1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 69 Menemukan Mina

Saat sedang berpikir, sebuah suara "citcit" samar terdengar entah dari mana, diikuti oleh, seekor tikus besar keluar dari sebuah sudut yang tidak ada orang.

Sepasang mata kecil seperti kacang hitam itu menatap buah yang ada di lantai, muncul keserakahan di matanya.

Aku memutar bola mataku, lalu sengaja batuk dengan keras.

Namun tikus itu seperti tidak mendengarnya, berlari menuju buah tersebut, kejadian ini, sama persis dengan kejadian sebelumnya saat Alex kesurupan.

Tikus itu terus berlari menuju buah tersebut, lalu membuka mulut menggigitnya.

Untuk sementara ini, muncul aroma manis, aku dan Alex menjadi linglung sesaat, tapi dengan cepat kembali sadar.

Ada yang aneh !

Aku dan Alex saling berpandangan, kemudian mengarahkan pandangan kami ke tikus tersebut.

Dan melihat kalau tikus itu menggerogoti buah tersebut dengan penuh selera, tidak lama kemudian, buah itu habis di makannya.

Aku dan Alex berjongkok di satu sisi, mengamati perubahan.

Tidak lama kemudian, tikus itu jatuh ke tanah sambil memegang perutnya.

Dia seperti sedang mabuk, dengan pusing dia mencicit dua kali, kemudian, di wajah tikus itu muncul ekspresi lemah lembut yang aneh.

Aku terkejut, tapi belum sempat berbuat sesuatu, sudah terlihat ekspresi itu di wajah tikus, setelah beberapa saat tikus itu tidak bergerak lagi.

"Tidak mungkin...... tikus ini telah mati ?" Alex mengepalkan tangannya, dengan suara gemetar bertanya.

Lalu dengan cepat dia menoleh melihat Mina yang masih tidak sadarkan diri, dengan gemetar menjulurkan jari tangannya, dengan hati-hati meletakkan di bawah hidungnya.

Saat ini aku baru menyadari, wajah Mina pucat pasi, dan hampir tidak bernafas.

Mengingat kembali sisa setengah buah yang ada di tangannya, dengan mudah aku bisa membayangkan, Mina juga telah tergoda untuk memakan setengah dari buah tersebut.

Pikiran ku kosong melompong, lalu aku berjalan sempoyongan ke samping Mina, meraih pergelangan tangannya untuk mengetahui denyut nadinya.

Untung saja....... meskipun denyut nadi Mina sangat lemah, tapi aku masih bisa merasakan, kalau dia masih hidup.

Alex sepertinya juga merasa ada nafas tersengal-sengal dari Mina.

Dia menghela nafas, duduk di lantai, menyeka keringat dingin di dahinya sambil berkata :"untung saja, Albert, rupanya Mina masih hidup."

Benar, dia memang masih hidup, tapi denyut nadinya semakin lemah, seperti nyala api yang bergoyang tertiup angin, setiap saat menghadapi bahaya padam.

Tidak boleh di tunda lagi !

Aku terkejut, dengan tatapan penuh cemas melihat Alex.

"Alex, kita kembali sekarang juga, Mina mungkin keracunan setelah memakan buah itu, tapi karena perbedaan struktur antara manusia dengan tikus, jadi Mina hanya pingsan, sedangkan tikus itu, mati."

Setelah itu, aku menoleh dan melihat permukaan tanah yang datar, dan terlihat bangkai tikus, lalu aku mengerutkan bibir dan menggendong Mina.

"Kita tidak tahu sebenarnya ada racun apa di dalam buah tersebut, tapi menurutku, jika dibiarkan begitu saja, maka Mina akan mati seperti tikus itu. "

Selesai berbicara, ekspresi wajah Alex menunjukkan tidak setuju.

Dia menggeliatkan bibirnya tanpa suara, akhirnya hanya diam dan menganggukkan kepala.

"Albert, yang kamu katakan benar."

Sambil berkata, Alex mengangkat ransel, kemudian, dengan serius menatapku, dan berjalan terlebih dahulu menuju pintu masuk goa.

Aku mengerutkan dahi, hati merasa ada yang aneh, tapi masih dalam keadaan menggendong Mina yang masih pingsan, mengikutinya di belakang.

Karena kondisi Mina, sepanjang jalan, aku dan Alex tidak berani berhenti.

Ketika kami tiba di goa di kamp dengan aman, di dalam hutan telah gelap gulita.

Saat ini, orang yang berada di dalam kamp semua sudah tertidur, kecuali Mila, dia masih berjalan mondar mandir dengan cemas di depan pintu masuk goa.

Melihat aku menggendong Mina, dan Alex keluar dari depan goa, muncul ekspresi terkejut campur gembira di wajahnya.

"Albert, kamu sudah menemukan Mina?"

Mila buru-buru menyambutnya, melihat wajah Mina yang pucat, dia merasa sedih.

"Dimana kalian menemukan Mina? Bagaimana kondisi dia beberapa hari ini? ada makan dengan baik? tidur dengan baik? dia ini kecapean atau bagaimana......."

Serangkaian pertanyaan muncul dari mulut Mila seperti senapan mesin.

Dia mengubah penampilan sebelumnya menjadi lembut dan tenang, karena takut mengganggu Mina, dia merendahkan suaranya dan bertanya berkali-kali.

Aku mengalihkan pandangan dari dia, mengerutkan bibir dan tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaannya.

Mungkin dia mendapat petunjuk dari pandangan mataku, dia menghentikan pertanyaan, dan sedikit tercengang.

Selanjutnya, dia membungkukkan badan, mencoba mengambil Mina dari gendongan ku.

"Albert, kamu jelaskan padaku, apakah terjadi sesuatu pada Mina? Jawab aku, jawab !" mata Mila memerah sambil mencengkam ujung baju Mina, suara pertanyaannya serak-serak sedih.

Teriakannya dengan cepat membangunkan semua orang yang sedang tidur, tapi semua perhatian Mila tertuju pada Mina.

Melihat Mina seperti tertidur pulas, tidak bergerak sama sekali, air mata Mila mengalir keluar, dia menutup mulut dengan kedua tangannya, putus asa, dan menangis terisak-isak.

Dan dalam suasana yang memilukan ini, seorang wanita gemuk sambil mengusap mata berjalan keluar, wajahnya penuh dengan ketidaksenangan.

"Mila, kamu menangis terisak-isak tengah malam begini? membuat orang tidak bisa tidur."

Nada bicaranya tidak sopan, di situasi seperti ini, bisa membangkitkan kemarahan orang lain.

"Apakah kamu buta? tidak lihat telah terjadi sesuatu pada Mina?"

"Iya, setiap hari hanya tahu makan tidur, tidak tahu kenapa waktu itu si kepala bintik warna warni tidak ikut memakanmu......."

Keluhan, tudingan terdengar silih berganti.

Tapi kedengarannya aneh, menurut Alex, waktu terjadi pembunuhan di kamp, yang pertama kali menjadi sasaran adalah tenda milik wanita gemuk ini, tidak tahu bagaimana cara dia meloloskan diri, dan tidak mengalami cedera.

Mungkinkah ini namanya orang jahat berumur panjang?

Aku bergumam sendiri dalam hati, tapi aku menunjukkan ekspresi tegar.

Wanita gemuk itu mundur dua langkah akibat dikecam oleh semua orang, raut wajahnya menjadi sedih.

Tiba-tiba dia seperti kepikiran sesuatu, berusaha membuka matanya yang sipit, menoleh dan melihat ke arah ku, dengan malu-malu berkata :"Albert, tuan besar, kamu harus membela ku ! Aku hanya asalan mengeluh beberapa kata saja, apakah perlu di salahkan seperti ini ?"

Mendengar perkataan ini, sepertinya hubungan ku dengannya sangat akrab.

Tiba-tiba, tatapan tajam dan penasaran semua orang tertuju padaku.

Aku mengerutkan kening, bahkan tidak kepikiran untuk mengerti apa maksud ucapannya, lalu menggendong Mina berjalan sampai ke hadapan Mila, dengan bimbang aku berkata :"Mila, kali ini Mina mungkin terkena racun, sebelumnya bukankah ada perawat yang mengerti tentang ilmu kedokteran ? kamu pergi panggil dia datang kemari.

Mila sedikit tercengang, api harapan muncul di kedua matanya.

Dia menyeka air mata di wajahnya, menganggukkan kepala dan berkata :"baik, aku mengerti, aku akan pergi memanggilnya datang kemari."

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu