1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 19 Kembali ke Masa Lalu

kami pun duduk bersama untuk berbagi cerita dan saling mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam beberapa hari ini.

intinya adalah aku tidak tahu kesalahan apa yang terjadi pada duniaku dan tidak meyadari keberadaan Hesti. Hesti juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya hingga dirinya pingsan. namun dirinya tidak merasa kalau dirinya dalam kondisi demam.

setelah mereka menolong Hesti keluar dari dalam goa itu, mereka tidak menemukan luka apapun pada tubuhnya. semua kembali normal pada keesokan harinya.

ini......

"ini semua pastilah karena goa misterius itu."

"apakah kamu masih mengingat keberadaan goa itu?"

"aku mengingatnya, aku merasa kita perlu kembali ke goa itu. namun tempat itu memanglah sedikit berbahaya, kita harus berhati-hati dan melakukan persiapan yang cukup."

"aku juga merasa seperti itu." kata Laura, "selama beberapa hari ini, kamu tidak ada di sisi kami dan kami tidak bisa merasakan kenyang."

Laura lalu melirik ke arah pria bule itu sambil berkata, "kami hanya pernah memakan seekor ikan yang ditangkap oleh Hesti dan ada seseorang yang begitu tidak berguna seperti Filan."

Jesse tidaklah menghiraukan ejekan Laura dan dirinya hanya menatap lukisan itu dalam waktu yang lama.

"Albert, apakah kamu tahu tulisan sepenuhnya pada lukisan kaligrafi ini?"

aku menganggukkan kepala dan berkata: "meskipun aku tidak mengerti, namun aku mengingat jelas tulisannya: pergi bagaikan awan, datang bagaikan angin."

"apakah kalian mengerti akan perkataan ini?" tanya pria bule itu.

semua orang kembali hening.

aku memanglah tidak begitu tahu akan tingkat bahasa Laura, namun aku mengetahui tingkat bahasa yang dikuasai oleh Yuri.

kami berdua merupakan teman sekelas ketika kuliah. namun Yuri seharusnya tidak tahu karena kami merupakan jurusan teknik.

"menurutku, perkataan ini bisa diartikan sebagai......." kata Hesti.

"apakah kata awan di sini menandakan kebebasan? atau mendapatkan keterampilan untuk melakukan perjalanan ribuan mil seperti awan? angin pada perkataan ini mungkin dapat diartikan sebagai kecepatan ataupun kebebasan....."

Laura dan Yuri pun mengangukkan kepala mereka.

Hesti kembali berkata: "sebenarnya aku tidak begitu asing dengan perkataan ini. bukan, bukan, aku tidak begitu asing dengan tulisan ini......."

"Hesti, apakah kamu pernah mempelajari kaligrafi?"

Hesti menggelengkan kepala: "tidak, aku hanya merasa aku pernah melihat lukisan kaligrafi ini."

"baiklah, kamu boleh memikirkannya nanti. aku ingin menceritakan lukisan dinding aku aku lihat kemarin."

"haiya, kak Albert......" sebelum aku bercerita, Laura pun memanggilku dengan manja dan ini merupakan kali pertama dirinya memanggilku dengan sebutan kakak.

"kita bisa membahas ini nanti. kita juga bukan harus segera kembali ke goa itu kan? kak Albert, mari kita pergi mencari ikan. aku sudah tidak makan ikan segar dalam beberapa hari ini."

ternyata gadis ini sedang merasa kelaparan....

"baiklah...." mungkin Hesti juga tidak bisa memikir kembali akan lukisan itu sekarang. yang dikatakan Laura tidaklah salah, kami tidak mungkin kembali ke goa itu dalam waktu dekat. goa itu sangatlah angker, lebih baik kami mengenyangkan perut terlebih dahulu.

ketika melihat diriku yang hendak masuk ke kamar untuk mengambil pistol, Laura pun berkata dengan santai: "tidak perlu membawa pistol, mencarimu selama beberapa hari ini, kami sudah terbiasa akan kondisi pulau ini. kami tidak menemukan singa ataupun harimau di sini. mungkin dirimu sedang berhalusinasi."

aku juga tidak bisa memastikan kebenaran dari perkataan Laura. namun aku tetap saja merasa tidak tenang.

mungkin karena dewa keberuntungan selalu tidak mendukungku, oleh karena itu, aku harus berhati-hati dalam segala hal.

setelah aku bangkit berdiri, Hesti pun menunjuk ke arah kakiku dan berkata: "kak Albert, ada apa dengan kakimu?"

"tidak apa-apa, aku digigit oleh serangga ketika di dalam goa. serangga itu memiliki darah berwarna hijau......"

"biarlah kami memeriksa kakimu, bagaimana kalau itu beracun?"

meskipun aku tidak merasa kesakitan, namun aku merasa perkataan Hesti sangatlah benar. aku kembali duduk dan membuka perban kain pada kakiku.

anehnya adalah setelah aku membuka perban itu, luka pada kakiku telah pulih sepenuhnya.

Laura pun tertawa keras: "lihatlah, aku sudah berkata kalau kamu sedang berhalusinasi, aku bahkan belum pernah menemui serangga berdarah hijau sepanjang hidupku!"

aku merasakan kekacauan pada pikiranku. aku tidak lagi berkata apapun dan pergi bersama mereka untuk menangkap ikan. kami tidak menemukan hal bahaya apapun.

respon Laura yang terlihat lebih berbeda dari biasanya, awalnya aku tidak begitu memerhatikannya, namun pada akhirnya.......

awalnya dia menolak Jesse dan Hesti untuk ikut pergi bersama kami.

ketika di tengah perjalanan, dia pun menanyakan sebuah pertanyaan yang aneh:

"Albert, menurutmu aku termasuk sebagai wanita yang seperti apa?"

awalnya aku mengira dia ingin mengetahui sikapnya, aku pun berkata: "kamu adalah seorang wanita yang memiliki sikap seperti nona besar pada umumnya."

setelah mendengar ini, dirinya terlihat sedikit sedih: "apakah aku terlihat begitu sembarangan?"

"tidak, tidak, kamu salah paham."

"Albert, jika aku adalah wanita yang sembarangan, apakah kamu akan membenci aku?"

"benci? seharusnya tidak, aku merasa........." seketika aku merasakan sakit kepala yang luar biasa dan aku tidak lagi berniat untuk memikirkan pertanyaan Laura itu. aku pun menjawabnya: "sebenarnya aku merasa setiap orang memiliki pilihan masing-masing dan orang lain tidak memiliki hak untuk ikut campur. aku memanglah tidak menyukai wanita yang sembarangan. namun aku tidak sedang mengatai kamu, aku tidak merasa kalau kamu adalah wanita yang sembarangan."

"bagaimana kalau suatu hari nanti aku menjadi seperti itu?"

suaranya begitu pelan, aku bahkan tidak mendengar jelas perkataannya.

kami lalu kembali ke rumah membawa ikan dan juga air bersih. kami lalu menyantap makanan yang lezat dan kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

selama beberapa hari ini, aku tidak tidur dengan baik dan merasa begitu lelah. namun mimpi ini membuat diriku tidak bisa tidur dengan tenang.

sejak aku keluar menangkap ikan tadi, aku merasa sepasang mata terus menatapku dari belakang. namun aku tidak menemukan apapun setiap aku menolehkan kepala.

di dalam mimpi, aku merasakan sebuah energi panas menjalar di sepanjang tubuhku dan membuat diriku merasa tidak nyaman.

perasaan ini membuat diriku terkadang merasa panas dan terkadang merasa begitu dingin bagaikan terperangkap di goa es......

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu