A Dream of Marrying You - Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
Setelah vannes naik mobil, Adi langsung memarahinya,Vannes tidak mempedulikannya, dia berkata, "Hanya teman saja, mengapa kamu begitu marah? Juga tidak sampai main di ranjang juga!"
Clarie akhirnya tahu tadi kekhawatiran Adi masuk akal, hanya saja dia tidak mengira bahwa Adi akan tiba-tiba menampar Vannes.
Adi mungkin karena Clarie ada disini dan merasa perkataan putrinya memalukan, barulah dia menamparnya.
Vannes memegang pipinya, "Kamu berani memukulku! Mengapa kamu mengatur aku begitu banyak? Ibuku tidak mempedulikan aku, kamu juga jangan mengaturku!"
Seusai berkata, dia berlari turun dari mobil.
Konfliknya semakin parah.
Clarie berkata , "Aku pergi cari dia."
Sambil berkata, belum menunggu jawaban dari Adi, Clarie langsung mengikuti Vannes melewati jalan raya dengan sepatu hak tingginya, setelah berlari kurang lebih 3 tiang listrik, jika Vannes masih tidak berhenti, kaki Clarie pasti akan terluka.
Vannes bersandar disamping pohon dan menangis, dia melihat Clarie mendekatinya, dia lalu melototinya, "Untuk apa kamu mengikutiku? Kamu hanyalah seorang simpanan ayahku!"
Istri simpanan sebenarnya mengandung unsur pengrendahan, namun ketika Clarie mendengar kata ini dari seorang anak belasan tahun, dia merasa sangatlah lucu.
"Kamu jangan begitu memusuhiku, sebenarnya aku datang kesini karena satu tim perang denganmu."
"kamu bohong!"
"Aku tidak membohongimu, aku ingin menagih kembali sebagian hutang ke perusahaan ayahmu." Clarie berkata dengan tulus, ini dia tidak perlu membohongi siapapun.
Vannes menghapus air matanya, "Aku tahu, ayahku selalu begitu, lalu untuk apa kamu sekarang kesini? Aku sudah cukup dengan ajaran seperti begitu, jika kamu mau menggunakan perkataan beginian untuk membaik-baikan ayahku, maka tidak perlu."
Clarie menatapi wajah gadis ini, ini hanyalah seorang gadis saja, sebenarnya salahnya itu di keluarganya yang sudah bercerai, dan ada seorang ayah yang tidak bertanggung jawab.
Sekali terpikiran, Clarie langsung teringat kembali dengan Tavin.
Dia juga adalah anak yang tumbuh dalam keluarga satu orang tua.........
"Eh, apa yang kamu pikirkan?"
Clarie tersadar kembali, dia tersenyum dan bertanya, "Aku sedang berpikir, ketika aku sebesar kamu, aku sedang melakukan apa."
Vannes ragu-ragu sejenak lalu bertanya, "Kamu waktu itu......apakah ada lelaki yang kamu suka?"
Clarie sudah terpikiran dari tadi, Vannes yang disekelilingnya tidak mempunyai perhatian dari wanita lain, dia pasti punya keinginan untuk bercerita, benar saja.
"Ada, didalam hatim kamu pasti sangatlah ingin mendekatinya, kamu ingin menunjukkan bagian paling bagusmu kepadanya, iya, rasanya seperti begitu."
Vannes melototkan matanya, "Iya, aku juga! Tapi aku selalu merasa dia tidak memandangku."
"Mengapa?"
Vannes berkata, "Nilai dia bagus, dan tampangnya juga ganteng, dia tidak kekurangan suka dari wanita lain, sedangkan aku, nilai belajarku buruk, dan tidak terhitung cantik juga, selain mempunyai uang, terkadang aku merasa.......tidak pantas untuknya."
Clarie sedang mengetahui jelas pikiran Vannes, ada kesamaan dengan kasus yang dia cari sebelumnya, dia berkata, "Sebenarnya, kamu sekarang melihatnya dari sudut pandangm, dan merasa dia sangatlah tinggi dan jauh darimu, tapi, jika dari sudut pandangku, aku merasa dia hanyalah seorang murid biasa saja, apakah kamu mau tahu kenapa?"
"Mengapa?" Vannes menghapus air mata dan dandanannya sudah ada yang hilang.
"Ketika aku smp, aku juga pernah cmenyukai seorang lelaki, dia tinggi dan hebat main basket, nilainya juga selalu berada di ranking depan, aku lalu berusaha keras untuk mengejarnya, dan belajar mati-matian, dan ujian seterusnya, niilaiku melebihinya dan menjadi juara pertama."
Vannes seolah sudah terhipnotis, dia bertanya, "Lalu?"
"Lalu aku berada diposisi ranking satu dan melihat dia lagi, aku tidak lagi merasa dia begitu memukau lagi, dia main basket selalu merasa dia ganteng karena dia sok ganteng, dia juga butuh banyak waktu untuk belajar, sama sekali tidaklah mudah, rasa mudah yang dibuatnya membuat orang merasa jijik."
Vannes terdiam sejenak, dia mengedipkan matanya, "Aku sepertinya sudah tahu."
Clarie mengeluarkan sebungkus tisu basah dari dalam tasnya, dia memberikannya kepada Vannes, "Sekarang hapus air matamu, ayahmu masih menunggumu didalam mobil, bantu aku beritahu ayahmu, aku tiba-tiba ada sedikit urusan, aku pergi dulu."
Setelah melihat Vannes naik keatas mobil, barulah Clarie pergi.
Karena waktunya masih pagi, Clarie pergi ke sekolah Tavin, dia tahu bahwa anak sd pulangnya cepat, didalam sekolah sudah tidak ada orang lagi, namun dia tetaplah ingin pergi melihatnya.
Seolah jika tidak pergi melihatnya, hatinya terasa kekurangan sesuatu.
Dilingkungan sd pada malam hari, menyebarkan rasa tenang yang jarang didapatkan, angin dingin meniup diwajahnya, dilapangan ada beberapa anak sd yang berjalan di lapangan.
Clarie terpikiran dengan adegan Tavin berada di lapangan bola, badannya yang gemuk bagaikan sebuah bola saja.
Dia terpikiran seperti itu dan tertawa.
Nada dering teleponnya menghilangkan keheningan.
Clarie melihat nama Ava, dia sungguh tidak ingin menjawabnya.
Ava mencarinya, selalu hanya ada satu urusan, yaitu pekerjaan, didalam 3 tahun ini, pernah ada sekali Ava mengajaknya makan, dia sangatlah kaget ternyata adalah sebuah acara makan, acara makan, acara makan, yaitu ketika makan mengobrol lagi mengenai pekerjaan.
Bekerja bersama dengan atasan yang gila seperti begini, sungguh tidak bisa membayangkan sudah bekerja dengannya selama 3 tahun.
Meskipun hatiku sangatlah tidak bersedia, namun Clarie tetaplah mengangkat teleponnya.
Ava berkata, "Clarie, kamu ada dimana sekarang? waktu sangatlah mepet, sekarang kamu balik ke kantor sebentar."
"Ada masalah apa ini?"
"Mengenai laporan harga dari perusahaan Pei.
Setelah mematikan panggilan dari Ava, Clarie lalu menelepon kakaknya, Maddie, dia bilang akan pulang malaman, dia lalu langsung naik taksi dan kembali ke kantor.
Memang benar ada sedikit masalah di pelaporan harga dibagian material dan tenaga manusia, kali ini tetaplah manager Fang dari perusahaan Pei yang datang negosiasi, Clarie lalu langsung menentukan pelaporan harga kepada supplier, designer dengan menelepon satu per satu, lalu dia mengerjakannya di komputer dan setelah semuanya selesai, sudah jam setengah 11 malam.
Clarie merasa bahwa lehernya nyaris patah, dia mengerakkan lehernya dan lehernya berbunyi.
Setelah Winna mengeceknya, dia berkata, "Aku telepon ke Direktur Pei dulu."
Namun terakhir, setelah Winna mengakhiri panggilan, dia berkata, "Direktur Pei bilang mau lihat laporan harga ini, tolong sekretaris Song antar kesana."
"Sekarang sudah sangatlah malam, apakah boleh besok saja?" Clarie melirik jam dan mengerutkan keningnya.
Winna berkata, "aku masih harus pergi bertemu dengan klien lain, Direktur Pei mengatakan kamu yang kontek dia saja, aku berikan nomor kerja Direktur Pei kepadamu."
Nomor kerja?
Sekarang nomor pribadi Eugene masih berada di kontak teleponnya dengan tenang.
Winna sepertinya sangatlah terburu-buru, dia langsung pergi, seolah disini adalah masalah rumit, dia ingin segera lepas tangan.
Clarie merasa dia pasti akan dirayu oleh Eugene lagi, dia langsung mengambil dokumen laporan harga lalu naik taksi dan pulang.
Dijalan, Clarie menerima panggilan dari kakaknya, MAddie, dia bilang, "Apakah kamu sedang dalam perjalanan pulang? Aku tiba-tiba ingin makan, belilah dua buah kue."
Clarie benar-benar merasa semenjak kakaknya mengandung, dia menjadi sangatlah milih makan, awalnya dia tidak punya kebiasaan milih makanan, namun sekarang ketika masak bubur, buburnya harus benar-benar sampai hancur baru mau makan.
Clarie tiba-tiba terpikiran sebuah kemungkinan, apakah mungkin selera makannya menjadi manja karena Calvin?
Di perempatan jalan komplek Golden Water, Clarie turun dari mobil dan masuk kedalam sebuah toko kue, dan membeli dua buah kue tiramisu dan dua buah kue lainnya.
Dia mengambilnya dan keluar, Clarie melewati zebracross, ada sebuah mobil yang jaraknya masih sangat jauh, dia berlari pelan kedepan dan ingin lewat sebelum mobil itu datang.
Namun entah Clarie salah lihat atau tidak, ketika dia melaju kedepan, mobil itu seolah juga menginjak gas, awalnya masih sedikit berjarak, namun sekarang sama sekali tidak ada waktu untuk respon dan sudah sampai didepan.
Ketika bertemu dengan bahaya, reaksi dasar manusia adalah memejamkan matanya.
Clarie juga begitu.
Namun ibu Clarie, ketika pergi melakukan penelitian lapangan di hutan, dia bertemu dengan longsor batu, dari gunung jatuh banyak batu besar, dan disaat kritis begitu, ada banyak orang yang menutup matanya, namun dia membuka mata, oleh karena itu dia menghindar dari bebatuan yang mematikan itu, dia hanya terkena sedikit luka ringan.
Namun Clarie sungguh tidak bisa melakukannya, seberapapun banyaknya ibunya memberitahunya, reaksi pertamanya adalah menutup matanya, dia mengira setelah menutup mata, dia sudah tidak bisa melihatnya.
Namun tidak disangka, menutup mata sebenarnya berarti kematian.
................
Malam hari, rapat keluarga Pei sudah sebentar lagi.
Selain yang masih sekolah, termasuk yang sudah menikah, bahkan Molly yang hanya pulang memberi hadiah ketika ada acara saja juga ikut pulang.
Sedangkan anak pertama, Elbert Pei dan anak ketiga, Eugene, mereka malah datang terlambat.
Martin sungguh tidak sabaran menunggu mereka, dia langsung melempar asbak rokok dan berkata, "Pergi telepon! Beritahu kedua anak durhaka ini, jka sekarang masih tidak kembali, maka kedepannya tidak perlu kembali lagi!"
Namun, setengah jam kemudian, Elbert datang duluan, dia bilang sedang sibuk dikantor.
Martin marah besar, "apakah pekerjaan lebih penting daripada keluarga?!"
Elbert menjawab, "Iya, penting."
Nyonya Besar Pei melihat suaminya marah dan bergegas berkata, "Sudahlah jika sudah pulang, apa lagi yang kamu inginkan?"
Dan lalu satu jam lagi, Eugene kembali, sambil membawa Tavin.
Eugene tersenyum dulu, "Tavin ingin makan steak, kami pergi makan steak dulu makanya sedikit telat."
Tavin melihat ayahnya sendiri menggunakannya sebagai tameng, jelas bahwat adi kamu makan nasi kotak di kantor, jika bukan karena mengambil keuntungan darimu dan bisa bertemu dengan Clarie malam-malam, Aku tidak akan berbohong kepada nenek.
Tuan Besar Pei menghempaskan nafasnya.
Akhirnya beberapa anggota keluarga Pei terhitung datang semua.
Tuan Besar Pei mengumumkan dua hal.
"bukan depan adalah ulang tahun ke 70 Paman kalian, nanti pasti akan mengadakan acara makan-makan, dari kita, yang pertama dan ketiga, kalian berdua carilah hadiah yang bagus dan wakilkan aku pergi."
Elbert dan Eugene, satunya melihat pojok meja, satunya melihat atap langit-langit, mereka semua seolah patung dan tidak menjawabnya.
Tuan Besar Pei akhirnya tida tahan, "Dengan susah payah akhirnya pulang, dan kalian begini?! Kalian berdua sama-sama harus pergi! Pergilah bertemu dengan saudara-saudara kalian! Apapun urusan itu, semuanya biarkan dulu! Apakah dengar itu?!"
Tavin yang sedang bermain disamping melihat kakeknya ketika berteriak sungguh terlihat tegas, dia langsung tercengang.
Nyonya Besar Pei mencolek Tuan Besar Pei, "Suaramu kecil sedikit, cucumu masih disana." Seusai berkata, Nyonya Besar Pei mengendong cucunya yang tercengang untuk pergi.
Hingga tiba di kamar yang penuh dengan mainan anak, barulah Tavin sadar kembali, tatapannya bersinar, "Nenek, kakek sungguh tegas sekali! Sekali dia teriak, ayahku dan paman langsung tidak berani bicara! Sungguh menakutkan sekali!"
Nyonya besar Pei mengira cucunya takut dengan Martin, dia tengah memikirkan untuk menggunakan kata apa untuk membalikkan image bagus Tuan Besar Pei di hati cucunya, namun Tavin malah sudah terlihat senang hingga menari-nari.
Tavin memanjat kesebuah tangga dan memegang pinggangnya sambil menunjuk kearah depan, "dengan susah payah kembali dan kalian begini! Hmm?! Apakah dengar itu?! Kalian berdua anak durhaka! Hahahahaha........."
Melihat Tavin yang meniru Martin dengan sangat mirip, Nyonya Besar Pei kaget.
Novel Terkait
Doctor Stranger
Kevin WongMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraCinta Tak Biasa
Susanti1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaDiamond Lover
LenaHis Second Chance
Derick HoA Dream of Marrying You×
- Bab 1 Pemergokan Yang Konyol
- Bab 2 Aku Ingin Bercerai
- Bab 3 Kamu Ingin Melahirkan Anak Untuk Suamiku?
- Bab 4 Tamu Undangan
- Bab 5 Merebut Cinta
- Bab 6 Tidak Mampu Hamil
- Bab 7 Kakak, Kumohon
- Bab 8 Mustahil Untuk Memiliki Anak
- Bab 9 Menggunakan Alkohol Untuk Mengebaskan Rasa Sakit
- Bab 10 Ciuman Paksa
- Bab 11 Di Hotel!
- Bab 12 Papa Tunggal
- Bab 13 Ibu Mertua dan Selingkuhan
- Bab 14 Mulut Manis Taktik Kejam, Posisinya Akan Stabil
- Bab 15 Pergi Ke Tempat Jauh
- Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak
- Bab 17 Pacaran Jarak Jauh
- Bab 18 Bagian Punggung Terlalu Terbuka
- Bab 19 Parasnya sama, Suaranya Sama
- Bab 20 Pura-Pura Hamil
- Bab 21 Gambaran Wanita yang Cemburu
- Bab 22 Mesin Seperti Diriku Ini Tidak Memiliki Kemampuan Itu
- Bab 23 Gali Sebuah Lubang Dan Kubur
- Bab 24 Ibuku Kabur Dengan Pria Lain
- Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
- Bab 26 Dasar, Si Malas
- Bab 27 Masuk, Bantu Aku Gosok Punggungku!
- Bab 28 Mimpi Buruk
- Bab 29 Melewati Batas
- Bab 30 Tidak Ada Masalah
- Bab 31 Hati Langsung Menjadi Sakit Ketika Mengingatnya
- Bab 32 Kamu Tahu Saja Sudah Cukup
- Bab 33 Temukan Wanita Itu!
- Bab 34 Satu Sekat Kecil
- Bab 35 Kamu Mati Kalau Berani Menolak
- Bab 36 Musim Hujan Diusia 17 Tahun Itu
- Bab 37 Wajah yang Tersipu-Sipu Dan Mata yang Merah
- Bab 38 Tidak Baik Mempermainkan Seorang Wanita
- bab 39 Tidak Boleh Langsung Berpisah Setelah Bertemu
- Bab 40 Berlebihan? Itu Sudah Parah
- Bab 41 Memang Sangat Kebetulan
- Bab 42 Benar-benar Aneh
- Bab 43 Orang-orang Bodoh
- Bab 44 Cium Aku?
- Bab 45 Wali
- Bab 46 Paparazzi
- Bab 47 Beloved
- Bab 48 Istri?!
- Bab 49 Acara Khusus Kencan Buta
- Bab 50 Waktunya Hampir Tiba
- Bab 51 Pemilih Makanan, Sangat Susah Dilayani
- Bab 52 Nasi Goreng
- Bab53 Ikuti Aku
- Bab 54 Makan Seafood
- Bab 55 Kamu Percaya Tidak?
- Bab 56 Suasana Hati Yang Kacau
- Bab 57 Putramu Memanggilku
- Bab 58 Mari Kita Bersatu, Ayah
- Bab 59 Asisten Sementara
- Bab 60 Ulang tahun Dia?
- Bab 61 Aku Laporkan!
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (1)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (2)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (3)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (1)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (2)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (3)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (1)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (2)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (3)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (1)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (2)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (3)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (1)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (2)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (3)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (1)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (2)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (1)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (2)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(1)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(2)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (1)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (2)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (1)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (2)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (1)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (2)
- Bab 74 Sepertinya.....Dipermainkan Lagi?
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (1)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (3)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (2)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (3)
- Bab 77 Putramu umur berapa?
- Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
- Bab 78 Ayah, Kamu Nakal Lagi! (2)
- Bab 79 Pasti Tidak Akan, Aku, Abaikan!