A Dream of Marrying You - Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
Eugene Pei melihat foto yang baru saja dikirim Tavin Pei di dalam ponsel, dia tidak tahan untuk tersenyum.
Di dalam foto, di belakangnya adalah kursi berwarna biru yang biasa ada di dalam bus, satu tangan Clarie Song menopang Tavin Pei yang gemuk, satu tangan yang lain tersembunyi di tepi atas foto, seharusnya sedang memegang ponsel untuk berfoto.
Clarie Song masih menggunakan T-shirt besar dan celana pendek jeans yang dia pakai tadi malam, rambutnya tergerai di bahu, wajahnya tidak berdandan, terlihat segar seperti bunga teratai yang keluar dari air.
Eugene Pei mengambil alat gambarnya, dia memotong foto tersebut, kemudian memotong Clarie Song dari dalam foto, kemudian membuang setengah foto yang menggendong Tavin Pei ke dalam tempat sampah.
Dia berpikir sejenak, kemudian mengeluarkan kembali foto anaknya yang hanya setengah itu dari tempat sampah di ponsel, kemudian mengirimkannya kepada Tavin Pei.
Kira-kira lima belas menit kemudian, terdengar suara sirene mobil polisi, Sam Xu membiarkan salah satu ketua tim di bawahnya untuk bertanggung jawab, kemudian dia duduk di dalam mobil Eugene Pei dan mengikuti dari belakang.
Sam Xu bertanya : “Kapan membawa istrimu ini untuk dikenalkan kepada kami?”
“Akhir-akhir ini tidak ada waktu.”
“Kalau begitu kapan kamu ada waktu?”
Eugene Pei melihat lampu merah di depan, kemudian menginjak rem, berkata : “Tunggu sampai aku cukup melihatnya, baru aku bawa keluar untuk menemui kalian.”
Bicaranya benar membuat sebal.
Sam Xu memutar bola matanya.
………………
Di area villa Gunung Ban, sirene mobil polisi mengaung dari jauh mendekat, sedangkan Elsie Xu yang berada di lantai dua villa, samar-samar mendengar suara sirene mobil polisi, dia segera bangkit dari ranjang seperti burung yang kaget.
Sepasang matanya membelalak, rona merah di wajahnya luntur sepenuhnya.
Dia membuka pintu dengan sangat panik, kemudian berteriak pada pengasuh yang ada di bawah : “Cepat lihat, mobil polisi itu pergi ke arah mana!”
Pengasuh yang berada di bawah menyahut “Ya”, kemudian berjalan keluar.
Dalam dua menit ini, Elsie Xu singkatnya merasa waktu berjalan sangat lama, dia menyanggah perutnya yang sudah membesar, kemudian mengusap matanya, tangannya mengeluarkan ponsel dengan gemetar, kemudian menghubungi nomor telepon bibinya, Erin Song.
Sekarang hanya bibinya yang menjadi sandarannya.
Sedangkan saat ini, pengasuh tiba-tiba masuk : “Mobil polisi berhenti di depan pintu villa kita! Ada beberapa mobil! Lihat, para polisi itu turun!”
Tangan Elsie Xu gemetar, ponsel jatuh ke tanah, tangannya seakan sudah tidak bisa mengikuti perintahnya.
Terdengar suara Erin Song dari ponsel : “Elsie! Kenapa? Aku baru saja turun dari pesawat, aku akan segera datang!”
Elsie Xu mulai menangis, dengan terputus-putus berkata : “Polisi....polisi datang....apa yang harus aku lakukan..”
Mendengarnya, Erin Song juga panik : “Kamu jangan takut! Aku beritahu dirimu, jangan melakukan kesalahan, jangan katakan apapun jika mereka bertanya kepadamu, jangan sekalipun kamu mengakuinya! Ibu….Bibi segera kesana!”
Polisi sudah menaiki tangga, Elsie Xu duduk di lanati bersandar di dinding, wajahnya masih penuh dengan airmata, saat itu wajahnya yang menangis sangat jelek, jika di awal dia menangis untuk berpura pura, maka sekarang, sepasang matanya sudah bengkak seperti kenari, membuat orang jijik.
Seorang polisi berjalan mendekat, bertanya : “Apakah kamu Elsie Xu?”
Elsie Xu hanya terus menangis, dia terus menggelengkan kepala : “Aku bukan, bukan aku…”
Polisi berkata : “Silahkan ikut dengan kami, kami perlu menyelidiki beberapa hal.”
Elsie Xu mundur ketakutan, dia terus menggelengkan kepalanya : “Tidak, aku mohon, bukan aku, jangan bawa aku pergi…”
Polisi berkata : “Tolong Anda bekerjasama dalam penyelidikan kami.”
Bersikap sangat sopan kepada wanita hamil ini, dia benar-benar sudah melakukan sebisanya, benar-benar seperti pesan Eugene Pei pada Sam Xu, tapi wanita ini begitu tidak kerja sama, juga tidak mungkin terus membujuknya dengan sabar kepadanya di sini.
“Ayo, dua orang di belakang ke sini, papah dia turun tangga,” Ketua tim berkata, “Hati-hati, dia adalah wanita hamil.”
“Baik.”
Tentu saja mengerti, wanita hamil, tentu harus berhati-hati, jadi, untuk menunjukkan bahwa polisi memperhatikan masyarakat, mereka bahkan mengambil mantel dari kamar dan mengenakannya kepada Elsie Xu sebelum pergi.
“Hati-hati, lihat tangga di bawah kakimu.”
………………
Eugene Pei dan Sam Xu sedang berada di depan garasi bawah tanah villa, di dalamnya ada mobil pribadi berwarna putih, yaitu mobil yang kemarin Eugene Pei lihat sendiri, kemudian yang selanjutnya terekam dalam kamera pengawas, nomor pelat mobil itu memang benar.
Sam Xu bertanya : “Apakah mau menelepon kakak besarmu untuk menanyakan lebih jelas?”
Eugene Pei mengitari mobil sekali : “Kalian polisi ini, bagaimana menangani kasus, memangnya terjadi kecelakaan sengaja menabrak orang seperti ini, apa kalian tidak tahu memberitahu pemilik mobil?”
Sam Xu :“……”
Benar-benar berniat baik malah disalahkan.
Sam Xu menyuruh bawahannya menelpon Molly Pei, kemudian menyuruh beberapa orang untuk membawa mobil sampai ke kantor polisi.
Sebelum Eugene Pei naik ke mobil, dia berpesan kepada Sam Xu : “Apa kamu tahu apa yang harus dilakukan? Kamu harus menegakkan hukum dengan adil.”
Sam Xu benar-benar sudah tidak bisa menahannya lagi, dia langsung menendangnya : “Jika kamu khawatir denganku, maka datang sendiri untuk mendengarnya!”
Eugene Pei tersenyum dan menghindari tendangan tersebut, berkata : “Aku buru-buru, sebelum malam ini, aku ingin melihat hasil.”
Eugene Pei tidak berani membayangkan sama sekali kejadian kemarin malam, jika dia satu langkah lebih lambat, maka tidak bisa dibayangkan akibatnya, orang seperti ini, caranya yang seperti ini, benar-benar tidak bisa ditoleransi.
Selesai bicara, dia kemudian naik ke dalam mobil, dia menginjak pedal gas, melaju ke jalan tol Gunung Ban.
………………
Erin Song benar-benar panik sepenuhnya saat menerima telepon Elsie Xu.
Koneksinya di Kota C tidak sebanyak di Kota S, apalagi sekarang di belakangnya ada orang bengis yang mengikuti, dia benar-benar tidak bisa melarikan diri.
Jadi dia baru begitu panik saat menerima telepon dari Elsie Xu, saat menghibur Elsie Xu, hampir saja dia berkata ”Ibu”.
Tentu saja, Calvin Han yang berada di sebelahnya juga mendengarnya.
Erin Song memperkirakan Calvin Han tahu, jadi langsung mengungkapkan, berkata : “Kamu tahu, Elsie adalah putriku, ya, dia adalah putriku, aku tidak takut jika kamu tahu, sekarang, jika kamu mau ikut maka ikut, aku mau pergi ke kantor polisi, terjadi sesuatu pada putriku.”
Calvin Han berkata : “Aku tidak perlu mengurus urusanmu, aku datang ke Kota C untuk dinas.”
Selesai bicara, Calvin Han sudah masuk ke dalam mobil MPV yang baru saja berhenti, mobil itu melaju pergi tanpa berhenti sedikitpun.
Erin Song mengepalkan tinjunya.
Datang untuk dinas?
Sepertinya demi menemui seseorang bukan.
Tapi, yang harus dia lakukan sekarang bukanlah menyelidiki urusan Calvin Han, dia harus pergi mencari putrinya.
Mobilnya selalu berada di rumah temannya di Kota C, sekarang waktu sangat mendesak, juga tidak sempat kembali untuk mengemudi, jadi dia menelepon seorang teman yang berada di cabang Biro Keamanan Publik, memintanya membantu menanyakan, sebenarnya berada di biro pusat atau cabang biro yang mana, setelah menunggu sepuluh menit kemudian, teman ini menelepon kembali dan berkata : “Ada di Biro pusat, kelihatannya cukup serius, Keluarga Pei dan Keluarga Ye juga terlibat masuk.”
Di Kota C, Keluarga Ye dan Keluarga Pei bisa dikatakan adalah dua keluarga yang cukup besar, Erin Song sedikit cemas.
Dia sudah bisa menebak, yang memberi tempat tinggal untuk Elsie Xu adalah mertua Clarie Song, Molly Pei, jika begitu, mobil yang dikendarai Elsie Xu, juga pasti mobil Keluarga Ye, sedangkan pemilik mobil adalah Molly Pei atau Jasper Ye, dia tidak tahu.
Jika di Kota S, maka ucapan Keluarga Song memiliki kuasa yang besar, jika tidak mempan, juga bisa menggunakan muka Richard Song, kakak terbesarnya keluar.
Tapi disini, di Kota C….
Dia tiba-tiba teringat, dulu saat kuliah, satu orang yang pernah mengejarnya ternyata adalah GM T-Wind Company--- Patrick Yuan
………………
Molly Pei menerima telepon dari kantor polisi, seketika dia tidak merespon.
“Apa?! Sengaja menabrak orang!”
Dia benar-benar panik mendengar polisi mengucapkan perkataan seperti ini, volume suaranya tidak bisa dikendalikan menjadi lebih besar, dia sudah melupakan semua latihan karakter yang dia latih beberapa tahun ini.
Polisi menjelaskan di telepon : “Vila daerah X Gunung Ban adalah properti atas nama Anda, kemarin malam kira-kira pukul setengah sebelas, ada sebuah mobil pribadi berwarna putih melaju dari arah barat ke timur di jalan xx, sengaja menabrak orang, di sini ada rekaman kamera pengawas, silahkan Anda datang kemari.”
Molly Pei berkata : “Baik, sekarang aku pergi.”
Sebenarnya, polisi sudah sangat memberi muka kepada Keluarga Pei dan Keluarga Ye saat menelepon memberi pemberitahuan pada Molly Pei, biasanya untuk hal seperti ini, polisi juga bukannya tidak boleh langsung datang membawa orang tersebut.
Molly Pei menutup telepon dari polisi, dia duduk sebentar di atas kasur, kemudian menelpon putranya, Jasper Ye, dan menceritakan kepada putranya, hanya saja melewatkan bagian menabrak Clarie Song, melainkan mengatakan orang lain.
Jasper Ye tertawa dingin : “Ibu, apa yang aku katakan, Elsie Xu adalah orang yang masih belum dewasa, masih menabrak orang.”
“Jangan bicara begitu banyak dulu, villa itu adalah milikku, mobil itu juga milikku, dan sekarang ibumu, aku, juga terlibat di dalamnya, sekarang pergi cari paman kecilmu,” Molly Pei berkata, “Dia memiliki kenalan di kantor polisi, minta dia untuk membuka koneksi.”
Jasper Ye berhenti sejenak, baru berkata : “Baik.”
Molly Pei menggambar riasan tipis di wajahnya, mengganti gaun yang tampak lebih sopan, baru keluar.
Dari awal dia tahu Elsie Xu akan memberikan masalah untuknya, namun tidak tahu akan menimbulkan masalah yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Dia baru keluar dari rumah sakit tidak lama, sekarang berjalan dengan terpincang-pincang, tapi dia masih harus pergi ke kantor polisi, kekacauan yang terjadi akhir-akhir ini benar-benar menjengkelkan.
………………
Jasper Ye mengendarai mobilnya hingga ke pintu Love Hotel, Laras Qiao yang berada di kursi sebelah supir sudah tertidur.
Dia tidak tega membangunkannya, jadi membiarkannya tidur lebih lama.
Laras Qiao adalah wanita yang dia bawa keluar dari Love Hotel dua hari yang lalu, saat itu, Laras Qiao sedang dipukuli oleh seorang pria, gaun tipis yang dia kenakan sobek semua karena cambukan, bajunya compang camping tidak bisa menutupi tubuhnya, sekujur tubuhnya penuh dengan bekas cambukan yang berwarna merah, bahkan ada yang mengeluarkan darah.
Jasper Ye maju satu langkah ke depan, dengan bengis mengambil cambuk dari tangannya, membuangnya ke belakang, kemudian mengangkat tangannya dan menarik cambuk itu ke bawah, pria ini berteriak kesakitan.
Jasper Ye tidak memedulikan pria yang memaki di belakangnya, dia berjalan lurus dan menggendong Laras Qiao yang menangis kesakitan di lantai, akan keluar.
Di belakangnya, Heri menghentikannya, berkata : “Tuan Muda Ye, Laras Qiao adalah orang kami, tidak bisa dibawa pergi.”
Jasper Ye melemparkan segenggam uang dari dompetnya : “Aku pesan dia untuk dua hari! Uang ini cukup bukan?”
Dua hari ini, Jasper Ye membawa Laras Qiao ke kediaman pribadinya, dia memanggil dokter untuk merawat luka-lukanya, kemudian memberikan obat, menggunakan jenis obat luar yang bisa membuat lukanya tidak meninggalkan bekas, tempat yang tidak bisa dia jangkau sendiri, dia yang mengoleskannya.
Laras Qiao bisa malu, wajahnya bisa memerah, namun tidak sekalipun mengatakan tidak, sangat lembut, seperti domba yang jinak.
Saat Jasper Ye ingin pergi bekerja di pagi hari, dia berkata : “Dua hari ini, kamu beristirahat disini, tidak perlu mengurus hal yang lainnya.”
Laras Qiao menganggukan kepala dan mengantarnya keluar, mengantarnya sampai di depan lift, bertanya : ”Apakah nanti malam kamu akan kembali?”
Jasper Ye berkata dengan acuh tak acuh : “Kita bicarakan nanti.”
Dia melihat kekecewaan di mata Laras Qiao, tapi Laras Qiao tetap tersenyum : “Telepon aku jika kamu kembali, aku akan membuatkan makanan untukmu.”
Hati Jasper Ye sangat kesal, pintu lift dihadapannya tertutup, bayangan Laras Qiao juga perlahan-lahan mengecil, akhirnya menghilang di belakang lift.
Seketika dia membanting tinjunya ke dinding lift, buku jarinya sangat sakit.
Akhir-akhir hari ini hatinya sangat gundah, saat melihat Laras Qiao dia selalu teringat akan Clarie Song, dia yang dulu, seperti kupu-kupu yang melompat ringan dengan lincah yang mendarat di sisinya.
Tapi, sekarang, sebaliknya perlahan semakin jauh.
Hari itu, saat dia hampir pulang kerja, dia menerima telepon dari Laras Qiao, dia berbicara dengan sangat hati-hati. Menurut Jasper Ye, mungkin dia ragu-ragu lama apakah ingin meneleponnya, pada akhirnya dia tetap meneleponnya.
Laras Qiao bertanya : “Apakah nanti malam kamu pulang untuk makan malam?”
Jasper Ye tertegun sejenak, kemudian berkata : ”Pulang.”
Hanya saja, karena ada beberapa hal di perusahaan yang tertunda, jadi, sampai hampir jam sepuluh malam, Jasper Ye baru menyelesaikan pekerjaannya.
Novel Terkait
His Soft Side
RiseMr Huo’s Sweetpie
EllyaPernikahan Tak Sempurna
Azalea_The Gravity between Us
Vella PinkyHarmless Lie
BaigeMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMata Superman
BrickA Dream of Marrying You×
- Bab 1 Pemergokan Yang Konyol
- Bab 2 Aku Ingin Bercerai
- Bab 3 Kamu Ingin Melahirkan Anak Untuk Suamiku?
- Bab 4 Tamu Undangan
- Bab 5 Merebut Cinta
- Bab 6 Tidak Mampu Hamil
- Bab 7 Kakak, Kumohon
- Bab 8 Mustahil Untuk Memiliki Anak
- Bab 9 Menggunakan Alkohol Untuk Mengebaskan Rasa Sakit
- Bab 10 Ciuman Paksa
- Bab 11 Di Hotel!
- Bab 12 Papa Tunggal
- Bab 13 Ibu Mertua dan Selingkuhan
- Bab 14 Mulut Manis Taktik Kejam, Posisinya Akan Stabil
- Bab 15 Pergi Ke Tempat Jauh
- Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak
- Bab 17 Pacaran Jarak Jauh
- Bab 18 Bagian Punggung Terlalu Terbuka
- Bab 19 Parasnya sama, Suaranya Sama
- Bab 20 Pura-Pura Hamil
- Bab 21 Gambaran Wanita yang Cemburu
- Bab 22 Mesin Seperti Diriku Ini Tidak Memiliki Kemampuan Itu
- Bab 23 Gali Sebuah Lubang Dan Kubur
- Bab 24 Ibuku Kabur Dengan Pria Lain
- Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
- Bab 26 Dasar, Si Malas
- Bab 27 Masuk, Bantu Aku Gosok Punggungku!
- Bab 28 Mimpi Buruk
- Bab 29 Melewati Batas
- Bab 30 Tidak Ada Masalah
- Bab 31 Hati Langsung Menjadi Sakit Ketika Mengingatnya
- Bab 32 Kamu Tahu Saja Sudah Cukup
- Bab 33 Temukan Wanita Itu!
- Bab 34 Satu Sekat Kecil
- Bab 35 Kamu Mati Kalau Berani Menolak
- Bab 36 Musim Hujan Diusia 17 Tahun Itu
- Bab 37 Wajah yang Tersipu-Sipu Dan Mata yang Merah
- Bab 38 Tidak Baik Mempermainkan Seorang Wanita
- bab 39 Tidak Boleh Langsung Berpisah Setelah Bertemu
- Bab 40 Berlebihan? Itu Sudah Parah
- Bab 41 Memang Sangat Kebetulan
- Bab 42 Benar-benar Aneh
- Bab 43 Orang-orang Bodoh
- Bab 44 Cium Aku?
- Bab 45 Wali
- Bab 46 Paparazzi
- Bab 47 Beloved
- Bab 48 Istri?!
- Bab 49 Acara Khusus Kencan Buta
- Bab 50 Waktunya Hampir Tiba
- Bab 51 Pemilih Makanan, Sangat Susah Dilayani
- Bab 52 Nasi Goreng
- Bab53 Ikuti Aku
- Bab 54 Makan Seafood
- Bab 55 Kamu Percaya Tidak?
- Bab 56 Suasana Hati Yang Kacau
- Bab 57 Putramu Memanggilku
- Bab 58 Mari Kita Bersatu, Ayah
- Bab 59 Asisten Sementara
- Bab 60 Ulang tahun Dia?
- Bab 61 Aku Laporkan!
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (1)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (2)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (3)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (1)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (2)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (3)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (1)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (2)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (3)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (1)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (2)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (3)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (1)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (2)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (3)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (1)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (2)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (1)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (2)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(1)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(2)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (1)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (2)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (1)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (2)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (1)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (2)
- Bab 74 Sepertinya.....Dipermainkan Lagi?
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (1)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (3)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (2)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (3)
- Bab 77 Putramu umur berapa?
- Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
- Bab 78 Ayah, Kamu Nakal Lagi! (2)
- Bab 79 Pasti Tidak Akan, Aku, Abaikan!