A Dream of Marrying You - Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
Ketika dua anak muda itu meninggalkan tempat itu, Clarie Song lantas membanting pintu, berbalik dan melihat Maddie Song dengan tatapan marah.
Maddie Song tertawa, kemudian melambaikan tangannya: “Sudahlah, bukankah sekarang mereka sudah pergi, mengapa hari ini emosimu bisa sebesar ini? Apakah diluar sana kamu bertemu dengan seseorang yang sudah membuatmu gelisah?”
Disaat itu Clarie Song langsung memikirkan Eugene Pei, kemudian dengan kesal dia lantas menggoyangkan kepalanya, “Kamu tunggu dulu aku disini, aku ingin pergi ke kamar kecil.”
Maddie Song kemudian mengelus perutnya yang agak besar, kemudian melepaskan sepatunya, dan melihat layar ponselnya yang berkedip, didalamnya muncul nama Calvin Han.
Sebelum mengangkatnya wanita itu sempat ragu selama dua detik, tangannya bergerak gerak antara menerima panggilan dan menolak panggilan, pada akhirnya dia memilih untuk menerima panggilan itu.
Tetapi setelah diangkat, Maddie Song tidak mendengarkan suara apapun, yang diujung sana tidak mengatakan apapun, seperti disebuah medan perang, siapa yang berbicara terlebih dahulu maka dialah yang kalah.
Pada akhirnya, yang diujung sana yang tertawa, dan mengatakan: “Sudah main sampai mana?”
“Tidak sampai manapun, belum dimulai sudah dirusak olehmu.” Ujar Maddie Song seolah-olah tidak peduli, dia lantas mencari posisi yang nyaman kemudian berbaring diatas sofa, salah satu tangannya diletakkan diatas pertunya, salah satu kakinya lantas diangkat dan diletakkan dilutut kaki yang lain.
“Setelah selesai mainnya segera kembali, aku sudah menyuruh orang menunggu kalian diluar sana.”
Mendengar suara datar Calvin Han, jari yang menggenggam ponselnya itu kemudian menggulung, karena menggenggamnya terlalu erat, buku-buku jarinya sampai berubah putih, “Kalau begitu mengapa kamu sendiri tidak datang kesini dan membawaku pulang? Apa kamu pikir hanya mengirimkan dua orang pengawalmu kamu sudah bisa menahanku? Ketika kamu masih berada disini, kamu bisa mengendalikanku, sekarang kamu sangat jauh, kamu tidak bisa mengendalikanku lagi.”
“Lagi-lagi tidak senang, siapa yang waktu aku harus pergi itu berjanji, tidak akan marah-marah? Kamu itu wanita hamil, sekarang aku akan membiarkanmu menang.”
“Siapa yang memintamu membiarkanku menang? Apa hal yang kamu janjikan padaku sudah kamu lakukan? Calvin Han, siapa kamu? Kamu tidak berhak memaksaku melakukan keinginanmu.”
Dari suaranya, suasana hati Calvin Han sepertinya sedang bagus, meskipun Maddie Song menggunakan kata-kata yang tidak mengenakkan tadi, pria itu tetap tidak marah, sebaliknya dia malah tertawa dan mengatakan: “Hei, aku adalah milikmu.”
Saat itu, Clarie Song membuka pintu dan keluar dari toilet, dia melihat Maddie Song yang memasang wajah tidak senang, benda yang ada ditangannya itu tidak kelihatan seperti sebuah ponsel, melainkan sebuah bom.
Melihat Clarie Song keluar dari kamar mandi, Maddie Song kemudian mematikan ponselnya, dan membuangnya diatas sofa, nafasnya terengah-engah, sepertinya seseorang telah membuat wanita hamil ini melakukan olah raga yang cukup melelahkan.
Clarie Song membuka mulutnya dan ingin bertanya, dia kemudian menutup mulutnya.
Wajah Maddie Song terlihat tidak biasa, lebih baik dia tidak mencari masalah.
Karena sudah datang ketempat ini, di ruang VIP yang dilengkapi dengan peralatan karaoke yang lengkap, bagaimanapun mereka tetap harus menikmatinya.
Maka, keduanya mulai bernyanyi.
Suara Clarie Song lebih lembut, termasuk suara yang lebih merdu, sementara pita suara Maddie Song benar-benar bagus, meskipun dia harus menyanyikan lagu dengan nada yang sangat tinggi, suaranya juga tetap bagus dan tidak sumbang.
Melihat kakaknya bernyanyi sekuat tenaga, Clarie Song juga tidak menghentikannya.
Dia tidak tahu apakah kakaknya ini benar-benar menyukai Calvin Han atau tidak, tetapi dia juga mendengar desas-desus tentang Calvin Han ini, seperti Emma Zhou yang meskipun sedikit berubah tapi tetap mengejar idolanya.
Dikota S, sebelum Wesley Gu ada Calvin Han yang seperti mafia, meskipun sekarang kelihatannya laki-laki ini sudah mundur, tapi sebenarnya di kota itu dia tetap adalah pusatnya, waktu itu jika dibahas memang agak aneh, jelas-jelas tuan besar keluarga Han itu pernah menjadi salah satu pemimpin di kemiliteran, meskipun beliau sudah pensiun, beliau tentu sudah cukup hebat, tetapi putra keduanya Calvin Han malah ingin berusaha dengan kemapuannya sendiri.
Waktu itu ketika bibinya Erin Song menikah dengan Calvin Han, sepertinya sempat ada pertengkaran hebat, itu karena bibinya saat itu sudah memiliki seseorang yang sangat dicintainya, namun akhirnya Richard Song mengirimnya untuk tinggal di desa selama 7-8 bulan, pada akhirnya demi keuntungan, pernikahan itu pun terjadi.
Oleh karena itu, bagi Clarie Song, Erin Song adalah wanita yang sangat kasihan, tidak peduli seberapa besar kebencian Erin Song padanya, ketika bertemu dengannya, dia tetap akan memperlakukannya dengan baik.
……………
Susah-susah keluar untuk bersenang-senang, Clarie Song lantas menemani Maddie Song bernyanyi sampai larut malam, sudah hampir jam 22.30, dia pun membayar tagihan yang ada, memapah Maddie Song yang sudah serak itu berjalan keluar dari tempat itu.
Baru saja tiba di lobi, langkah kaki Maddie Song kemudian terhenti, dia berdiri dan tidak bergerak.
“Ada apa, kakak?”
Sekarang Clarie Song sangat memperhatikan setiap gerak-gerik kakaknya yang sedang hamil ini, dia khawatir jika ada yang tidak beres.
Maddie Song kemudian mengelus perutnya, dan melihat Clarie Song: “Anakku lagi-lagi menendangku, semalaman dia terus-terusan menendangku.”
Clarie Song tidak pernah merasakan bayi yang bergerak-gerak didalam pertunya, dia pun menjadi sangat antusias, disaat itu dia langsung berjongkok dan ingin mendengarnya, tetapi Maddie Song menghentikannya: “Tempat ini sangat bising, apa yang bisa terdengar, cepat kembali dan biarkan dia tidur, bermain seperti ini, perutku tidak bisa menahannya.”
Clarie Song bangkit, ketika mengangkat wajahnya dia melihat Wesley Gu yang tidak jauh disana.
Dia sebenarnya juga tidak terlalu mengenal Wesley Gu, ketika membuat perencanaan iklan bersama dengan Eugene Pei mereka bertemu beberapa kali. Hanya saja, Wesley Gu sekarang jelas sekali berjalan kearah mereka.
Wesley Gu hanya mengangguk ringan pada Clarie Song, setelah itu dia melihat kearah Maddie Song: “Kakak ipar, aku akan menyuruh orang mengantarkanmu.”
Mendengar panggilan ini Clarie Song menjadi agak bingung, dia melihat kakaknya sejenak, kemudian kembali melihat Wesley Gu, dia pun akhirnya paham, Wesley Gu memanggilnya dengan sebutan kakak ipar, itu karena Calvin Han telah berpesan padanya.
Maddie Song mengangkat alisnya dan melihat Wesley Gu: “Aku tidak percaya dengan bawahanmu, kamu saja yang antarkan kami.”
Clarie Song mulai berkeringat, tetapi Wesley Gu malah menyetujuinya, dan mengatakan: “Baiklah.”
Jika Emma Zhou sampai tahu, Wesley Gu telah mengantarkan kami, wanita itu pasti akan cemburu dan membencinya, dia pasti akan menangis dan meminta agar langit memberinya kesempatan untuk bisa dekat dengan lelaki yang disukainya sekali saja.
Tapi menurut pandangan Clarie Song, selain sepasang mata Wesley Gu yang terkadang terlihat sangat gelap itu, pria itu kelihatan seperti kebanyakan orang, tidak semenakutkan Eugene Pei.
Lagi-lagi dia memikirkan pria itu.
Mengapa dia terus saja memikirkannya?
Apakah dia bisa hidup tenang seperti ini.
Mungkinkah malam ini dia sudah pasti tidak akan bisa tidur?
……………
Betul yang dipikirkan oleh Clarie Song.
Malam ini, tidak ada yang bisa tidur.
Eugene Pei sudah mengedit video yang telah dikirimkan oleh Wesley Gu padanya, setelah itu pria itu mengcopykannya di atas komputer, kemudian menyimpannya di dalam flashdisk.
Akan tetapi, jika dia tidak berada di dalam posisi sulit, dia tidak berpikir untuk menggunakannya.
Dia tidak seperti Wesley Gu yang selalu berada di antara jalan yang baik dan buruk, jangankan rekaman ini, jika sekarang memintanya menghabisi Jasper Ye dia juga sanggup melakukannya.
Tetapi, Eugene Pei terus menerus menyebut nama “Clarie Song”, bibirnya kemudian membentuk senyuman.
Tok tok tok, terdengar suara ketukan di pintu.
“Ayah! Bacakanlah cerita untukku!” Tavin Pei membuka pintu ruang baca, “Aku tidak bisa tidur! Bukankah kamu mengatakan kalau kamu akan membacakan cerita untukku?”
Eugene Pei kemudian memijat keningnya: “Kapan aku mengatakan kalau aku akan membacakan cerita untukmu?”
Tavin Pei kemudian duduk di lantai, dia lantas menghentakkan kakinya: “Lagi-lagi ayah berpikir untuk mengingkari janji! Jika ayah tidak membacakan cerita ini untukku aku tidak akan tidur!”
“Kamu sudah mau tidur tapi tidak mau tidur.” Ketika melihat putranya sendiri membuat onar, Eugene Pei merasa sangat geli, dia lantas mengeluarkan ponsel kecil yang berada di dalam laci, dan meletakkannya di atas meja tanpa mengubah ekspresinya.
Tavin Pei kemudian berbaring di lantai, dia lantas berguling guling: “Kamu lagi lagi menganiayaku, aku akan mengatakannya pada Clarie Song! Aku akan meminta Clarie Song membacakan cerita untukku!”
Eugene Pei kemudian berjalan menghindari Tavin Pei dan keluar dari tempat itu, dia kemudian mengatakan: “Terserah padamu.” Setelah itu dia pun pergi ke kamar mandi.
Setelah pintu kamar mandi ditutup, Tavin Pei kemudian bangkit dari lantai, dia bergerak dengan sangat cepat!
Sebenarnya, masalah mendengar cerita adalah sesuatu yang benar, karena pagi ini di sekolah, Julian Mo memamerkannya dengan sangat bangga!
Tetapi, untuk tidak bisa tidur adalah sesuatu yang sudah direncanakannya.
Dia kemudian bergegas masuk ke ruang baca ayahnya, mata kecilnya itu kemudian bergerak dengan sangat lincah, dimana ponselnya? Dimana sebenarnya benda itu disembunyikan?
Di dalam laci?
Di atas meja?
Ih? Ternyata benar-benar ada di atas meja! Mudah sekali menemukannya! Mungkinkah ada jebakannya.
Tavin Pei kemudian membuka ponselnya, dia lantas melihat sebuah pesan di ponselnya, ternyata itu adalah pesan yang dikirim oleh Clarie Song!
Dia lantas menekannya dengan perlahan-lahan, dia melihat kalimat, “Teman kecil Pei, apa kamu sudah tidur?”
Tavin Pei tidak bisa menahan kegembiraan yang seketika muncul di dalam hatinya, wajahnya terlihat sangat bahagia, dia tersenyum sumringah, dia takut kalau ayahnya sampai mendengarnya, setelah melihat sekeliling, anak itu menutup mulutnya, kemudian menyembunyikan ponsel itu di dalam celananya, setelah itu dia pun berlari keluar dari pintu itu.
Setelah masuk kedalam kamarnya, dia menutup pintunya, mengeluarkan ponsel tersebut, dan menghubungi Clarie Song.
Novel Terkait
Wanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Yang Tak Biasa
WennieMenunggumu Kembali
NovanDon't say goodbye
Dessy PutriCinta Seorang CEO Arogan
MedellineAir Mata Cinta
Bella CiaoA Dream of Marrying You×
- Bab 1 Pemergokan Yang Konyol
- Bab 2 Aku Ingin Bercerai
- Bab 3 Kamu Ingin Melahirkan Anak Untuk Suamiku?
- Bab 4 Tamu Undangan
- Bab 5 Merebut Cinta
- Bab 6 Tidak Mampu Hamil
- Bab 7 Kakak, Kumohon
- Bab 8 Mustahil Untuk Memiliki Anak
- Bab 9 Menggunakan Alkohol Untuk Mengebaskan Rasa Sakit
- Bab 10 Ciuman Paksa
- Bab 11 Di Hotel!
- Bab 12 Papa Tunggal
- Bab 13 Ibu Mertua dan Selingkuhan
- Bab 14 Mulut Manis Taktik Kejam, Posisinya Akan Stabil
- Bab 15 Pergi Ke Tempat Jauh
- Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak
- Bab 17 Pacaran Jarak Jauh
- Bab 18 Bagian Punggung Terlalu Terbuka
- Bab 19 Parasnya sama, Suaranya Sama
- Bab 20 Pura-Pura Hamil
- Bab 21 Gambaran Wanita yang Cemburu
- Bab 22 Mesin Seperti Diriku Ini Tidak Memiliki Kemampuan Itu
- Bab 23 Gali Sebuah Lubang Dan Kubur
- Bab 24 Ibuku Kabur Dengan Pria Lain
- Bab 25 Pria Dan Wanita Tidak Boleh Saling Bersentuhan
- Bab 26 Dasar, Si Malas
- Bab 27 Masuk, Bantu Aku Gosok Punggungku!
- Bab 28 Mimpi Buruk
- Bab 29 Melewati Batas
- Bab 30 Tidak Ada Masalah
- Bab 31 Hati Langsung Menjadi Sakit Ketika Mengingatnya
- Bab 32 Kamu Tahu Saja Sudah Cukup
- Bab 33 Temukan Wanita Itu!
- Bab 34 Satu Sekat Kecil
- Bab 35 Kamu Mati Kalau Berani Menolak
- Bab 36 Musim Hujan Diusia 17 Tahun Itu
- Bab 37 Wajah yang Tersipu-Sipu Dan Mata yang Merah
- Bab 38 Tidak Baik Mempermainkan Seorang Wanita
- bab 39 Tidak Boleh Langsung Berpisah Setelah Bertemu
- Bab 40 Berlebihan? Itu Sudah Parah
- Bab 41 Memang Sangat Kebetulan
- Bab 42 Benar-benar Aneh
- Bab 43 Orang-orang Bodoh
- Bab 44 Cium Aku?
- Bab 45 Wali
- Bab 46 Paparazzi
- Bab 47 Beloved
- Bab 48 Istri?!
- Bab 49 Acara Khusus Kencan Buta
- Bab 50 Waktunya Hampir Tiba
- Bab 51 Pemilih Makanan, Sangat Susah Dilayani
- Bab 52 Nasi Goreng
- Bab53 Ikuti Aku
- Bab 54 Makan Seafood
- Bab 55 Kamu Percaya Tidak?
- Bab 56 Suasana Hati Yang Kacau
- Bab 57 Putramu Memanggilku
- Bab 58 Mari Kita Bersatu, Ayah
- Bab 59 Asisten Sementara
- Bab 60 Ulang tahun Dia?
- Bab 61 Aku Laporkan!
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (1)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (2)
- Bab 62 Jangan Tebak Pikiran Pria (3)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (1)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (2)
- Bab 63 Apa Tidak Pernah Melihat Dicakar Kucing (3)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (1)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (2)
- Bab 64 Hari-Hari Kita Masih Panjang (3)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (1)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (2)
- Bab 65 Berbincang Mengenai Cinta (3)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (1)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (2)
- Bab 66 Anak Tanpa Ibu Itu Seperti Rumput (3)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (1)
- Bab 67 ‘Clarie Song’ Palsu (2)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (1)
- Bab 68 Aku Ingin Pergi Ke Surga, Bisa Siapkan Mobil? (2)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(1)
- Bab 69 Menjadi Ayah Yang Tegas Dan Menjadi Ibu Yang Peyayang(2)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (1)
- Bab 70 Umpan Terpancing ! (2)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (1)
- Bab 71 Apakah Ini Musim Hamil (2)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (1)
- Bab 72 Malam Ini, Tidak Ada Seorang Pun Yang Bisa Tidur (2)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (1)
- Bab 73 Temani Aku Pergi Ke Toilet? (2)
- Bab 74 Sepertinya.....Dipermainkan Lagi?
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (1)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (2)
- Bab 75 Si Jomblo Akan Berpacaran! (3)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (2)
- Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (3)
- Bab 77 Putramu umur berapa?
- Bab 78 Ayah, kamu nakal lagi! (1)
- Bab 78 Ayah, Kamu Nakal Lagi! (2)
- Bab 79 Pasti Tidak Akan, Aku, Abaikan!