A Dream of Marrying You - Bab 77 Putramu umur berapa?
Tavin Pei adalah seorang anak kecil yang bisa makan lahap dan tidur dengan nyenyak, tidak peduli Ayahnya meninggalkannya di rumah seorang janda di Kota Vancouver, atau sembarangan menaruhnya di kelas sekolah intensif, daycare atau penitipan anak selama hari kerja, atau ditipu ditinggalkan di rumah nenek, dia bisa seketika beradaptasi seratus persen, kalau tidak bagamana bisa tumbuh tinggi dan kuat seperti ini.
Hanya saja pagi ini, bangun sangat pagi, sepertinya langit masih belum terang, Ayah sudah memanggilnya bangun.
Dia membuka mata melihat jam alarm di kepala ranjangnya, “Baru setengah enam sudah memanggilku bangun! Aku tidak ingin bangun!”
Selesai berbicara, dia langsung mengambil selimut menutupi kepala.
Eugene Pei menepuk selimut Tavin Pei, berkata : “Aku hitung sampai tiga, bila kamu tidak bangun, aku akan menyuruh Clarie pergi, satu, dua...”
Tavin Pei segera duduk, sepasang mata yang awalnya menyipit seketika membesar seperti sebuah lonceng tembaga : “Clarie ada di mana?!”
Eugene Pei berkata : “Ada di rumah kita.”
Tavin Pei segera menyibakkan selimut, dia mengambil pullover di sampingnya ke arah kepalanya, “Apa benar? Kalau begitu cepat pergi!”
Kedua ayah dan anak itu turun dalam kegelapan, Tavin Pei menarik tangan Ayahnya, dengan suara rendah bertanya : “Apa ingin memberitahu Nenek sebentar?”
Eugene Pei berkata : “Tidak perlu.”
“Kalau begitu saat Nenek bangun dan tidak melihatku, apa mungkin mengira aku diculik oleh nenek serigala?” Tavin Pei menggelengkan kepalanya, “Menurutmu apa aku pergi memberitahu nenek sembunyi-sembunyi.”
Eugene Pei menyilangkan lengannya : “Kalau begitu kamu ingin pergi bertemu Clarie, atau ingin pergi mencari Nenek?”
Tavin Pei segera berkata : “Clarie! Cepat pergi!”
Baiklah, Nyonya Besar Pei kembali dikesampingkan.
………………
Sepanjang jalan, Tavin Pei sangat bersemangat, dia melompat-lompat di tempat duduk, bahkan menyenandungkan lagu yang baru dipelajarinya dari sekolah dengan fals.
Langit di subuh masih tidak terlalu terang, langit masih berwarna biru gelap, hanya di ufuk samar-samar memancarkan sedikit cahaya terang.
Eugene Pei membeli beberapa makanan di toko sarapan di lantai bawah, Tavin Pei berinisiatif maju : “Ayah, biar aku yang membawa.”
Tavin Pei langsung menjinjing tas makanan di tangannya, lalu terkekeh naik ke mobil.
Tapi, karena kakinya pendek, saat naik ke mobil tangan yang memegang tas tidak memegang erat, Xiaolongbao yang ada di dalam tas kertas terjatuh ke tanah, bahkan mengundang dua ekor anjing mendekati.
Tavin Pei memegang hidungnya, berkata : “Tidak apa-apa, susu kedelai dan buburnya tidak tumpah.”
Kembali ke rumah, Tavin Pei langsung berlari ke atas, hasilnya setelah mencari di lantai atas, dia tidak menemukan Clarie Song, dia turun bertanya pada Ayahnya : “Dimana dia?”
Eugene Pei menunjuk ke kamar tamu di lantai satu, berkata :”Masih tidur.”
Tavin Pei segera menunjukkan ekspresi mengerti, dia segera menutup mulutnya, dengan berjinjit dan perlahan berjalan ke sana, dia hampir saja menabrak sebuah kursi, dengan terkejut bergegas memapah.
Tapi!
Pintu dikunci dari dalam!
Tavin Pei dengan sedih mencoba memutar kenop pintu, dia berbelik melotot pada Eugene Pei : “Ayah, pasti kamu mengganggu Clarie, dia bahkan mengunci pintunya!”
Eugene Pei sedang memegang gelas untuk minum, tidak mengunci pintu baru tidak normal.
Tapi dia memiliki kunci cadangan.
“Ayah, kemarin malam kamu bersama Clarie semalaman, jadi, nanti kamu tidak boleh berebut denganku.” Kata Tavin Pei.
Eugene Pei menunduk melihat putranya sendiri, tidak berbicara.
Tavin Pei meninju lengan Eugene Pei dengan keras : “Ayah, kamu adalah orang dewasa, kenapa masih begitu tidak pengertian? Aku bahkan lebih pengertian darimu!”
Eugene Pei langsung menoleh, berjalan ke dapur.
Bagaimanpun Tavin Pei tetaplah seorang anak kecil, berkali-kali berkata ingin menunggu Clarie bangun, dia memindahkan kursi kecil duduk di luar pintu, kedua tangannya menopang dagu menatap pintu, hasilnya tidak lama mulai mengantuk, kepalanya mengangguk-angguk ke bawah, pada akhirnya digendong ke atas oleh Eugene Pei.
Tavin Pei masih berusaha membuka mata, berkata : “Kalau begitu aku tidur dulu, tunggu Clarie bangun, kamu harus membangunkan aku.”
“Iya, pasti.”
Eugene Pei menutup pintu Tavin Pei, baru turun ke bawah.
………………
Clarie Song kali ini tidur sampai terbangun secara alami, karena baterai ponselnya habis, jadi alarm tidak berbunyi sama sekali, ditambah kemarin malam sangat malam tidur, saat dia terbangun, langit di luar sudah terang.
Malam ini, selain agak sulit tertidur, masih bisa dibilang tenang, tidak ada mimpi-mimpi yang mengganggu itu, juga tidak terbangun karena suara aneh.
Dia pergi ke kamar mandi mencuci muka dan menggosok gigi, setelah selesai merapihkan baju yang dia kenakan, dia membuka pintu kamar dan keluar, tercium aroma makanan yang harum.
Dia baru keluar, Tavin Pei langsung memeluknya.
“Clarie, kenapa kemarin malam datang tidak memanggilku!”
Ini adalah perjanjian Tavin Pei dengan Ayah, yaitu bila malam hari tidur di rumah maka bisa mendapatkan kesempatan berduaan dengan Clarie! Walapupun Ayah, orang ini tidak memiliki kredibilitas, tapi lebih baik percaya daripada tidak. Kali ini harus membuat Clarie membawanya pergi naik Roller Coaster.
Clarie Song sebaliknya dikejutkan oleh Tavin pei yang tiba-tiba ini, dia lupa di rumah Eugene Pei masih
ada bocah kecil ini.
Dia mengelus kepala Tavin Pei : “Kemarin malam Bibi datang terlalu malam, jadi tidak ingin mengganggumu tidur.”
Tavin Pei menarik tangan Clarie Song : “Clarie, kamu cepat pergi makan, aku yang membelinya di toko sarapan, aku yang membawanya.”
Eugene Pei menatap Tavin Pei dengan diam, Tavin Pei langsung berpaling tidak melihat ayahnya, bukankah hanya berbohong sedikit, aku ini berbohong demi kebaikan!
Benar-benar langka bisa ada pagi yang seperti ini, Clarie Song bisa tidak perlu bangun pagi dan terburu-buru membuat kacang kedelai, lalu berlari ke bawah membeli dua bapau dan berlari mengejar subway atau bus.
Di atas meja ada makan pagi yang masih panas, walaupun pesanan bawa pulang, tapi untuk dia yang sepanjang tahun hanya mengurus dirinya atau mengurus orang lain, sudah memberikan sebuah perasaan yang hangat.
Tidak tahu kenapa, terakhir kali saat naik kereta cepat ke Kota S bersama dengan Eugene Pei, saat dia mendengar lagu yang enak didengar, dia memberi satu earphone pada dirinya, juga ada perasaan seperti ini, sekarang, sama.
Tapi, Clarie Song tetap tidak tidak lupa ucapan dan sikap Eugene Pei kemarin malam, asal dia teringat hal itu dia merasa sakit kepala, lalu detak jantungnya tanpa sadar bertambah cepat.
Clarie Song tiba-tiba teringat satu hal : “CEO Pei, bukankah pagi ini kamu ada penerbangan jam 7 untuk dinas?”
Ava Dai memberitahu dia sendiri, berkata hari ini CEO Pei tidak ada waktu, jadi mengharuskan kemarin malam bergegas mengantarkan daftar harga, tapi sekarang melihat Eugene Pei tidak terburu-buru tidak sibuk, apakah benar...akan dinas?
Tatapan Eugene Pei melintas sekilas ke wajah Clarie Song, dia tertawa : “Sementara berganti jadwal.”
Perubahannya...benar saja tepat waktu.
Tavin Pei sangat tidak puas dengan sikap Ayah yang seperti ini, saat minum bubur dia sengaja berbunyi gluk gluk.
Eugene Pei berkata : “Saat makan jangan mengeluarkan suara, tidak sopan.”
Tavin Pei melotot balik, namun sudah mulai mengunyah dengan pelan.
Karena Ava Dai memberi Clarie Song libur setengah hari, jadi tidak terburu-buru pergi bekerja, hari ini Tavin Pei juga tidak pergi ke sekolah, jadi berseru ingin Clarie Song membawanya pergi naik Roller Coaster.
Tavin Pei menarik baju Clarie Song, berkata : “Clarie, kamu berjanji padaku terakhir kali, tidak bisa ingkar janji!”
Clarie Song memang terus mengingat hal ini, berhutang kesempatan naik Roller Coaster dengan Tavin Pei dan berjanji. Tapi, bila dia membawa Tavin Pei pergi ke taman hiburan, maka bagaimana dengan Eugene Pei, ayah ini?
Dia berkata : “Bagaimana bila kamu meminta Ayahmu membawamu pergi, lain kali Bibi akan membawamu pergi ke Seaworld.”
Ucapan Clarie Song ini membawa maksud pribadi, karena dia takut tinggi, menaiki Roller Coaster yang naik dan turun dengan sangat cepat, singkatnya menginginkan nyawanya, dulu bukannya tidak pernah naik Roller Coaster, sepertinya dulu karena naik Roller Coaster, di tengah-tengah terjadi kecelakaan kecil, lalu membuatnya takut tinggi, asal berdiri di tempat yang tinggi, maka pasti tidak berani melihat ke bawah.
Tavin Pei menggeleng, berkata : “Ayahku tidak pergi!” Dia berjalan ke samping ayahnya, dia menggoyangkan lengan Eugene Pei, “Benar bukan, Ayah?!”
Eugene Pei menunduk melihat wajah anaknya yang terlihat polos namun sebenarnya berhati jahat, dia mengerjapkan mata.
Eugene Pei takut ayahnya menentangnya, dia bergegas menarik Eugene Pei ke samping : “Kamu sudah berkata akan membiarkanku dan Clarie berduaan setengah hari, kamu tidak bisa bersama denganku, kamu pergi bermain dengan Paman Gu.”
Eugene Pei baru menjawabnya setelah belasan detik, Tavin Pei menghitung di dalam hati, baru mendapatkan jawaban Eugene Pei : “Bagaimana kalau aku pergi bersama kalian?.”
Tapi, ucapan Tavin Pei selanjutnya yang menentang ayahnya adalah : Aku bisa pergi sendiri.
………………
Eugene Pei tidak ikut turun ke bawah, ini membuat Clarie Song menghela napas lega.
Clarie Song sementara ini belum membeli mobil, awalnya ingin membawa Tavin Pei naik taksi, tapi karena kemarin malam keluar buru-buru, dia tidak membawa dompet, hanya sedikit uang kecil cukup untuk membeli tiket taman bermain, takutnya tidak cukup, sedangkan bila naik bus, dia punya kartu bis.
“Bocah, kita naik bus pergi ke taman bermain bagaimana?” Clarie Song mencoba bertanya.
Tavin Pei sangat gembira : “Baik, baik, aku sudah 10 tahun lebih tidak naik bus.”
Clarie Song : “....”
Sebenarnya, dia sangat ingin bertanya, “Murid Pei, kamu umur berapa tahun ini?”
Tavin Pei sebenarnya sudah beberapa waktu tidak naik bus, dia ingat naik bus akhir-akhir ini, yaitu satu tahun yang lalu, kali itu adalah tamasya mahal musim semi yang dibentuk sekolah, karena murid-murid banyak, jadi semua anak laki-laki berdiri, anak perempuan duduk, bus berjalan seperti siput, Eugene Pei
akhirnya menggunakan permen lolipop untuk menyuap seorang anak perempuan untuk membiarkannya duduk 10 menit.
Saat Eugene Li menjelaskan situasi tamasya musim semi itu pada Clarie Song dengan bersemangat, Clarie Song sesekali mengangguk, sesekali bertanya “Oh ya?” “Lalu?” dan ucapan sejenisnya, agar bocah ini tahu, dia memang sedang mendengarkan.
Di bawah pelat stasiun bus, orang asing yang sama sedang menunggu bus dibuat tertawa mendengar anak kecil ini berbicara seperti orang dewasa, bahkan bertanya pada Clarie Song : “Anakmu umur berapa?”
Clarie Song tertegun.
Anakku?
“Ini bukan....”
Tavin Pei tidak tertegun, dia sedang sangat bersemangat, melihat ada orang lain yang bicara padanya, dia menjadi lebih gembira lagi, sama sekali tidak memedulikan Clarie Song yang baru berkata setengah, dengan suara keras berkata : “Aku berumur lima tahun setengah!”
Seorang paman bertanya : “Umur lima setengah tahun sudah kelas 1 SD?”
“Iya.” Kata Tavin Pei dengan sangat bangga, berkata : “Aku adalah anak jenius! Nenekku berkata aku akan masuk Universitas Tsinghua dan Universitas Peking!”
Ucapan ini, membuat orang-orang di sekitar tidak dapat menahan tawa.
Tapi Tavin Pei tidak membual, setelah sejak terakhir kali Eugene Pei menjelaskan padanya apa yang namanya murid sementara, bila tidak belajar dengan baik maka akan tinggal kelas, kepalanya memikirkan hal ini, bila Julian Mo naik ke kelas tiga, sedangkan dia masih di kelas satu, maka di sekitarnya semua adalah anak-anak yang lebih kecil lebih pendek darinya, singkatnya tidak bisa ditahan! Jadi, dia menjadi lebih giat lagi.
Hati Tavin Pei seketika membumbung tinggi, dia menarik tangan Clarie Song : “Clarie, terakhir kali guru memberiku stiker bunga, murid lainnya tidak ada, hanya aku yang punya.”
Clarie Song menepuk-nepuk kepala Tavin Pei : “Sangat hebat!”
Tavin Pei menundukkan kepala.
Dipuji, benar-benar malu.
………………
Di dalam bis, hanya ada satu tempat kosong di depan, Tavin Pei membiarkan Clarie Song duduk.
Penumpang lainnya menunjukkan tatapan setuju, benar-benar seorang anak kecil yang menurut dan pengertian.
Tavin Pei membusungkan dadanya.
Clarie Song duduk, menepuk-nepuk kakinya : “Ayo, Bibi memelukmu duduk.”
Memelukku?!
Tavin Pei sangat bersemangat.
Duduk di atas kaki Clarie Song, bersandar di tubuh Clarie Song, rasanya sangat nyaman, bahkan khusus mengeluarkan ponselnya, mengutak-atik swafoto begitu lama baru memotret satu foto.
Tapi karena panjang lengan ada batasnya, foto yang dipotret selalu hanya memotret setengah, tidak dapat memotret Clarie.
Clarie Song mengambil ponselnya, berkata : “Ayo senyum.”
Tavin Pei segera menunjukkan gigi putihnya, melihat dia dan Clarie di dalam foto, menonjolkan dia dipeluk duduk di atas kakinya Claire, sangat puas.
Memanfaatkan Clarie Song tidak memperhatikan, dia mengirimkan foto itu kepada Eugene Pei.
.......................
Saat Eugene Pei menerima MMS foto yang dikirimkan Tavin Pei, dia sedang berada di kantor polisi, melihat tim polisi yang efesien seperti ini, dengan bosan merokok.
Sam Xu menyalakan api dari pemantik Eugene Pei, juga menyalakan sebatang rokok : “Sebentar kami akan pergi ke rumah kediaman Keluarga Ye, mencari pemilik mobil dari pelat mobil, kamu pergi tidak?”
“Pergi, bagaimana mungkin tidak pergi?”
Sam Xu menghisap rokok dan mengeluarkan asap : “He, kamu benar-benar bisa merendahkan dirimu.”
Eugene Pei langsung berbalik, dia menjentikkan abu rokok ke dalam asbak, berkata : “Cepat sedikit, hari ini aku mengejar waktu, satu jam lagi aku ada urusan mendesak.”
“Ada hal mendesak apa?”
“Istri dan anakku menungguku pergi ke taman bermain naik Roller Coaster.”
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallMenantu Hebat
Alwi GoHanya Kamu Hidupku
RenataTen Years
VivianBeautiful Love
Stefen LeePenyucian Pernikahan
Glen ValoraHidden Son-in-Law
Andy LeeA Dream of Marrying You×
- Bab 1 Pemergokan Yang Konyol
- Bab 2 Aku Ingin Bercerai
- Bab 3 Kamu Ingin Melahirkan Anak Untuk Suamiku?
- Bab 4 Tamu Undangan
- Bab 5 Merebut Cinta
- Bab 6 Tidak Mampu Hamil
- Bab 7 Kakak, Kumohon
- Bab 8 Mustahil Untuk Memiliki Anak
- Bab 9 Menggunakan Alkohol Untuk Mengebaskan Rasa Sakit
- Bab 10 Ciuman Paksa
- Bab 11 Di Hotel!
- Bab 12 Papa Tunggal
- Bab 13 Ibu Mertua dan Selingkuhan
- Bab 14 Mulut Manis Taktik Kejam, Posisinya Akan Stabil
- Bab 15 Pergi Ke Tempat Jauh
- Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak
- Bab 17 Pacaran Jarak Jauh
- Bab 18 Bagian Punggung Terlalu Terbuka
- Bab 19 Parasnya sama, Suaranya Sama
- Bab 20 Pura-Pura Hamil
- Bab 21 Gambaran Wanita yang Cemburu
- Bab 22 Mesin Seperti Diriku Ini Tidak Memiliki Kemampuan Itu
- Bab 23 Gali Sebuah Lubang Dan Kubur
- Bab 24 Ibuku Kabur Dengan Pria Lain
- Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
- Bab 26 Dasar, Si Malas
- Bab 27 Masuk, Bantu Aku Gosok Punggungku!
- Bab 28 Mimpi Buruk
- Bab 29 Melewati Batas
- Bab 30 Tidak Ada Masalah
- Bab 31 Hati Langsung Menjadi Sakit Ketika Mengingatnya
- Bab 32 Kamu Tahu Saja Sudah Cukup
- Bab 33 Temukan Wanita Itu!
- Bab 34 Satu Sekat Kecil
- Bab 35 Kamu Mati Kalau Berani Menolak
- Bab 36 Musim Hujan Diusia 17 Tahun Itu
- Bab 37 Wajah yang Tersipu-Sipu Dan Mata yang Merah
- Bab 38 Tidak Baik Mempermainkan Seorang Wanita
- bab 39 Tidak Boleh Langsung Berpisah Setelah Bertemu
- Bab 40 Berlebihan? Itu Sudah Parah
- Bab 41 Memang Sangat Kebetulan
- Bab 42 Benar-benar Aneh
- Bab 43 Orang-orang Bodoh
- Bab 44 Cium Aku?
- Bab 45 Wali
- Bab 46 Paparazzi
- Bab 47 Beloved
- Bab 48 Istri?!
- Bab 49 Acara Khusus Kencan Buta
- Bab 50 Waktunya Hampir Tiba
- Bab 51 Pemilih Makanan, Sangat Susah Dilayani
- Bab 52 Nasi Goreng
- Bab53 Ikuti Aku
- Bab 54 Makan Seafood
- Bab 55 Kamu Percaya Tidak?
- Bab 56 Suasana Hati Yang Kacau
- Bab 57 Putramu Memanggilku
- Bab 58 Mari Kita Bersatu, Ayah
- Bab 59 Asisten Sementara
- Bab 60 Ulang tahun Dia?
- Bab 61 Aku Laporkan!
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (1)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (2)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (3)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (1)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (2)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (3)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (1)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (2)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (3)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (1)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (2)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (3)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (1)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (2)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (3)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (1)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (2)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (1)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (2)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(1)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(2)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (1)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (2)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (1)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (2)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (1)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (2)
- Bab 74 Sepertinya.....Dipermainkan Lagi?
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (1)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (3)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (2)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (3)
- Bab 77 Putramu umur berapa?
- Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
- Bab 78 Ayah, Kamu Nakal Lagi! (2)
- Bab 79 Pasti Tidak Akan, Aku, Abaikan!