A Dream of Marrying You - Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
……………
Clarie Song mengirimkan pesan itu pada Tavin Pei, itu karena siang tadi ketika dia berkunjung ke kantor Eugene Pei, dia tidak menemukan anak itu, dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk padanya, tadi 10 menit yang lalu dia tidak sengaja telah mengirim pesan singkat itu.
Sekarang dia menyesal telah mengirimkannya.
Karena ponselnya sudah disita, ponsel itu sekarang pasti tidak ada pada bocah tersebut, seharusnya ponsel itu ada di tangan Eugene Pei.
Habislah, mengapa dia harus mengkhawatirkan anaknya seperti ini, entah apa yang akan dipikirkan oleh Eugene Pei, di pertemuan berikutnya pria itu pasti akan mengatakan, daripada kamu mengkhawatirkan anakku bukankah lebih baik jika kamu mengkhawatirkanku?
Bayangan seperti ini kemudian muncul di dalam benak Clarie Song, wanita itu terbengong.
Mengapa dia bisa membayangkan sesuatu seperti ini?
Clarie Song merasa pipinya agak panas, dia kemudian mengambil handuk dan pergi mandi. Ketika dia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya, dia mendengar ponselnya berbunyi, nada deringnya juga nada dering yang khusus untuk panggilan dari Tavin Pei.
Dia mengambil ponselnya dan melihatnya, memang benar Tavin Pei yang menghubunginya.
Tetapi sekarang sudah hampir jam 11 malam, anak itu ternyata masih belum tidur?
Begitu diangkat, dari ujung sana kemudian terdengar suara bocah itu: “Clarie Song, aku tidak bisa tidur!”
Clarie Song kemudian duduk, sambil mengeringkan rambutnya, dengan suara lembut dia kemudian mengatakan: “Mengapa kamu tidak bisa tidur?”
Tavin Pei lantas menjawab: “Karena Julian Mo mengatakan padaku, ketika dia tidak bisa tidur, ibunya akan membacakan cerita untuknya, oleh karena itu aku pun pergi mencari ayah, tetapi ayah tetap tidak ingin membacakan cerita untukku!”
Clarie Song mendengarnya, bibirnya manyun.
Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Eugene Pei yang bersikeras tidak ingin membacakan cerita untuk anaknya.
……………
Ketika Tavin Pei sedang memikirkan apa yang harus dilakukannya, anak itu kemudian berbaring di atas ranjangnya, meletakkan kepalanya di bantalnya, “Aku tidak bisa tidur bagaimana ini, besok pagi aku masih harus pergi ke sekolah! Clarie Song, pikirkanlah cara untukku!”
Sebenarnya Clarie Song ingin meminta Tavin Pei mendownload aplikasi menonton televisi di ponselnya, kemudian mencari video dongeng untuk dirinya sendiri, tetapi dia berubah pikiran, anak ini baru berusia 5 tahun, apakah ini tidak terlalu sulit untuknya? Apalagi bocah ini termasuk yang lebih sensitif, bagaimana jika dia tidak bisa melakukannya kemudian rasa percaya dirinya terpengaruh karena hal ini.
“Kalau begitu aku akan membacakan cerita untukmu.”
Inilah kata yang ditunggu-tunggu oleh Tavin Pei!
Dia sepertinya takut kalau Clarie Song tiba-tiba mengatakan “Tetapi,” dia lantas segera mengatakan: “Baiklah! Aku ingin mendengar cerita tiga ekor babi!”
“Cerita tiga ekor babi yang membangun rumah itu ya?”
Tavin Pei mengatakan: “Bukan bukan! Cerita tiga ekor babi yang ada dalam Full house!”
Clarie Song: “......”
“Bibi bisa menceritakan cerita tiga ekor babi yang sangat berbeda, sekarang kamu lakukanlah seperti yang bibi minta,” Clarie Song kemudian dengan cepat mengetikkan tiga ekor babi di search engine komputernya, kemudian dengan suara yang merdu mengatakan, “Kamu nyalakan loudspeaker ponselmu, kemudian letakkan di atas meja,, setelah itu berbaringlah di ranjangmu, tutup matamu, apakah kamu sudah melakukannya?”
Dari dalam microphone, suara Tavin Pei sudah terdengar agak jauh, Clarie Song tahu kalau bocah itu pasti sudah melakukan apa yang telah di mintanya, dan telah menyalahkan loudspeakernya, dia lantas mengatakan: “Kalau begitu sebentar lagi aku akan mulai membacakan cerita, setelah selesai membacakan cerita ini, kamu harus tidur ya, semakin cepat kamu tidur, maka bibi akan membacakan lebih banyak cerita untukmu lagi kedepannya.”
“Baiklah!” Tavin Pei kemudian menutup matanya dengan puas.
“Dahulu kala, di dalam hutan, ada 3 ekor babi yang hidup dengan bahagia bersama-sama.......”
Di bawah cahaya lampu yang ada gelap, suara Clarie Song terdengar seperti sayup sayup suara air di musim semi, suaranya terdengar sangat merdu.
Setelah menutup matanya, baru beberapa menit saja Tavin Pei sudah tertidur.
Ada celah kecil diantara pintu kamar bocah tersebut, Eugene Pei kemudian memiringkan badannya dan masuk melalui celah tersebut, dia kemudian perlahan-lahan berjalan mendekati ranjang, pria itu merapikan selimut bocah tersebut, dia lantas menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah bocah tersebut, tidak ada respon, bocah ini pasti sudah tertidur lelap.
Mata yang sebenarnya sudah sulit terbuka, masih dipaksakan agar terlihat tidak bisa tidur.
Akan tetapi, putranya ini sekarang sangat dekat pada Clarie Song, ini benar-benar sesuatu yang berada di luar dugaannya, nanti dia tidak perlu repot-repot lagi kedepannya.
Eugene Pei kemudian menjulurkan tangannya dengan maksud untuk menutup lampu yang ada di dinding, dia mengambil ponselnya dan keluar, mengambil ponsel kecil itu, dia bersandar pada pembatas yang ada di lantai dua.
Malam ini, suasananya benar-benar sangat hening, sangking heningnya dia seolah-olah bisa mendengar suara nafas seseorang dari telepon itu, bisa mendengar suara nafas satu sama yang lain.
............
Clarie Song sudah membaca paragraf paling akhir, wanita itu kemudian berdehem, kemudian melanjutkan ceritanya: “Malam itu, tiga ekor babi itu menikmati makan malam berupa daging serigala yang lezat, mereka juga memutuskan untuk tinggal bersama di rumah yang terbuat dari batu bata milik adik mereka, hidup bahagia selama-lamanya.”
Wanita itu diam sejenak, dia takut suaranya terlalu besar dan membangunkan bocah tersebut, oleh karena itu dia sengaja mengecilkan suaranya, mengatakan: “Apa kamu sudah tidur?”
Tidak ada suara ditelepon selama 3 detik, Clarie Song merasa bocah itu sudah tertidur, baru saja dia hendak mematikan teleponnya, tiba-tiba terdengar suara serak yang memikat dari ujung sana.
“Belum.”
Clarie Song terkejut tangan wanita itu bergetar, dia langsung mematikan ponselnya, dia melihat ponsel yang terjatuh di ranjangnya dengan tatapan kaget, matanya memancarkan ketakutan.
Apa yang tadi telah terdengar olehnya?
Apakah itu tadi suara Eugene Pei!
Sejak kapan dia ada di situ, kalau begitu ketika tadi dia membacakan cerita, pria itu sudah mendengar semuanya?
Clarie Song kemudian berbaring di atas ranjangnya.
Mengapa sekarang orang yang sudah jelas-jelas diminta supaya menjauh, dan juga dibatasi, semakin lama malah semakin dekat? Perasaan seperti ini, benar-benar seperti tidak bisa dikendalikan olehnya.
...................
Eugene Pei kemudian mendengar suara telepon yang terputus dari ujung sana, dia tersenyum.
Marga kami sama, mengapa perlakuan yang kami terima sangat berbeda?
Pria itu seolah-olah bisa membayangkan, setelah mendengar suaranya, bagaimana ekspresi ketakutan yang muncul di wajah Clarie Song.
Meskipun dibandingkan dengan 5 tahun selalu perangainya sudah lebih tenang, tetapi di hadapannya wanita itu tetap tidak bisa menyembunyikan apapun, dia terlihat seperti kertas putih.
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMy Superhero
JessiTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelTakdir Raja Perang
Brama aditioSang Pendosa
DoniA Dream of Marrying You×
- Bab 1 Pemergokan Yang Konyol
- Bab 2 Aku Ingin Bercerai
- Bab 3 Kamu Ingin Melahirkan Anak Untuk Suamiku?
- Bab 4 Tamu Undangan
- Bab 5 Merebut Cinta
- Bab 6 Tidak Mampu Hamil
- Bab 7 Kakak, Kumohon
- Bab 8 Mustahil Untuk Memiliki Anak
- Bab 9 Menggunakan Alkohol Untuk Mengebaskan Rasa Sakit
- Bab 10 Ciuman Paksa
- Bab 11 Di Hotel!
- Bab 12 Papa Tunggal
- Bab 13 Ibu Mertua dan Selingkuhan
- Bab 14 Mulut Manis Taktik Kejam, Posisinya Akan Stabil
- Bab 15 Pergi Ke Tempat Jauh
- Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak
- Bab 17 Pacaran Jarak Jauh
- Bab 18 Bagian Punggung Terlalu Terbuka
- Bab 19 Parasnya sama, Suaranya Sama
- Bab 20 Pura-Pura Hamil
- Bab 21 Gambaran Wanita yang Cemburu
- Bab 22 Mesin Seperti Diriku Ini Tidak Memiliki Kemampuan Itu
- Bab 23 Gali Sebuah Lubang Dan Kubur
- Bab 24 Ibuku Kabur Dengan Pria Lain
- Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
- Bab 26 Dasar, Si Malas
- Bab 27 Masuk, Bantu Aku Gosok Punggungku!
- Bab 28 Mimpi Buruk
- Bab 29 Melewati Batas
- Bab 30 Tidak Ada Masalah
- Bab 31 Hati Langsung Menjadi Sakit Ketika Mengingatnya
- Bab 32 Kamu Tahu Saja Sudah Cukup
- Bab 33 Temukan Wanita Itu!
- Bab 34 Satu Sekat Kecil
- Bab 35 Kamu Mati Kalau Berani Menolak
- Bab 36 Musim Hujan Diusia 17 Tahun Itu
- Bab 37 Wajah yang Tersipu-Sipu Dan Mata yang Merah
- Bab 38 Tidak Baik Mempermainkan Seorang Wanita
- bab 39 Tidak Boleh Langsung Berpisah Setelah Bertemu
- Bab 40 Berlebihan? Itu Sudah Parah
- Bab 41 Memang Sangat Kebetulan
- Bab 42 Benar-benar Aneh
- Bab 43 Orang-orang Bodoh
- Bab 44 Cium Aku?
- Bab 45 Wali
- Bab 46 Paparazzi
- Bab 47 Beloved
- Bab 48 Istri?!
- Bab 49 Acara Khusus Kencan Buta
- Bab 50 Waktunya Hampir Tiba
- Bab 51 Pemilih Makanan, Sangat Susah Dilayani
- Bab 52 Nasi Goreng
- Bab53 Ikuti Aku
- Bab 54 Makan Seafood
- Bab 55 Kamu Percaya Tidak?
- Bab 56 Suasana Hati Yang Kacau
- Bab 57 Putramu Memanggilku
- Bab 58 Mari Kita Bersatu, Ayah
- Bab 59 Asisten Sementara
- Bab 60 Ulang tahun Dia?
- Bab 61 Aku Laporkan!
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (1)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (2)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (3)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (1)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (2)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (3)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (1)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (2)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (3)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (1)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (2)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (3)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (1)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (2)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (3)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (1)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (2)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (1)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (2)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(1)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(2)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (1)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (2)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (1)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (2)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (1)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (2)
- Bab 74 Sepertinya.....Dipermainkan Lagi?
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (1)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (3)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (2)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (3)
- Bab 77 Putramu umur berapa?
- Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
- Bab 78 Ayah, Kamu Nakal Lagi! (2)
- Bab 79 Pasti Tidak Akan, Aku, Abaikan!