1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 88 Melihatmu, Memakanmu

“tuan, aku akan membantu anda untuk mengelap tubuh.”

Yang masuk seperti pelayan wanita, langsung setengah berlutut diatas kasurku, meletakkan baki disamping lalu ingin melepas pakaianku.

“eh eh tunggu.....”

Sikap perempuan ini terlalu terbuka kan, baru bertemu langsung ingin melepas pakaian.

“ada apa tuan?”

“apa kamu bisa memberitahuku ini dimana, lalu, kenapa kamu memanggilku tuan?”

“ini adalah suku elang dewa, anda sekarang berada di dalam desa paling kecil yang paling luar, setelahnya..... cerita setelahnya hamba tidak jelas, saat kepala desa kembali akan memberitahunya pada anda.”

Elang dewa ini adalah arti yang aku terjemahkan, kalau disebut dengan bahasa aborigin mereka itu mata dewa atau sejenisnya.

Wanita ini bicaranya seperti mau tidak mau, pasti ada sesuatu yang sedang disembunyikan dariku, tapi aku bertanya pada dia yang seorang budak juga tidak berguna, dia juga sudah bilang saat kepala desa kembali akan memberitahuku dengan spesifik, lebih baik langsung menunggu kepala desa memberitahuku.

“kalian kenapa begitu baik denganku?” dari yang aku tahu sikap orang aborigin suka menawan.....

Seperti orang yang aku temui hari itu, hanya dengan firasa sudah bisa menyadari orang itu pasti bukan orang asli aborigin, sangat mungkin merupakan orang tidak beruntung yang tertangkap dan dijadikan budak, pelayanan itu.....

Pasti tidak mungkin memberikan sebuah kamar pribadi untuk orang yang ditawan, dan mengutus pelayan wanita untuk mengelap tubuh.

“ini.....”

Mendengar pertanyaanku, wanita itu turun dari kasur dan berlutut di lantai.

“karena anda adalah orang yang dipanggil oleh Raja Mor yang agung.....”

“apa?” aku agak tertegun, “orang yang dipanggil apa? Raja Mor itu siapa?”

“tuan, lebih baik biarkan saya mengelap tubuh anda dulu, keadaan spesifiknya aku benaran tidak jelas, saat makan malam kepala desa akan mengundang anda ke rumah mereka untuk makan, lebih baik anda tanyakan pada kepala desa.”

Aku tidak bicara lagi, menerima pelayanan pelayan wanita dengan diam.

Mereka mungkin punya permintaan denganku atau dengan kata lain aku berguna untuk mereka, dan lagi kegunaan ini bukan fungsi kecil yang bisa digantikan oleh sebagian orang, kalau tidak mana mungkin mengutus orang untuk melayaniku begini.

Tapi Raja Mor yang dibilang pembantu tadi.....

Kenapa aku merasa begitu familiar ya.....

Waktu makan malam, aku dibawa ke rumah kepala desa dari desa kecil ini.

Desa kecil ini mungkin tidak begitu kaya, yang pertama bisa dilihat dari pakaian para penduduk desa ini, lalu perasaan berjalan diatas jalannya juga dingin, dekorasi sekitar juga agak biasa.

Yang membuatku terkejut adalah, begitu sampai depan pintu rumah kepala desa, rumah kepala desa tidak selaras dengan lingkungan ini.

Hanya pintu rumah kepala desa ini saja lima meter tingginya, desainnya agak elegan kuno, diatasnya masih ada berbagai macam relief.

Terlebih lagi, relief ini sangat familiar.....

Gaya relief ini sangat mirip dengan gaya kuburan yang dipenuhi relief di pulau itu, dan bahkan isinya pun sangat mirip.

Menurutmu, pintu rumah siapa yang akan terukir penuh oleh relief perempuan yang berlaku menyimpang, disinilah tempatnya.

Bertemu dengan kepala desa mereka, aku akhirnya paham dengan alasannya.

Mungkin karena pemahaman dasar, aku terus mengira kepala desa yang dia sebut merupakan seorang pria, tapi disini berbeda dengan biasanya, ternyata kepala desanya adalah perempuan.

Rumah kepala desa ini tidak hanya mewah, dia sendiri juga seorang wanita cantik.

Tubuhnya menarik dan seksi, wajah kecilnya yang bagus sangat cantik, gaun lebar yang berkilau dibawah cahaya lampu dadanya yang lembut terlihat setengah, asal mengangkat kepala dan melihatku, aku merasa seluruh tubuh lemas.

“jangan bengong jangan bengong, cepat duduk, pejuang cepat duduk.” Aku berdiri di tempat melihat wanita cantik sampai terpesona, mendengar ada orang bicara disamping, memutar kepala baru menyadari ternyata kepala desa cantik ini sudah berkeluarga.

Desa ini aneh juga, kelihatannya wanita yang bekerja di luar rumah, pria yang bekerja di rumah.....

Tapi sekarang masalah utamanya bukan ini, karena ini adalah aborigin, punya gaya kebiasaan sendiri juga sangat wajar, masalah yang paling penting yang harus dijelaskan sekarang adalah kenapa aku dibawa kesini daln menjadi tamu terhormat, mereka sebenarnya ingin aku ngapain

“kenapa memanggilku pejuang?” aku memutar kepala dan bertanya ke suami kepala desa dengan kebingungan.

“wahai tamu, aku adalah Gina, ini adalah suamiku Honda, dia tida biasa bicara, kuharap kamu tidak perhitungan.”

Wanita ini dari awal langsung menarik semua fokusku, tidak disangka wanita ini tidak hanya cantik bahkan suaranya begitu enak di dengar, suara tingginya ditambah wajah ini, benar-benar cukup duduk dan tidak berbuat apa-apa sudah membuat orang lemas satu sisi.

“tidak apa tidak apa, panggil aku apapun boleh.” Aku tidak berkehlahi dengan orang, juga tidak menunjukkan kemampuan khusus apapun, jadi agak bingung kenapa memanggilku pejuang, tapi tidak mengeluh kalau panggilan ini tidak bagus.

“tamu yang terhormat, silahkan anda coba produksi lokal kami.” Selesai bicara Gina menyendok sayur untukku, produksi lokal yang dia masuk seperti ginjal sapi dan sejenisnya.

Wanita ini saat menyendok sayur untukku juga melihatku dengan manis, membuatku merasa tambah aneh.

“pejuang, eh bukan bukan, tamu, apakah anda puas dengan makanan hari ini?”

Yang membuatku merasa tambah aneh adalah pria bernama Honda itu bahkan tidak makan di meja, duduk di bangku pendek antara menyendok sayur untuk kami atau mengisi air.

Posisi pria ini di tempat ini rendah sekali, bahkan makan saja tidak bisa.

Selain kasihan dengan pria yang satu jenis denganku, mendengar dia bertanya begitu aku buru-buru mengangguk, memuji makanannya enak.

Jelas sekali Honda sangat senang mendengarnya, senyumannya tambah cerah: “karena anda puas, kalau begitu mohon menginap malam ini, Gina akan melayani anda dengan baik.”

“melayani? Malam ini?”

Benar-benar bukan otakku yang terlalu lambat, waktu pelayanan dan cara bicaranya ini terlalu.....

“ini..... adalah kebiasaan kalian? Maaf, aku orang pendatang, tidak terlalu paham dengan aturan kalian disini.”

Gina tidak terkejut, seperti sudah tahu kalau aku bukan orang suku mereka sejak awal, melihat dirinya sepertinya tidak penasaran sedikitpun tentang asalku.

“tidak termasuk juga sih.....”

Aku melihat Gina melirik suaminya, mengisyaratkan suaminya untuk buka mulut bicara, sendirinya malah tersenyum padaku lalu bangun dan meninggalkan ruangan ini.

Honda melihat Gina pergi, sepertinya jauh lebih lega, duduk di dekatku dan berkata: “Gina adalah kepala desa desa kami, merupakan orang dengan hak tertinggi di desa ini, anda adalah pendatang, walaupun beberapa hari lagi akan pergi dari sini, tapi juga boleh.....”

Pria ini sedikit-sedikit merona, padahal dia sendiri tidak mengatakan apapun, akhirnya aku tidak reflek, dia malah merona duluan.

“tadi kamu bilang aku akan pergi, aku akan pergi kemana?”

“oh oh iya, lupa memberitahu anda tentang ini, mungkin belum ada orang yang memperkenalkan desa kami pada anda ya. Desa kam sebenarnya mengandalkan..... kecantikan wanita untuk mendapat apresiasi dari atas, dulu desa kami lebih miskin daripada sekarang, semuanya berkat Yang Mulia Gina punya selera yang bagus dan berkemampuan, sehingga kami bisa melewati kehidupan yang sekarang.”

Saat pria ini membahas Gina wajahnya berharap dan memuja, di saat ini Gina juga sudah kembali.

“tamu, bagaimana makannya?”

Sebenarnya aku tadi bahkan tidak makan banyak, dia tidak menjelaskan malah lebih bagus, begitu dia jelaskan padaku malah membuat hatiku jadi punya banyak kebingungan.

Tapi menghadapi senyuman Gina yang samar-samar agak ambigu, hatiku menjadi gugup, bicara dengan gagap: “ah, lu, lumayan.”

Mendengarnya, senyuman di wajah Gina semakin besar.

Dia melenggokan pinggangnya, langkah kakinya pelan, tidak tahu apakah sengaja atau tidak, tidak lama langsung duduk menempeli lenganku.

Aku reflek melihat pria itu, karena Gina adalah istrinya.

Siapa sangka, dia tidak hanya tidak menunjukkan kemarahan dan kesedihan, malah pipinya memerah dan menundukkan kepala.

Pergerakan Gina semakin tidak terkontrol, tidak tahu dia sengaja atau tidak membuka pakaian luarnya yang memang longgar, seketika, dua paha indahnya yang putih mulus tampak keluar.

Pikiranku agak goyah, tidak tahu apakah harus menolak atau menerimanya, tapi Gina sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk melawan, langsung naik di hadapannya Honda.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu