1001Malam bersama pramugari cantik - Bab 7 Kematian Tim Penyelamat

“ada apa, sebenarnya ada apa?” Yuri bertanya dengan khawatir melihatku dan Laura berdua kembali seperti ayam yang lepek.

“sudah mati.....”

“apa monster itu sudah mati?”

“Filan juga.”

Yuri menutup mulutnya tidak bersuara, setelah aku dan Laura menenangkannya, aku kembali ke kamarku dan mengganti pakaian yang basah kuyup.

Mungkin karena terlalu kelelahan, aku tertidur saat menyalakan api, samar-samar mendengar Laura memanggilku keluar makan tapi juga tidak menjawabnya.

Malam hari, tidak tahu aku sudah tertidur berapa lama, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang lembut dan basah di mulutku.

Suhu tubuh membuatku merasa semakin hangat, aku tanpa sadar mengulurkan tangan meremas dua bundaran yang menimpa tubuhku, mulai membalas ciuman itu, di pikiranku juga muncul gambaran Laura.

Apakah dia memanggilku untuk makan?

Atau karena salut melihat pergerakanku yang seperti pahlawan makanya bersedia memberikan tubuhnya?

Seiring kesadaranku perlahan kembali, aku mencium suatu aroma.

Bukan Laura!

Yuri adalah mantan pacarku, aku sangat familiar dengan wangi tubuhnya.....

Aku langsung membuka mata, melihat orang didepanku ternyata dia, aku langsung mendorongnya.

Karena kekuatanku terlalu besar dan luka di kakinya masih belum sembuh, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke bawah kasur.

Aku merasa agak bersalah dan langsung memapahnya bangun, bicara menyalahkan: “malam-malam begini kamu ngapain!”

“Albert.....” Yuri memanggil namaku sambil manja seperti dulu, mengulurkan tangan dan memeluk leherku, berkata: “aku takut, belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, aku sangat takut.”

Aku langsung melepaskannya, bicara padanya sambil melihat matanya: “tidak apa, kamu cepat kembali rawat lukamu, semuanya sudah berlalu.”

“kak Albert, aku merasa ini adalah takdir, kita berdua bertemu lagi dan lagi saat ini di tempat ini, Filan juga sudah mati.....” Yuri bicara sambil melihatku dengan mata besar yang sembab.

Aku melihatnya menggoyangkan pinggangnya dihadapanku, mata besarnya sangat mempesona, hatiku malah sangat dingin.

Kesanku yang paling dalam adalah mata besarnya itu, saat itu saling kenal karena ada sedikit masalah di organisasi mahasiswa, dia membawa filenya dan pergi menginterogasi siswa yang tidak hati-hati.

Jelas-jelas orang yang begitu kecil, tapi saat marah matanya malah melotot dengan sangat besar, membuat orang-orang itu takut sampai tidak berani bicara, tapi dimataku malah suatu energi yang berbeda.

Tapi sayangnya matanya yang hanya ada kepolosan dan kesucian, sekarang sudah berubah seperti ini setelah bekerja beberapa tahun.

Beberapa hari ini aku tahu sikap pura-puranya dan rayuannya pada Filan, dan bersikap menghinaku di depan Filan dan Laura.

Takdir?

Takdir untuk membuatku melihat sifatnya yang semakin jelek ini kah.

“aku lapar aku ingin keluar cari makanan, kamu rawat lukamu baik-baik lain kali jangan melakukan hal seperti ini lagi.” Selesai bicara aku bangun dan berjalan keluar.

Hari kedua aku kebingungan karena begitu bangun aku langsung ditarik keluar oleh Laura.

“ada apa, panik begitu pagi-pagi begini?”

Sifat Laura berbeda dari biasanya, bergumam: “tidak apa, hanya keluar untuk keliling, kemarin terjadi begitu banyak hal, aku..... ingin kamu menemaniku keluar cari angin.”

“em boleh.....” aku juga tidak tahu apa yang dipikirkan perempuan ini, hanya menemaninya jalan dengan diam.

Setelah diam beberapa saat, aku bahkan tidak tahu sudah berjalan sampai mana, melihat wajah Laura yang memerah, berkata: “kenapa?”

“em..... walaupun mungkin agak tidak sopan kalau bertanya seperti ini, tapi sekarang di pulau hanya ada kita beriga, aku merasa aku harus menanyakannya dengan jelas.”

“ya, bilang saja.”

“apa kamu dan Yuri sudah berbalikan? Atau kamu masih menyukainya atau hanya main-main saja dengannya?”

Aku tiba-tiba tersadar, mungkin dia mendengar keributan yang kami buat semalam.....

“tidak kok.....”

“kamu langsung bilang saja padaku, bagaimanapun lain kali aku tetap akan menghadapi kalian dengan baik.”

Aku agak ingin tertawa, menegaskan sekali lagi: “tapi betulan tidak, kemarin malam dia hanya sedih mendengar kematian Filan.”

Aku menghela napas dan menundukkan kepala melihat batu dibawah, bicara sambil menendang bagian jalan yang tidak rata: “hah, aku sangat jarang membicarakan tentangnya dengan orang lain, juga tidak ada orang yang mau mendengarnya. Aku hanya merasa kita semua sudah berubah jadi tidak bisa kembali lagi, di pulau aku jua akan menjaganya baik-baik, tapi hubungan seperti itu sudah tidak mungkin.”

Selesai bicara aku baru merasa lebih enak untuk mengangkat kepala melihat ekspresi Laura, tapi malah melihatnya membuka mulutnya dengan lebar dan terdiam melihat jalan di depan.

Melihat aku melihatnya, dia mengulurkan tangan menunjuk tempat di depanku yang tidak jauh.

Aku menolehkan kepala dan baru melihat ternyata karena daritadi terus menendang tanah membuat sebuah kepala muncul.

Mengenai kenapa Laura bisa begitu terkejut, adalah karena disana muncul kepala seorang pria.

Ada orang lagi?

Aku langsung berjalan kesana dan mengecek napasnya.

“dia sudah mati.....” aku bicara sambil mengecek baju di tubuh pria itu, mencari apakah ada sesuatu yang bisa digunakan.

Tidak disangka orang ini membawa obat-obatan medis, alkohol dan lainnya, lalu aku menemukan kartu identitas orang ini.

“Laura, dia, dia adalah tim penyelamat.....”

Kami sama sekali tidak mengira, tidak tahu ada keanehan apa di pulau ini, bahkan anggota tim penyelamat profesional pun mati terkubur disini.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu