1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 21 Persaingan Hutan

“Hu Hu Hu Hu……” Laura benar-benar hebat, gadis muda ini sambil berlari dan tidak tahu untuk menghemat energinya, bahkan menangis dengan keras, “Aku tidak pernah mengalami perasaan seperti ini sepanjang hidupku hu hu hu, Albert, kami tidak akan bermimpi denganmu lagi.”

“Diam! Tetap bernapas dengan teratur! Jaga energimu!”

Melihat aku kasar kepadanya, Laura juga tidak berani untuk berbicara banyak lagi, tapi tak lama kemudian, dia masih merasa nyeri di dada saat bernapas.

“Tidak, aku tidak bisa berlari lagi, kapan ini akan berakhir, bagaimana kita bisa lari melewati mereka!”

Melihat singa dan harimau yang berada dibelakangnya dan hampir mengejarnya, tiba-tiba Laura berlari semakin lambat.

“Kak Laura cepat lari!” Hesti juga cemas dan berteriak.

Dia tidak meneriakinya, dia hanya mendesak Laura dan ditambah dengan cemas, dan dia langsung terjatuh ke tanah karena tersandung dahan pohon yang ada di bawah kakinya.

Aku menoleh dan melihat harimau itu sangat dekat dengannya, melihat dia jatuh, aku juga berencana untuk memanfaatkan situasi dan langsung melompat ke udara dengan kaki belakangku.

Aku juga tidak tahu keberanian dari mana, aku langsung berlari ke depan dan berdiri di depan Laura, langsung mengulurkan kedua tanganku dan memegang kedua cakar depan harimau itu.

Pada saat ini aliran panas melonjak di dalam tubuhku, mengerahkan semua energi dari titik akupuntur, dan kekuatan yang tak tertahankan, kemudian mencengkram cakar harimau dalam posisi kuda-kuda, dan pantang mundur !

Meskipun Laura biasanya adalah wanita muda yang sombong, tapi dalam keadaan hidup dan mati sepert ini, dia hanyalah seorang gadis kecil yang tak berdaya.

Meskipun aku juga……

Tapi aku tahu, ini untuk melindungi nyawanya, bagaimana aku bisa menyerah dengan mudah.

Aku juga tidak tahu apakah kekuatanku terlalu kuat atau harimaunya lapar dan belum makan selama beberapa hari sehingga tidak memiliki kekuatan, dia benar-benar tidak ingin mengalah kepadaku, dan bahkan tidak bisa menjatuhkanku.

Pada saat ini beberapa ekor singa di belakang juga bergabung bertarung dengan tim pejuang, aku tahu betul, di dalam hutan terpencil ini, jika tidak ada kami, mereka akan menjadi musuh bebuyutan untuk saling memperebutkan makanan.

Tapi sekarang berbeda, dengan manusia di depan matanya, secara alami mereka membentuk sebuah kelompok.

“Kakak Albert hati-hati di sebelah kiri!”

Mengikuti suaranya Hesti, dari sudut mata aku melihat seekor singa di sebelah kiri sudah melompat ke arahku.

Aku juga tidak tahu kekuatan dari mana, aku hanya merasa titik akupuntur di dalam tubuh terasa panas seperti ada sesuatu yang akan meledak.

Aku berdiri tegak, dengan bantuan inersia aku melemparkan harimau itu dengan keras menggunakan kedua tanganku.

Singa dan harimau itu saling bertabrakan, dan dengan gesekan fisik yang sangat besar menyebabkan dua suara raungan yang mengguncangkan seluruh hutan.

Tiba-tiba di hutan menjadi sangat kacau balau, dan burung-burung serta binatang buas yang berlarian untuk menyebarkan berita, tiba-tiba semuanya berusaha mati-matian untuk melarikan diri dari tempat kejadian, dan dalam sesaat hutan menjadi sangat sunyi.

Kedua raksasa yang bertabrakan mulai berdiri lagi, dan mengibaskan bulu mereka, pada pertama kali mereka tidak memperhatikanku, sebaliknya mereka berdua saling menatap dengan tajam.

Inilah yang ingin aku lihat, yang terbaik adalah membiarkan mereka bertarung dan kami mengambil kesempatan untuk melarikan diri.

Namun kenyataan tidak berjalan seperti harapanku, seekor singa ganas yang berada di samping meraung beberapa kali seperti sedang mengingatkan harimau dan singa, mereka berdua menoleh dan menatapku.

Laura sudah berdiri, menarik pakaianku dan berbisik : “Albert, apa yang bisa kita lakukan sekarang?”

“Kalian berdua mundur!” aku memegang tombak yang dibuat dari pisau militer Swiss dengan erat, tanpa adanya rasa takut.

Barusan harimau itu jelas bertabrakan dengan keras, mengetahui bahwa aku tidak mudah untuk dilawan, dia terus berjalan mondar-mandir di sampingku dan tidak berani maju dengan mudah.

Ketika aku berhadapan langsung dengan dua ekor singa ganas seolah-olah sudah membuat janji, pada saat yang bersamaan, mereka melompat ke arahku.

Suara teriakan Laura yang berada di belakang sudah tidak jelas, melihat cakar singa yang semakin dekat denganku, ekspresiku sangat tenang tetapi di dalam hatiku terdapat kepanikan yang tak tersiratkan.

Apakah hari ini aku akan mati di sini?

Pada saat ini, kakiku bergerak dengan cepat untuk menghindari salah satu seekor singa ganas, dan tangan kananku membidik target dan menancapkan pisau militer yang ada di tanganku dengan keras.

Terdengar suara raungan, pisau militer tepat mengenai kaki kiri singa ganas dan dia terjatuh, aku terjatuh dan menggunakan satu tangan untuk menopang tubuhku, melompat ke atas tubuh singa, mencabut pisau militernya, berbalik badan dan menancapkannya ke badan singa lainnya.

Darah merah segar mengalir ke bawah, seluruh gerakan ini sangat gesit seperti awan yang bergerak dan air yang mengalir, bahkan Hesti dan Laura yang ada di belakangku juga tercengang.

Tanpa cedera apa pun aku menancapkan pisau militer ke tanah, napas terengah-engah, keringat mengalir deras disekujur tubuh, tapi dadaku sangat lega dan bahagia, dan normal jika aku meneguk satu setengah kilo minuman beralkohol yang kuat.

Total ada empat ekor singa yang datang, ketika aku mendongakkan kepala, Laura dan Hesti menunjuk ke belakangku dengan gemetaran.

Aku mencabut pisau militerku dari tanah dan bersiap untuk berperang, tak diduga ketika menoleh, aku melihat dua ekor singa melarikan diri dengan suram.

“Di mana harimaunya?”

Laura dan Hesti menggelengkan kepalanya.

Laura gemetaran, berjalan ke sampingku dan menusukku dengan jarinya.

“Kamu, apakah kamu adalah Albert yang aku kenal?”

Aku tahu mungkin karena barusan sikapku yang terlalu ganas, dan telah mengejutkan kedua gadis ini, aku tersenyum sungkan dan berkata : “Aiya, aku juga tidak bisa apa-apa, bukankah ini masalah antara hidup dan mati untuk melindungi kalian berdua.”

“Bukan Kak Albert, tindakanmu tadi sangat keren, serangan kritis yang sangat hebat ditambah dengan kekuatan destruktif yang luar biasa !”

“Haha, tidak tidak, sebelumnya aku dan Laura pernah melakukan pertempuran berdarah melawan piranha di pantai.”

“Tapi ini berbeda, pada saat itu kita mempunyai pistol, dan dengan tiga peluru baru nyaris membunuh piranha itu, hari ini kamu membunuh dua ekor singa sebesar ini hanya dengan sebuah pisau!”

“Aku juga tidak tahu kenapa, sebenarnya tadi aku juga sangat takut, tapi sepertinya seluruh badanku memiliki kekuatan yang tidak ada habisnya.”

“Tuhan, kamu tidak tahu ekspresimu tadi, itu seperti…… seperti monster yang membunuh dengan sangat kejam, dan sangat dingin.”

“Kak Laura kamu jangan berkata seperti itu, aku merasa tadi Kakak Albert sangat keren.”

Laura menatap Hesti yang menatapku dengan tergila-gila, kemudian dia berjalan di antara kami dan langsung menghalangi tatapan Hesti yang membara.

“Albert, ayo kita bawa pulang dua ekor singa ini.”

Aku melihat dua ekor singa mati yang tergeletak di tanah, dan terlihat termenung.

Ayo bawa pulang, bulu singa bisa dijadikan pakaian untuk musim dingin, dan daging singa ini kita bisa memanggang dan memakannya, tapi……

Pertama, singa ini begitu berat dan hanya aku satu-satunya pria, dan diperkirakan kedua gadis itu mungkin hanya bisa menyeretnya beberapa langkah dengan sedikit kekuatan yang mereka miliki.

Meskipun bisa jalan, kami menyeret singa dan berjalan di hutan, bukankah terlalu mencolok, bagaimana jika kelompok singa datang dan membalas dendam?

Sebelum menungguku berbicara, Hesti mengungkapkan keraguanku.

Sebaliknya Laura berbicara dengan acuh tak acuh : “Kamu jangan berpikir seperti itu, jika kita bisa membunuh dua ekor singa, kita bisa membunuh lebih banyak lagi, coba kamu lihat, dua ekor singa tadi saja lari, jadi aku merasa tidak perlu terlalu berhati-hati.”

“Apa yang dikatakan Laura juga masuk akal, masalahnya adalah kekuatan kalian berdua……”

“Ayo Hesti, kita berdua menyeret satu ekor, datang dan cobalah denganku.”

Hesti telah diyakinkan oleh Laura, menganggukkan kepalanya, berdiri dan mengikuti Laura untuk menyeret seekor singa, kemudian berbalik badan dan pergi.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu