1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 82 Bertarung Melawan Piton

Ular piton raksasa itu terus mendesis, dia terlihat seperti menyadari keberadaanku, dia dengan hati-hati dia memperhatikan sekelilingnya, ekornya yang besar terus bergerak menghantam tanah seperti cambuk baja, banyak debu yang beterbangan karena hal itu.

Aku menahan napas dan bersembunyi di balik pohon, menunggu kesempatan untuk menembak.

Akhirnya, ular piton itu kehilangan kesabaran.

Dia berhenti mencoba mencariku, dan dia kembali fokus pada tiga mangsa di depannya, pinggangnya yang tebal terus berputar.

Smith, Yves, dan Mila menatap takut ular piton raksasa di hadapan mereka yang bergerak semakin dekat, mereka mati-matian menahan jeritan di tenggorokan mereka.

Ular piton raksasa itu memutar tubuhnya, dia menjulurkan lidahnya, kedua matanya yang besar memancarkan aura dingin dan ganas, sesaat kemudian, dia menjulurkan lehernya dan menegakkan tubuhnya ke atas.

Tiga jeritan keras langsung terdengar di saat yang sama, aku menutup telingaku dan dengan cepat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang ular piton itu.

Panjang ular ini mungkin sekitar tujuh inci, hampir sama dengan ular boa raksasa.

Aku menyayat kulit ular piton raksasa sepanjang tujuh inci itu, dan saat itu juga, desisan marah dan kesakitan terdengar dari si ular piton.

Ular piton raksasa itu berputar dan berbalik untuk melihatku, saat itu aku langsung sadar kalau tinggi ular ini sama dengan tinggi bangunan tiga lantai.

Dia menekuk lehernya dan menatapku, sepasang mata dengan pupil vertikal menatapku dengan marah.

Suara mendesisnya menjadi lebih keras, dia seperti sedang bersiap menyerangku, saat aku berdiri tegak, ular piton itu membungkuk dan menyerang ke arahku seperti bambu yang dilempar.

Aku langsung melompat, dan memukul mata piton dengan kuat.

Siapa sangka, ular piton raksasa ini memiliki gerakan yang sangat gesit.

Dia melambaikan ekornya ke arahku untuk menghindari seranganku, dia lalu membuka mulutnya, mendesis dan berusaha menggigitku.

Melihat dua buah taring tajam ular itu, Mila menjerit.

“Hati-hati!”

Dengan buru-buru, aku menginjak dahan pohon di sampingku, aku hampir tidak bisa mengubah arah lompatanku, untung saja aku berhasil menghindarinya.

Tapi sepertinya ular piton raksasa itu merasa kesal padaku.

Dia membanting ekornya, dan pohon-pohon di sekitarnya langsung tumbang.

Kekuatan sebesar ini!

Aku langsung menarik napas dengan tajam.

Ular piton raksasa itu menjulurkan lidahnya, lalu dengan cepat bergerak ke arahku, tubuhnya besar terus menghantam tanah, dan debu terus beterbangan di sekitarnya.

Tak lama kemudian, dia muncul di depanku dengan mulut besar yang terbuka, kedua taringnya yang tajam terlihat berlumuran darah, aku bisa mencium bau amis darah darinya.

Tidak ada cara untuk menghindarinya!

Jantungku terasa akan jatuh, aku langsung berbalik dan berlari ke hutan di belakangku.

Hutan ini sangat lebat dan tanah pijakannya juga agak berbahaya, jadi setidaknya aku bisa menjauhkan ular piton raksasa ini dari mereka bertiga.

Di belakang, Mila entah sedang meneriakkan apa padaku, tapi saat ini aku tidak bisa mendengar apa pun, dan dengan satu tarikan napas, aku berlari ke depan dengan cepat.

Ular piton raksasa itu mendesis lagi, bentuknya hampir sama dengan seekor naga, dan dengan cepat di seperti terbang melewati kepalaku.

Dalam sekejap mata, dia muncul di hadapanku, dengan leher bersisiknya menjulang tinggi, seperti akan menyerangku.

Aku berpikir dalam hati, saat ini, seharusnya Smith, Yves, dan Mila sudah memiliki waktu yang cukup untuk melarikan diri, jadi aku berhenti berlari dan memutuskan untuk menghadapi ular piton itu.

Ular piton itu meregangkan lehernya, tatapan matanya yang dingin terlihat penuh dengan cahaya yang menakutkan.

Dia mendesis beberapa kali lagi, mulutnya lalu terbuka lebar dan sepertinya dia bersiap untuk menelanku secara utuh.

Ini saatnya!

Aku berteriak dalam hati, aku membungkukkan punggungku untuk mempersiapkan diri, detik berikutnya, aku menendang tanah dan berusaha melempar tubuhku ke udara, seperti bola meriam kecil, aku langsung melesat ke perut piton yang terbuka untuk serangan itu.

Saat itu juga, desisan kesakitan terdengar keras.

Ular piton itu terbalik di atas tanah, dia meringkukkan tubuhnya dan menggeliat kesakitan.

Dengan memanfaatkan kesakitannya, aku akan membunuhnya!

Tanpa rasa ragu, aku mengangkat tanganku dan meninju ular piton raksasa itu beberapa kali lagi, aku memukulnya di daerah yang fatal, dan setelah beberapa saat, ular piton raksasa itu akhirnya menutup matanya karena sekarat.

Aku tidak berani menurunkan kewaspadaanku, jadi aku langsung mengeluarkan belati dari ranselku, dan dengan cepat menusuknya.

Tiba-tiba, tubuh besar ular piton raksasa itu terpental di tempat, dengan keras aku menikamnya lagi dengan belati, dan menusuk bagian tubuh yang lainnya.

Lama kelamaan, pergerakan piton itu semakin sedikit, dan tak lama kemudian tidak ada pergerakan lagi darinya.

Aku langsung menghembuskan napas lega, aku menyeka darah yang memercik di wajahku, lalu menyimpan belatiku, sambil membawa ular piton di pundakku, aku pergi mencari mereka bertiga.

Ternyata, mereka bertiga masih berada di tempat yang sama.

Smith sepertinya sedang pingsan, dan Yves sedang sibuk melakukan resusitasi jantung paru di sampingnya.

Melihat aku yang membawa ular piton raksasa dan muncul dengan penampilan berlumuran darah, Yves hampir menjerit lagi, tapi tatapan matanya, Mila terlihat sangat senang.

“Albert, aku tahu kamu pasti akan baik-baik saja!”

Dia berjalan ke arahku dan membantuku meletakkan tubuh ular piton di tanah, dia lalu mengeluarkan beberapa buah merah dari tasnya dan memberikannya padaku.

"Kamu makan buah ini dulu untuk menekan rasa laparmu, biar aku yang menangani ular piton itu."

Setelah Mila mengatakan hal itu, dia mengambil belati dan berjalan ke samping.

Tapi bagaimana mungkin aku bisa membiarkan seorang wanita menangani ular itu sendiri?

Aku makan dengan cepat, lalu berjalan ke arah Mila dan mengambil belati di tangannya, sambil berkata: “Serahkan saja padaku, kamu cukup merawat orang tua itu.”

Awalnya Mila merasa ragu, tapi dia tetap bersikeras.

Dia menyatukan kedua tangannya di depan dadanya dan menatapku dengan serius dan berkata: “Albert, biarkan aku membantu.”

Saat situasi kami mulai terasa canggung, dari belakang, Yves tiba-tiba berteriak karena terkejut, Smith menarik napas dengan berat, dia akhirnya sadar.

“Profesor, kamu sudah sadar…”

Yves sibuk mengurus Smith, dan aku juga tidak punya alasan lain untuk menolak bantuannya, jadi aku mengizinkan Mila untuk membantuku mengurus bangkai ular piton.

Dalam waktu singkat, ular piton besar itu sudah dipotong menjadi beberapa bagian.

Aku menemukan tempat yang tepat untuk mengubur organ dalam dan sisik ular piton itu, dan setelah itu aku bersiap membuat api untuk memasak.

Smith memegang daging ular piton yang dipanggang, dia bersandar di pohon dengan lemah, dia terus merasa bersalah, dan menghela napas: “ Haa, aku tidak menyangka ternyata memang orang tua ini yang menghambat perjalanan kalian.”

Selesai berbicara, dia mengelap sudut matanya yang basah, dia terlihat sangat bersalah.

Yves menghiburnya dengan menepuk punggungnya, dia merapatkan bibirnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Jelas, dia juga setuju dengan ucapan Smith.

Melihat suasana yang berubah menjadi berat, aku buru-buru mengganti topik pembicaraan kami, dan berkata: "Hei, semua orang memiliki kehebatannya masing-masing, pak tua, kamu tidak usah menyalahkan diri, masalah minta maaf, seharusnya aku yang meminta maaf pada kalian."

Setelah mengatakan hal ini, aku diam sebentar, lalu melanjutkan ucapanku dengan nada bersalah: “Sudah aku katakan dari awal, aku pasti akan melindungi kalian, tapi aku malah membuat kalian ketakutan, pak tua, Yves, maafkan aku!”

Selesai berbicara, Smith dan Yves langsung membeku dan terdiam.

Mereka menatap satu sama lain, dan melambaikan tangan mereka dengan cepat.

“Albert, jangan begini, kamu sudah melakukan yang terbaik, aku dan Yves sangat berterima kasih padamu.” Smith merasa terharu dan langsung berterima kasih padaku dengan tulus, daging di tangannya hampir jatuh ke tanah karena dia terlalu bersemangat.

Aku dengan cepat menolongnya, kami semua tidak bisa menahan senyuman kami, suasana yang tadinya berat juga langsung menghilang.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu