1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 13 Pembunuh di Balik Badan

awalnya aku berpikir untuk mendekat setelah singa itu menerkam zebra tersebut. namun aku tidak menyangka setelah kami menunggu beberapa saat di sana, jumlah singa di sana bertambah semakin banyak.

sangat jelas kalau para singa itu saling berbagi makanan dengan bahagia dan mereka terlihat tidak memperhatikan keberadaan kami.

"kak Albert, menurutmu berapa banyak singa yang ada di dalam hutan ini?" kata Hesti di dekat telingaku dengan suara yang pelan.

Hesti mendekatiku karena dia merasa takut dan suaranya membuat telingaku terasa geli. ditambah lagi dirinya yang telah masuk ke dalam pelukanku dan menarik tanganku dengan tangannya yang hangat itu. tangannya telah dibasahi oleh keringat dan hal ini membuat diriku merasa bahagia.

kalau bukan karena berada di dalam kondisi bahaya, aku bahkan mengira kalau Hesti telah menyukaiku atau sedang memberi kode kepadaku.

meskipun kecelakaan pesawat kali ini dikatakan sebagai hal yang sangat sial, namun bagiku, hal ini seperti mendatangkan keberuntungan kepadaku.

karena kecelakaan pesawat ini menyebabkan pesawat mendarat di pulau terpencil ini, Yuri bahkan balik ke dalam pelukanku, begitu juga dengan Laura yang memelukku dalam kondisi sedih. bahkan Hesti juga memberiku pelukan seperti sedang memberi kode kepadaku.

setelah memikirkan itu, aku merasa sedikit bangga dan aku berpura-pura menatap kondisi itu dengan serius meskipun aku merasa senang di dalam hatiku.

kehidupan ini sangatlah tidak adil. jika aku dan Filan memiliki titik awal yang sama, mungkin dia juga tidak memiliki hak untuk mengusap sepatuku jika kami tersesat di pulau terpencil ini dalam waktu bersamaan. meskipun dia mati dengan sadis di tempat ini, itu juga tidak menandakan kalau dirinya adalah seorang sampah.

"Hesti, jangan panik. kita harus menunggu sebentar lagi. aku merasa masih ada benda lain di sana."

benar kataku, masih ada benda lain di sana. sayangnya kemunculan benda itu tidak tepat berada di depan kami.....

"Hesti, bersabarlah, jangan tepuk aku, aku sedang melihat dengan serius......"

"hm? kak Albert, aku tidak menepuk kamu......"

Hesti ada di sisi kananku, namun aku merasakan sebuah tepukan pada pundak kiriku tadi. aku menoleh ke arah Hesti dan sadar kalau dia sedang menatapku menggunakan sepasang mata yang melotot. namun aku juga tidak melihat benda gelap apapun dari ujung tatapanku.

kami pun menolehkan kepala dalam waktu yang bersamaan.......

Hesti terkejut dan berteriak. meskipun aku tidak berteriak, namun aku juga merasa terkejut hingga terduduk di lantai.

sebenarnya tidak ada hal lain, itu hanyalah seekor monyet.

jarak monyet itu sangatlah dekat dengan kami. ketika aku menolehkan kepala, wajahku bahkan hampir menempel dengan wajahnya. monyet itu sedang bergantung di atas pohon sambil menatap kami. dia menghalangi cahaya matahari dan wajahnya terlihat begitu menakutkan

namun teriakan Hesti ini benar-benar berbahaya. hal yang paling ditakuti oleh hewan adalah suara teriakan.

monyet itu masih tergolong baik karena dia langsung melompat masuk ke dalam hutan setelah mendengar suara teriakan itu. namun sekelompok singa itu juga menolehkan kepala setelah mendengar suara teriakan.

ketika aku dan Hesti dikejutkan oleh monyet itu, sangat jelas rumput pada tempat persembunyian kami juga ikut bergetar.

sekelompok singa itu terlihat penuh waspada. ini merupakan sikap asli dari setiap makhluk hidup. tidak ada satupun makhluk hidup yang ingin makanannya direbut oleh orang lain.

dua ekor singa yang terlihat agung itu pun berjalan ke arah kami dan aku bisa merasakan sekujur tubuh hesti terus bergetar.

"kak Albert, kita........."

"tenang, tenang, harus bersikap tenang...... jangan ceroboh......" kataku sambil menenangkan dirinya dan juga diriku sendiri.

kami tidak boleh langsung melarikan diri karena kami tidak boleh menampakkan diri kami. jika keberadaan kami diketahui mereka, mungkin yang datang menghampiri kami tidak lagi hanya dua ekor singa!

tetapi kami juga tidak bisa tetap bersembunyi di belakang rumput ini. jika mereka datang dan menyadari keberadaan kami, maka kami berdua akan segera berubah menjadi santapan mereka!

salahkan aku, kenapa aku harus kembali ke sini? sekarang, pilihanku harus membahayakan dua nyawa sekaligus.

aku menahan semua rasa kacau di dalam hatiku dan memikirkan sebuah cara untuk melarikan diri.

"Hesti, Hesti!" aku seketika memiliki sebuah ide setelah tadinya aku melihat monyet itu memanjat pada pohon raksasa ini.

Hesti juga merasa ketakutan hingga terbengong. dia pun merespon aku setelah aku memanggilnya beberapa kali.

"kakak.... mereka mulai mendekat. kita......"

"Hesti, cepatlah kemari, kamulah yang di atas, aku akan mendorongmu dari bawah untuk naik ke bagian teratas pohon ini. nyawa kita bedua tergantung padamu sekarang!"

Hesti mengerti akan maksudku dan segera datang ke sisi pohon itu dengan tanpa ragu.

aku sudah menelusuri sekeliling pohon itu. terdapat semak belukar yang menghalangi pohon itu. dengan begini, para singa tidak akan menyadari keberadaan kami. kami akan selamat untuk sementara jika berhasil naik ke atas pohon itu.

jika para singa tidak menyadari keberadaan kami, maka kami bisa melarikan diri ke tempat yang aman setelah para singa itu pergi.

aku membantu Hesti dari bawah dan untungnya yang ada disisiku sekarang bukanlah Laura si nona besar. dia pastilah tidak bisa memanjat pohon.

meskipun Hesti si gadis desa ini tidak bisa memanjat pohon, namun setidaknya dia menggenggam ranting pohon itu dengan erat dan dia juga mengeluarkan tenaga pada kakinya.

kami berdua pun berhasil naik ke atas pohon besar itu tanpa diketahui oleh singa tersebut.

monyet yang tadinya menakuti kami masih berada di sisi kami. sang monyet hanya menatap kami tanpa melakukan apapun.

Hesti lalu melototinya dengan tatapan marah.

tidak tahu kenapa aku masih bisa tertawa. gadis itu pastilah merasa dendam terhadap monyet itu.

memang begitu, kalau bukan karena kemunculan monyet itu, kami juga tidak akan sesial ini.

monyet itu seolah-olah mengerti akan perasaan kami. setelah melihat tatapan marah dari kami berdua, dia lalu menggaruk kepalanya dan menunjuk ke salah satu arah yang tidak jauh dari kami.

aku lalu menatap ke arah tersebut dan merasa begitu terkejut.

seekor harimau berada di belakang kami dan sedang menatap kami berdua dari kejauhan!

aku dan Hesti menatap harimau itu dengan terengong. setelah melihat keberadaan kedua singa itu, sang harimau pun memasukkan kembali kepalanya ke dalam semak.

aku merasa harimau itu tidak langsung menerkam kami karena dia juga takut akan sekelompok singa yang ada di kejauhan itu.

ini sangat mengerikan, aku juga tahu akan cara bertahan hidup di dalam hutan ini. harimau ini tidak berani maju merebut makanan para singa karena dirinya pastilah akan diserang oleh mereka.

namun dia sangatlah cerdas, dia juga tahu kalau kami tidak mungkin bisa pergi dengan mudah. oleh karena itu, ketika kami sedang menunggu sekelompok singa itu selesai makan, sang harimau juga sedang menunggu waktu yang tepat untuk menerkam kami berdua.

kalau bukan karena kemunculan monyet yang telah mengacaukan semuanya, mungkin saja kami berdua sudah menjadi santapan sang harimau.

dapat dikatakan kalau monyet ini telah menolong kami. namun kami tidak sempat berterimakasih pada monyet itu dan singa itu sudah sampai di bawah pohon.

mereka mungkin mencium aroma manusia. aku melihat mereka terus mencium area tempat kami duduk tadi.

jangan angkat kepala, jangan angkat kepala.

kataku di dalam hati dan memohon perlindungan dari Tuhan.

tidak tahu apakah karena doaku, kedua singa itu tidak mengangkat kepala mereka dan hanya berkeliling beberapa putaran di sekitar pohon. setelah itu, mereka pun kembali.

Hesti lalu menghela nafas: "kak Albert, aku merasa begitu takut."

aku pun merasa takut dan tidak sanggup berkata apapun lagi. aku hanya menganggukkan kepalaku saja.

"tetapi, bagaimana cara kita turun dari sini. hari sudah siang, mereka pastilah akan merasa panik jika tidak menemukan kita." kata Hesti dengan penuh kekhawatiran.

dia sudah menghabiskan begitu banyak tenaga untuk memanjat naik ke atas pohon ini, sekarang..........

aku menarik lengannya dan berkata: "aku merasa sekarang kita tidak perlu memikirkan cara untuk turun dari sini. lihatlah ke arah sana........"

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu