hal yang seperti itu. Aku hampir saja mati karena terkejut....”

Tubuh gadis ini lumayan juga, merupakan pikiran pertama kali yang muncul di otakku.

Tapi detik selanjutnya, aku pun langsung menggelengkan kepalaku, sambil menghina diriku sendiri di dalam hati. Apa yang sedang kupikirkan? Hesti itu adik perempuanku!

Tapi saat aku ragu memikirkan untuk menghiburnya atau tidak, Hesti tiba-tiba mengangkat kepalanya. Bola matanya yang hitam bagai mutiara hitam yang telah direndam air.

Ia terus menatapku, dan ada ketegasan yang melintas dari pandangannya.

Aku mematung sesaat. Belum sempat berpikir dengan jelas, aku pun langsung merasakan pandanganku yang menggelap. Detik selanjutnya, dua belah bibir yang hangat menempel.

Hesti.... menciumku?!

Tubuhku seketika berdiri kaku di tempat.

Hesti mengejapkan matanya, alis matanya bagai kipas yang bergetar tidak tenang.

Ia berhati-hati mengulurkan lidahnya, mengisap dan menjilat bibirku tidak beraturan. Secara tanpa sadar, aku pun membalas ciumannya, kedua tanganku memegang pinggangnya dan mengangkat tubuhnya ke atas pelan.

Ciuman Hesti sangat beda dari Laura. Ciumannya masih kurang pandai dan buru-buru, tapi memiliki khas tersendiri. Aku bagai seorang pemimpin yang memimpinnya untuk terus menyerang tempat tujuannya.

Entah berapa lama waktu yang berlalu, aku dan Hesti berpisah untuk menarik nafas. Setelah mata terbuka, kita berdua pun menjadi canggung.

Sepertinya mendadak teringat akan sesuatu, Hesti pun sibuk melepaskan dirinya dari pelukanku, lalu membungkuk kepadaku sambil mengejapkan mata. “Maaf, Kak Albert. Tadi aku yang terlalu agresif!”

Melihat belahan bibirnya yang membengkak, hatiku pun muncul sebuah perasaan yang aneh.

Padahal dalam ingatanku, Hesti adalah seorang gadis yang polos. Sejak kapan ia menjadi begitu terbuka?

Hesti juga menyadari kecurigaanku, lalu menyesap bibirnya berkata dengan gagap. “Aku... mungkin terpengaruh oleh budaya setempat, jadi menjadi lebih terbuka dari sebelumnya.”

Setelah itu, mungkin karena takut diriku memandangnya aneh, Hesti pun mengigit bibir bawahnya sambil menatapku sedih, dan bermohon. “Kak Albert, semoga Kakak tidak tersinggung.”

Ia sudah berbicara seperti itu, lalu apa lagi yang bisa kukatakan? Apalagi aku yang mendapat keuntungannya, bukanlah Hesti.

Aku menoleh kepalaku tidak biasa, lalu membalasnya dengan deham pelan.

Aku dan Hesti pun terdiam dalam perjalanan kembali ke kamp.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu