1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
Memikirkan hal ini, aku mengangguk secara terang-terangan.
"Kamu benar. Saat Hesti pingsan, aku melihat tanda seperti itu, ini menunjukkan bahwa ada dua jiwa di Hesti, kan?"
Perawat itu mengangguk mengiyakan dugaannya.
Pemikiran mendalam melintas di wajahnya yang pucat, seolah-olah dia telah menghadapi masalah sulit yang membuatnya ragu untuk berbicara.
Ada sebuah "dentuman" di hatiku, dan aku hendak menanyakan sesuatu, tetapi aku mendengar jeritan kecil di telingaku.
Melihat ke arah suara itu, cuma terlihat Mina memegangi jari-jarinya yang kemerahan, menatap dengan rasa ingin tahu pada tanda di tubuh Hesti.
Mila buru-buru menariknya menjauh dari Hesti, meniup jari-jarinya sambil mengeluh: "Lihat dirimu, tidak bisakah kamu mengendalikan tanganmu sendiri?"
Mina tersenyum konyol pada Mila, dan menyeringai: "Kakak, tato di tubuh Kak Hesti itu aneh, rasanya sedikit panas saat disentuh!"
Kemerahan dan bengkak di jarinya karena terkena panas!
Mau tak mau aku melihat tanda itu dengan tatapan penasaran, dan menatap perawat itu dengan rasa ingin tahu.
Perawat itu sepertinya mengetahui pertanyaan di dalam hatiku, dan dengan cepat menjelaskan: "Mina benar. Tanda itu baru saja digunakan oleh jiwa lain. Sudah pasti bakal agak panas, dan kekuatan jiwa itu akan mengikuti warna tanda itu, jika menjadi lebih gelap maka kekuatannya akan menjadi lebih kuat. "
Ini di luar dugaan aku.
Aku mengerutkan kening, dan berkata dengan tergesa-gesa: "Kalau begitu mari kita obati Hesti secepatnya, kalau tidak kita tidak akan bisa menghadapinya ketika jiwa itu semakin kuat."
Setelah berkata, aku melihat wanita gemuk yang tidak sadarkan diri, dan mengingat pertarungan singkatnya dengan Hesti.
Meski aku sengaja membiarkannya, tapi tetap saja bisa merasakan kalau kekuatannya sangat kuat, bahkan sangat mungkin melebihku.
Rasa bahaya tiba-tiba muncul.
Aku melihat tanda itu dengan ketakutan, berharap itu akan hilang sekarang.
Perawat pasti tahu betapa seriusnya masalah ini, tetapi inti masalahnya adalah kita tidak memiliki obat untuk menghilangkan tanda tersebut.
Dia menghela nafas dan menjelaskan dengan tenang: "Albert, tentu saja aku ingin membantu Hesti menghilangkan tandanya, tapi sekarang, kita berada di pulau terpencil. Sulit untuk melakukan sesuatu tanpa bahan yang diperlukan, you can't make bricks without straw"
Begitu ucapan ini keluar, aku hanya bisa tercengang.
Ucapan perawat itu seperti badai petir yang langsung membuatku sadar.
Kalau soal obat flu biasa, plaster, dll, aku masih bisa mencarinya di pulau terpencil ini, tapi obat yang bisa menghilangkan tanda itu, aku sama sekali tidak ada bayangan.
“Masa kamu belum pernah melihat obat yang dapat menghilangkan tanda itu di pulau terpencil ini?” Tanyaku tanpa menyerah.
Siapa tahu, suster itu mengerucutkan bibirnya, matanya mengembara sejenak.
Dia tersenyum canggung, mengangkat bahu dan berkata, "Gini ... Albert, masalah bukan aku pernah lihat sebelumnya atau tidak tapi karena aku tidak dapat mengenali bahan obat ini sama sekali."
Tidak bisa mengenalinya?
Ketiga kata ini seperti batu berat yang menekan kepalaku satu per satu.
Aku terduduk di samping, aura keputusasaan memancar dari seluruh tubuhku.
Secercah harapan terakhir juga padam. Apakah aku harus melihat tubuh Hesti ditempati oleh jiwa yang tidak dikenal ini?
Melihat Hesti tergeletak di tanah dengan wajah tenang, tiba-tiba aku merasa tidak mau menerima kekalahan ini.
Tidak, aku tidak akan pernah membiarkan Hesti menjadi seperti ini, tanpa sadar menjadi roh jahat! Pasti ada cara lain.
“Perawat, aku tanya, selama aku bisa menghilangkan tanda ini dari Hesti, dia akan bisa kembali normal?” Aku menatap perawat dengan mata tajam dan menanyakan setiap kata.
Perawat itu berhenti, dan mengangguk.
Setelah melihat situasi ini, aku mengambil langkah maju, memegang tangannya yang agak kasar, dan berkata dengan tatapan serius: "Perawat, pulau ini kaya akan sumber daya. Aku yakin pasti ada tumbuhan yang dapat menghilangkan bekasnya. Apakah kamu mau membantuku?"
Wanita umumnya tidak dihargai di pulau ini, terutama wanita paruh baya seperti perawat di depanku. Mereka tidak memiliki kecantikan, tidak memiliki kemampuan, dan hanya dapat melakukan yang terbaik dan bekerja bagai kuda bergantung kepada keberadaan yang kuat.
Tindakan hormat yang aku rasa wajar ini bagi perawat adalah perasaan yang sudah lama hilang.
Matanya menjadi yang sembab, mengisap hidungnya, dan menundukkan kepalanya. Butuh waktu lama sebelum dia berkata, "Ya, tentu saja."
Aku bertukar beberapa pertanyaan dengan perawat.
Selama percakapan, aku tahu namanya Bian, seorang kepala perawat rumah sakit terkenal di Beijing.
Dia berusia 36 tahun dan telah menjadi perawat selama lebih dari sepuluh tahun, ratusan operasi telah dilakukannya.
Aku tidak bisa tidak mengaguminya secara diam-diam.
Pantas saja kalau merasa bahwa dia tahu segalanya, bahkan jika tidak ada yang masalah Hesti ini, dia harusnya menjadi objek perlindungan utama di kamp.
Mila memeluk Mina, mengamati dengan tenang percakapan antara aku dan Bian, dan tiba-tiba bertanya, "Ngomong-ngomong, Albert, bagaimana kamu akan memberi tahu semua orang tentang Hesti? Lagi pula, semua orang telah melihat tindakan pembunuhan itu. "
Pada akhirnya, suara Mila agak rendah.
Dia memeluk Mina polos yang ada di sisinya, dan bayangan kegelapan melintas di matanya.
Aku berhenti sejenak dan menepuk bahunya. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya aku mengambil keputusan dan berkata: "Katakan yang sebenarnya. Sekarang semua orang berada dalam keadaan yang sama. Persatuan adalah hal yang paling penting."
Bian dan Mila bersaudara tentu saja tidak keberatan.
Setelah berdiskusi dengan mereka, aku memanggil semua orang di kamp dan berencana mengadakan pertemuan sederhana.
Alex yang sedang berpatroli di dekat pintu masuk gua meminta izin untuk masuk. Dia seperti menatapku, dan berjalan ke arahku. Diam- diam membantuku menempatkan wanita gemuk dan Hesti.
Kali ini, aku tidak menyatukan Hesti dan wanita gemuk itu.
Bagaimanapun, dengan karakter wanita gemuk ini, dia tidak akan peduli jiwa mana dari Hesti yang ingin membunuhnya.
Untuk melindungi Hesti, aku sengaja membuka ruang di sisi lain gua, dan menempatkan Hesti di sana.
Waktu berlalu dengan cepat, dan semua orang di kamp secara berpasangan maupun bertigaan sudah kembali ke kamp.
Aku mengamati dengan seksama. Pada saat ini di kamp hanya tersisa wanita tua, lemah, sakit dan cacat. Mereka yang pergi berburu denganku dan Alex pada hari itu, tidak ada yang kembali kecuali Robert Zhang.
Masih belum ada kabar dari Suzy, Mila dengan sadar mengambil alih semua beban dan memperbaiki situasi.
Dia batuk ringan, dan berdiri di tengah gua dan berkata dengan keras: "Semua orang tenang dulu, Albert ingin memberitahu sesuatu. Ini terkait dengan keamanan kamp kita, tolong dengarkan baik-baik."
Mila masih dianggap berwibawa di kamp, dan suara-suara yang berceloteh perlahan-lahan berkurang.
Mila dan aku saling memandang, mengangguk sedikit, dan berdiri, "Semuanya, kurasa kalian semua ingat keanehan Hesti barusan?"
Semua orang mengangguk serempak, ketakutann di wajah mereka terlihat jelas.
Semua orang takut bahwa mereka akan menjadi target Hesti berikutnya, dan kondisi inilah yang ingin aku manfaatkan.
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WennieEverything i know about love
Shinta CharitySomeday Unexpected Love
AlexanderAir Mata Cinta
Bella CiaoPredestined
CarlyCintaku Pada Presdir
NingsiMi Amor
Takashi1001Malam bersama pramugari cantik×
- Bab 1 Nyawa Yang Didapat Kembali Dari Bahaya
- Bab 2 Memungut Barang Hilang
- Bab 3 Filan Keterlaluan
- Bab 4 Filan Sudah Mati
- Bab 5 Mendapatkan Pistol Tanpa Disengaja
- Bab 6 Pertarungan Berdarah Dengan Piranha
- Bab 7 Kematian Tim Penyelamat
- Bab 8 Perempuan Ketiga
- Bab 9 Pengalaman Tim Penyelamat
- Bab 10 Demam
- Bab 11 Menemukan Anggota Baru
- Bab 12 Menyerbu Binatang Liar
- Bab 13 Pembunuh di Balik Badan
- Bab 14 Bermalam di Atas Pohon
- Bab 15 Pemandangan yang sangat menakjubkan
- Bab 16 Ada Harta Karun di Sini
- Bab 17 Kotak Harta Karun Cahaya Bulan
- Bab 18 Ada Apa Denganmu
- Bab 19 Kembali ke Masa Lalu
- Bab 20 Zebra Kembali Muncul, Pertandingan Antara Manusia dan Hewan dimulai
- Bab 21 Persaingan Hutan
- Bab 22 Menjelajah Alam
- Bab 23 Yang Memukul Adalah Kamu
- Bab 24 Mimpi Indah
- Bab 25 Hesti patah hati
- Bab 26 Pengkhianat
- Bab 27 Adegan Kecelakaan Mobil (Sangat Pornografi Dan Penuh Kekerasan)
- Bab 28 Hanya Tersisa Kamu
- Bab 29 Dia Tidak Punya Lidah
- Bab 30 Hidden paradise
- Bab 31 Menemukan telepon genggam
- Bab 32 Julio
- Bab 33 Ada apa dengan Laura dan Yuri
- Bab 34 Pindah rumah
- Bab 35 Keheranan Orang hutan
- Bab 36 Rahasia dari lukisan kaligrafi
- Bab 37 Dia Sudah Mati
- Bab 38 Lukisan Menghilang
- Bab 39 Tidak Disangka Dia adalah...
- Bab 40 Bunga Merah Pemakan Manusia
- Bab 41 Segel Kutukan
- Bab 42 Pertempuran di Kuburan
- Bab 43 Perjalanan Sehari di Dalam Lambung Monster
- Bab 44 Pulau Tak Bernama
- Bab 45 Pertarungan
- Bab 46 Pingsan
- Bab 47 Rahasia Julio
- Bab 48 Cyndi
- Bab 49 Menemukan Hesti
- Bab 50 Perselisihan
- Bab 51 Wanita yang Baru Datang
- Bab 52 Ciuman Hesti
- Bab 53 Cyndi Terlibat Kesulitan
- Bab 54 Hesti Menghilang
- Bab 55 Mengeluarkan racun
- Bab 56-57 Mina
- Bab 58 Transmiter Tua Milik Suzy
- Bab 59 Jatuh ke dalam Lubang
- Bab 60 Hesti yang Aneh
- Bab 61 Kamp Terserang
- Bab 62 Kerusuhan yang Tak Diperlukan
- Bab 63 Jebakan
- Bab 64 Bertemu Lagi dengan Hugez
- Bab 65 Menjebak
- Bab 66 Bom Waktu
- Bab 67 Suzy Menghilang !?
- Bab 68 Buah Yang Aneh
- Bab 69 Menemukan Mina
- Bab 70 Kembali ke goa
- Bab 71 Mina Siuman
- Bab 72 Diselingkuhi
- Bab 73 Permintaan Maaf dan Pertentangan
- Bab 74 Hesti Bangun?
- Bab 75 Seperti Orang yang Berbeda
- Bab 76 Dua Jiwa
- Bab 77 Can't Make Bricks without Straw
- Bab 78 Manusia Jelek
- Bab 79 Harapan di tengah kesulitan
- Bab 80 Cincau
- Bab 81 Kemunculan Ular Piton
- Bab 82 Bertarung Melawan Piton
- Bab 83 Scarlet
- Bab 84 Selamat Dari Gigitan Ikan
- Bab 85 Smith Kembali
- Bab 86 Bertemu Orang Aborigin Lagi
- Bab 87 Dunia Mimpi
- Bab 88 Melihatmu, Memakanmu
- Bab 89 Sumber Latihan Master
- Bab 90 Diskriminasi Ahli
- Bab 91 Bertarung Melawan Monster
- Bab 92 Berhati Busuk
- Bab 93 Upacara
- Bab 94 Ikut Denganku
- Bab 95 Pertandingan Sebelum Pergi
- Bab 96 Mata Air Coba Pertarungan
- Bab 97 Penjara Air
- Bab 98 Bangkit Kembali
- Bab 99 Berhasil
- Bab 100 Akhir Cerita