A Dream of Marrying You - Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
Di dalam rumah sakit, Clarie Song sudah mengambil nomor antrian di UGD, dirinya juga sudah mengajak Tavis Pei untuk melakukan rontgen, tulang ekornya normal, tidak terlihat adanya tanda-tanda patah tulang, setelah berkata bahwa tidak ada masalah yang serius, dokter itu mengingatkan agar Tavis Pei banyak beristirahat, setelah itu dia membuka resep obat untuk meningkatkan sirkulasi darah dan memecah stasis.
Clarie Song berlari dari atas ke bawah untuk menebus resep Tavis Pei, setelah itu, sambil menuntun tangan kecil anak itu, dirinya perlahan-lahan mengajak anak itu turun ke bawah.
Sekali dirinya melihat jam setelah keluar dari rumah sakit itu, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Bagaimanapun juga, Tavis Pei masih seorang anak kecil, matanya sudah tidak bisa terbuka lagi dan menyipit menjadi sebuah selah kecil, satu tangan anak itu sedang memegangi bokongnya, dan dirinya benar-benar terlihat lemas.
Clarie Song kemudian mengikuti arahan di telepon tadi dan memberikan telepon kepada ayahnya si kecil Tavis, lama telepon itu berbunyi, tetapi tidak ada satu orang pun yang mengangkatnya, setelah telepon itu terputus dengan sendirinya, Clarie Song langsung mencari sebuah hotel di dekat sana, setelah itu, setelah dia memberitahu alamat hotel dan nomor kamarnya kepada ayahnya Tavis.
Diantara obat yang diberikan oleh dokter itu, ada obat untuk melancarkan sirkulasi darah dan obat itu harus disemprotkan di atas daerah tulang ekor yang kemudian masih harus diurut.
Tavis Pei menahan celananya, wajahnya penuh dengan ekspresi sedih dan kesal, kepalanya sudah digelengkan menyerupai mainan kerincingan, terus digelengkan dengan kuat: “Tidak! Pria dan wanita tidak boleh saling bersentuhan!”
Clarie Song: “……”
Tavis Pei benar-benar keras kepala, tidak peduli apapun itu yang dikataan oleh Clarie Song, anak itu bersikeras untuk tidak menurunkan celananya, wajahnya merah seperti sudah bisa meneteskan darah, alhasil, Clarie Song kemudian pergi keluar untuk mencari seorang pelayan pria, dia lalu memberikan pelayan itu uang sebesar dua ratus ribu untuk mengoleskan Tavis Pei obat, setelah itu, barulah anak kecil itu berhenti.
Kalau dulu, Clarie Song tidak akan mungkin membiarkan dirinya menghabiskan waktunya hanya untuk seorang anak kecil yang nakal seperti itu, dan mungkin akan langsung menahan anak itu dan melepaskan celananya, tetapi sekarang, dirinya hanya perlu melihat anak kecil dan satu bagian lembut dalam hatinya seperti ditusuk-tusuk, yang kemudian menjadi sakit, meskipun dirinya bekerja lebih keras lagi, dia juga masih akan merasa pahit.
“Ayo tidur.”
Tavis Pei tengkurap di atas tempat tidur itu lalu melihat Clarie Song sambil membuka matanya dengan lebar, “Selamat malam, kakak cantik.”
Berbaring di atas tempat tidur itu, Clarie Song merasa seluruh bagian sendi di tubuhnya berbunyi ‘gretak-gretak’ seperti sudah ingin berhenti bekerja, dia lalu meluruskan tubuhnya dan menutup matanya.
Setelah tidak bisa tidur selama satu minggu, kondisi mentalnya sudah sampai di tahap akhir, kalau seandainya dirinya tidak beristirahat, dia benar-benar akan hancur.
Meskipun tidak sedikit masalah yang ditemuinya malam itu, ditambah dirinya masih harus menghabiskan energinya untuk anak kecil itu, tetapi Clarie Song justru tidak susah tidur ketika berbaring di atas tempat tidur itu, dirinya tidur dengan sangat tenang, tidur lelap yang sudah sangat sulit didapatkannya dalam beberapa hari terakhir itu.
Tidur lelap Clarie Song menandakan kalau seandainya tidak ada alaram, dirinya tidak akan terbangun dengan sendirinya meskipun waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih.
Tetapi Tavis Pei justru sudah terbangun.
Dirinya terbangun karena mendengar suara ketukan pintu, setelah terbangun, dia cepat-cepat berlari untuk membukakan pintu, sekali pintu itu terbuka, Tavis Pei melihat ayahnya sendiri, Eugene Pei, yang langsung menaruh jari telunjuknya di atas bibir dan berdesis: “Ssst.”
Dengan tirai jendela yang tertutup, ruangan itu menjadi sangat gelap, tetapi secara samar dirinya masih bisa melihat ada seorang wanita yang terbaring di atas tempat tidur itu, rambut hitam gelap milik wanita itu terurai di atas bantal kepala itu, napasnya tenang dan teratur, wanita itu kemudian membalikkan tubuhnya, kelopak matanya sedikit bergetar, tetapi dirinya tidak terbangun.
Eugene Pei kemudian berjalan ke samping tempat tidur itu dengan perlahan-lahan dan tanpa suara, setelah itu dia menundukkan tubuhnya unutk mleihat wajah putih milik Clarie Song yang tertutup rambut hitamnya itu, sambil menggigit bibirnya, wajahnya terlihat kedinginan, dia lalu mengambil remot kontrol itu dan menaikkan dua derajat suhu pendingin ruangan itu, setelah itu dia berbalik ke arah Tavis Pei dan memberikan isyarat dengan tangannya bahwa mereka akan pergi.
Dengan mulut yang digerakkan dengan cara yang berlebihan, Tavis Pei berkata kepada Eugene Pei: “Ini…… bukankah itu tidak baik untuk pergi tanpa kabar seperti ini? Aku akan meninggalkan sebuah pesan memo.”
Dia mendengar kata-kata “pergi tanpa kabar” itu dari teman sekolahnya Julian Mo, Julian Mo adalah seorang anak teladan, sedangkan dirinya adalah seorang anak yang nakal.
Eugene Pei melipat kedua lengannya di depan dadanya sambil menyipitkan matanya, memandangi Tavis Pei yang menemukan kertas memo di bawah meja kopi itu, anak itu kemudian menuliskan serangkaian kata-kata sambil menutup-nutupinya, tidak membiarkan dirinya untuk melihatnya, setelah selesai, Tavis Pei melipat dengan rapi kertas itu dan meletakkannya di bawah hp Clarie Song yang diletakkan di atas meja kecil di sebelah tempat tidur itu, dan ketika dia berbalik badan, Eugene Pei langsung menariknya keluar.
Lalu, ‘klik’, menguncinya diluar.
Tavis Pei panik! Papa, apa yang ingin papa perbuat!
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlPernikahan Kontrak
JennyThat Night
Star AngelLove at First Sight
Laura VanessaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaMata Superman
BrickCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyA Dream of Marrying You×
- Bab 1 Pemergokan Yang Konyol
- Bab 2 Aku Ingin Bercerai
- Bab 3 Kamu Ingin Melahirkan Anak Untuk Suamiku?
- Bab 4 Tamu Undangan
- Bab 5 Merebut Cinta
- Bab 6 Tidak Mampu Hamil
- Bab 7 Kakak, Kumohon
- Bab 8 Mustahil Untuk Memiliki Anak
- Bab 9 Menggunakan Alkohol Untuk Mengebaskan Rasa Sakit
- Bab 10 Ciuman Paksa
- Bab 11 Di Hotel!
- Bab 12 Papa Tunggal
- Bab 13 Ibu Mertua dan Selingkuhan
- Bab 14 Mulut Manis Taktik Kejam, Posisinya Akan Stabil
- Bab 15 Pergi Ke Tempat Jauh
- Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak
- Bab 17 Pacaran Jarak Jauh
- Bab 18 Bagian Punggung Terlalu Terbuka
- Bab 19 Parasnya sama, Suaranya Sama
- Bab 20 Pura-Pura Hamil
- Bab 21 Gambaran Wanita yang Cemburu
- Bab 22 Mesin Seperti Diriku Ini Tidak Memiliki Kemampuan Itu
- Bab 23 Gali Sebuah Lubang Dan Kubur
- Bab 24 Ibuku Kabur Dengan Pria Lain
- Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
- Bab 26 Dasar, Si Malas
- Bab 27 Masuk, Bantu Aku Gosok Punggungku!
- Bab 28 Mimpi Buruk
- Bab 29 Melewati Batas
- Bab 30 Tidak Ada Masalah
- Bab 31 Hati Langsung Menjadi Sakit Ketika Mengingatnya
- Bab 32 Kamu Tahu Saja Sudah Cukup
- Bab 33 Temukan Wanita Itu!
- Bab 34 Satu Sekat Kecil
- Bab 35 Kamu Mati Kalau Berani Menolak
- Bab 36 Musim Hujan Diusia 17 Tahun Itu
- Bab 37 Wajah yang Tersipu-Sipu Dan Mata yang Merah
- Bab 38 Tidak Baik Mempermainkan Seorang Wanita
- bab 39 Tidak Boleh Langsung Berpisah Setelah Bertemu
- Bab 40 Berlebihan? Itu Sudah Parah
- Bab 41 Memang Sangat Kebetulan
- Bab 42 Benar-benar Aneh
- Bab 43 Orang-orang Bodoh
- Bab 44 Cium Aku?
- Bab 45 Wali
- Bab 46 Paparazzi
- Bab 47 Beloved
- Bab 48 Istri?!
- Bab 49 Acara Khusus Kencan Buta
- Bab 50 Waktunya Hampir Tiba
- Bab 51 Pemilih Makanan, Sangat Susah Dilayani
- Bab 52 Nasi Goreng
- Bab53 Ikuti Aku
- Bab 54 Makan Seafood
- Bab 55 Kamu Percaya Tidak?
- Bab 56 Suasana Hati Yang Kacau
- Bab 57 Putramu Memanggilku
- Bab 58 Mari Kita Bersatu, Ayah
- Bab 59 Asisten Sementara
- Bab 60 Ulang tahun Dia?
- Bab 61 Aku Laporkan!
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (1)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (2)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (3)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (1)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (2)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (3)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (1)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (2)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (3)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (1)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (2)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (3)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (1)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (2)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (3)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (1)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (2)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (1)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (2)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(1)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(2)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (1)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (2)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (1)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (2)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (1)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (2)
- Bab 74 Sepertinya.....Dipermainkan Lagi?
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (1)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (3)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (2)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (3)
- Bab 77 Putramu umur berapa?
- Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
- Bab 78 Ayah, Kamu Nakal Lagi! (2)
- Bab 79 Pasti Tidak Akan, Aku, Abaikan!