A Dream of Marrying You - Bab 76 Apakah Kamu Sudah Memakai Bajunya? (1)

Clarie tidak pernah merasakan kematian akan begitu dekat dengan dirinya seperti saat ini.

Ketika bersinggungan dengan kematian, dari belakangnya muncul sessosok orang yang langsung menerbu Clarie, mereka berdua terjatuh dipinggir jalan dan kepala Clarie sedikit mengetuk lantai dan lumayan sakit.

Dibelakangnya, mobil warna putih itu sudah melaju cepat dan pergi.

Clarie merasa kepalanya sedikit pusing, rasa sakit dikepalanya langsung terasa diotaknya, dan terus berdenyut, seolah ada banyak adegan yang berantakan yang lewat, namun tidak sempat ditangkapnya lalu langsung menghilang lagi dalam kegelapan.

Dia merasa dia menindih sebuah bahu orang, barulah dia sadar kembali dan berkata, "Terima kasih........"

Namun dia menelan kembali perkataan selanjunya.

Eugene merapikan rambut Clarie yang menghalangi tatapan, "Ketika melihatku dan kehabisan kata-kata?"

Clarie mengelengkan kepalanya, "Mengapa kamu ada disini?"

Perkataan ini dia tanyakan dengan semestinya, bahkan Clarie sampai luap bukankah harus menggunakan kata hormat untuk berkata kepada Eugene?

Eugene berdiri terlebih dahulu dan menarik Clarie, dia lalu menundukkan kepala dan menepuk debu dibadan Clarie, Clarie seolah tersetrum listrik dan melompat kebelakang, barulah dia kabur dari tindakan Eugene, dia langsung sungkan lagi, "Terima kasiih Direktur PEi, tidak perlu lagi."

Eugene mengangkat kepalanya, Dia melihat benjolan warna biru hitam dikening Clarie, dia mengerutkan keningnya, namun melihat reaksi Clarie sekarang, dia ingin segera menjaga jarak dengannya.

Clarie mundur dan memberi hormat, "Terima kasih Direktur Pei, aku naik dulu."

Kali ini Eugene tidak menghalanginya.

Sekalipun tidak dihalangi, namun Clarie juga pergi dengan tegang.

Setelah masuk kedalam rumah, barulah Clarie lega.

Maddie tengah terbaring disofa dan menonton, melihat tampang Clarie, dia langsugn tertawa, "Apakah ada hidung belang yang mengejarmu?"

Clarie mencibir, lalu dia menyadari kue yang dibeli tadi sudah hilang.

Maddie melihat gerakan Clarie, dia tertawa, "Lupa beli?"

"Sudah beli, tapi tadi dibawah hampir ditabrak mobil, mungkin tidak sadar dan jatuh."

"Kepalamu biru, kamu ambilkan kotak obat dulu, aku obati dulu." Maddie meletakkan remote tv dan duduk.

Gerakan Maddie sangatlah cepat, karena dulu kuliah, dia belajar kedokteran.

Sebenarnya waktu itu ayahnya sangatlah tidak setuju, namun MAddie jauh lebih berontak daripada Clarie, sejak kecil sangatlah berpendirian, sekalipun pendiriannya ini salah.

Maddie bertanya, "Ditabrak oleh mobil apa?"

Clarie berkata, "Tidak perhatikan, awalnya berjarak jauh dariku, ada jarak beberapa tiang listrik, namun ketika aku menyebrang jalan, tiba-tiba mobil itu menginjak gas dan aku sampai tidak sempat bereaksi dan dia sudah sampai didepanku."

Maddie mengerutkan kenignnya, "Lalu?"

"Ada seseorang yang menerbuku dari belakang, luka dikepala ini karena mengetuk lantai, tidak terlalu bermasalah besar."

Maddie berpikir sejenak lalu bertanya, "Apakah belakangan ini kamu menyinggung orang lain? Mengapa dia sampai menggunakan cara tidak benar seperti begini?"

Clarie mengelengkan kepalanya.

Baik dipekerjaan maupun di kehidupan, Clarie terhitung rendah hati dan baik, mungkin saja ada orang yang tidak suka dengannya, namun jika musuhan, seharusnya tidak ada.

"Besok cari Cain dan cek cctv di kantor polisi, setidaknya akan tahu siapa yang akan mencelakaimu, barulah mudah untuk menjaganya, jika tidak kamu bisa bersembunyi kali ini namun apakah kamu yakin bisa kabur untuk kedua kalinya?" Maddie membereskan luka dikepala Clarie dan menempelkan hansaplast.

"Baik."

Ketika Clarie bangun, Maddie tiba-tiba bertanya, "Orang yang menolongmu itu, apakah adalah bos yang kamu maksud?"

"Bagaimana kamu bisa menebaknya?"

Maddie tertawa, "Dari ekspresimu, apakah mau lebih jelas lagi?"

Clarie kembali kekamarnya dan mendengar dering teleponnya terus berbunyim dia melihatnya dan ada belasan panggilan tidak terjawab dari Ava, dia sungguh tidak ingin menjawabnya, sudahlah, sekalipun kehilangan pekerjaan, namun perasaan masih ada, setidaknya dirinya juga sudah bekerja dengan Ava selama 3 tahun.

"Clarie, Perusahaan Pei sangatlah membutuhkan laporan harga itu, kamu sekarang hubungi Direktur Pei dulu."

Tadi dilantai bawah masih saja bertemu dengan Eugene, mengapa dia tidakmengatakan memerlukannya?

Clarie berkata, "Sekarang sudah hampir jam 11 malam, sekalipun terburu-buru juga tidak pada malam hari kan?"

Ava sepertinya juga sangatlah tidak sabaran, "Direktur Pei punya penerbangan jam 7 pagi besok, dia hanya punya waktu malam ini, bukankah kamu sekarang juga belum tidur? Kamu antarkan dulu saja, besok aku anggap kamu libur setengah hari dengan gaji full."

Dihadapan bos, karyawan tetap adalah karyawan.

Terlebih adalah Clarie sekarang mencari nafkah lewat ini.

KArena adalah malam hari, jadi tidak perlu terlalu formal, Clarie lalu mengenakan sebuah t-shirt yang besar warna putih dengan celana jeans pendek. dan merapikan rambutnya, dia berpikir dalam hati, untung saja laporan harganya ada ditangannya, jika ada dikantor maka dia harus berlari sekali lagi.

Clarie mengetuk pintu Maddie, "Kakak, aku cari bos ku untuk antar dokumen dulu, aku keluar sebentar."

Maddie mengenakan piyama yang tipis, yang bermodel gantung, panjangnya hanya sampai paha saja.

Clarie sampai tidak tahan dan melirik kesamping, "Kakak, kamu malam-malam pakai begini untuk dilihat siapa?"

"Aku pakai begini untuk tidur." Maddie melanjutkan, "Bos yang mana? Yang tertarik denganmu itu?"

Clarie menjawab iya dan langsung ingin keluar.

"Sekarang sudah jam berapa kamu masih mau keluar? Aku suruh seorang bodyguard untuk mengantarmu saja."

"Tidak perlu! Alku naik taksi saja." Kedua orang ini adalah orang dari Calvin untuk Maddie, Clarie tidak berani sembarangan menggunakannya.

"TIdak suruh mereka mengantarmu aku tidak tenang denganmu, bagaimana jika ada orang yang ingin menabrakmu lagi?" Maddie bersandar dipintu dan tersenyum, "Tenang saja, bodyguard hanya antar kamu sampai dibawah rumah bos kamu dan akan pulang, tidak akan menunda urusan pentingmu."

"Kakak, apa yang kamu pikirkan?"

"Dia menolongmu, tentu saja ingin kamu membalasnya dengan badan, kamu siap-siap mengorbankan badanmu saja." Maddie mengulurkan sebuah jari dan menutup mulut Clarie yang akan dibukakan itu, "Namun ingatlah untuk melakukan penjagaan, apakah didalam tas kamu ada kondom?"

"Kakak!"

"Seriusan, sebagai wanita, jika keluar pasti haruslah menjaga diri." Maddie pasti lupa bahwa adiknya memberitahunya bahwa Clarie sudah tidak bisa mengandung.

..............

Setelah tiba di Marina Park, Clarie tidak langsung naik, dia menelepon Eugene dibawah dulu.

"Direktur Pei, Kak Ava menyuruh untuk mengantarkan laporan harganya, menurut Anda....." Clarie melanjutkan, "Aku antar naik atau........"

"Kamu antar naik saja."

Lalu, teleponnya dimatikan.

Clarie membulatkan tekadnya, lagian Eugene ini juga bukanlah harimau atau sejenisnya, untuk apa takut?

Lagipula, didalam rumah juga masih ada seorang anak kecil, dia juga tidak berani melakukan apa-apa dihadapan anak kecil kan.

Namun seiring dengan semakin naiknya lift, dan semakin mendekat, detak jantung Clarie semakin cepat, detak jantungnya sampai tidak bisa diatur oleh dirinya, hingga nyaris membuatnya sesak nafas, dia menghentikan langkahnya dan mengelus dadanya, setelah istirahat sesaat, barulah dia menekan bel rumah Eugene.

Namun, pintu itu hanya ditutup biasa saja, seolah sudah menunggunya daritadi.

Sebenarnya Clarie bisa saja memilih untuk tidak datang, tidak naik, dan tidak membuka pintu ini, dan tidak bertemu dengan Eugene.

Namun seperti ada sebuah kekuatan yang mendorongnya untuk maju.

Jelas bahwa didalam hatinya dia mengingatkan dirinya, harus menjauh dari Eugene. lelaki ini berbahaya, namun reaksi badannya malah sangatlah jujur, dia punya rasa terhadap Eugene, rasa yang tidak bisa ditahan, dan sangatlah menyukainya.

Bahkan seolah baru saja membongkar rasa yang tersimpan didalam hatinya, ada rasa suka, rasa sakit hati juga, hingga membuat orang sesak nafas.

Itu adalah sebuah black hole didalam hati, pusaran warna hitam yang menariknya untuk terus mendekatinya.

Dia mendorong pintu dan masuk, Clarie mengetuk pintu dengan sopan.

Suara Eugene terdengar, "Silakan masuk!"

Namun karena kegelapan, suara ini membuat Clarie sedikit kaget.

Didalam ruang tamu, Eugene masih mengenakan kemeja dan celana jas tadi ketika keluar, kemeja yang sedikit berwarna ungu tua itu terlihat elegan.

Clarie mendekat dan memberikan laporan harga itu, "Direktur Pei, Anda lihat dulu."

Eugene menerimanya dengan satu tangan, dia melirik sebuah tabel didalamnya dan bertanya, "Terlalu banyak dan ribet, kamu pilih beberapa yang sederhana dan ceritakan kepadaku."

Clarie mengambil laporan harganya dan berkata, "Utamanya di iklan koran, iklan tv, brosur, dan nanti akan ada masalah pembuatan, masalah supply..........hingga terakhir setelah penelitian lapangan, efek dari penghasilan untuk marketnya........"

Clarie nyaris menceritakan dan menambah semua yang bisa diceritakan dari laporan harganya, semuanya dijelaskan olehnya dengan detail, Eugene bersandar disebuah tempat mirip bar, jarinya mengetuk diatas meja, dan terus saja mempertanyakan mengenai data yang dilontarkan oleh Clarie.

Seketika, mereka berdua benar-benar seolah adalah atasan dan bawahan, klien dan penanggung jawab projek.

Seusai berkata, Clarie sedikit haus, Eugene memberikannya segelas air dam ada sepotong lemon didalam gelas.

"Terima kasih."

"Kamu terlalu sungkan."

Eugene menuangkan segelas wine untuk dirinya, warna wine membuat warna kemejanya memikat dan semakin terlihat seksi, ketika minumnya, jakunnya bergerak, Clarie bahkan berwajah merah ketika melihatnya.

Ini sungguh adalah rayuan terang-terangan!

benar.

Clarie menundukkan kepalanya, dia meletakkan laporan harganya dimeja, dan mundur selangkah, "Direktur Pei, jika tidak ada hal lain, aku pergi dulu."

"Aku masih ada urusan."

Eugene meletakkan gelas diatas meja, dan mengulurkan tangan kepada Clarie, Clarie dengan sendirinya menutup matanya, namun tangan Clarie malah menyentuh kearah keningnya.

"Kakakmu yang membantumu?"

Clarie menganggukkan kepalanya.

"Tidak baik jika dibungkus begini, mudah ada bekasnya, kamu kesini, pakai obat dulu."

"Tidak perlu, hanya luka kecil saja."

Eugene membalikkan badannya dan menatapinya, disaat ini, wajahnya terlihat tegas, "Apakah kamu tahu seorang wanita yang terus menolak seorang lelaki, itu melambangkan apa?"

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu