A Dream of Marrying You - Bab 16 Semua Mama Tiri Sangatlah Galak

Setelah mendapat telpon dari guru wali kelas di pagi hari, malam harinya, Eugene Ye meluangkan waktu untuk pulang ke rumah kediaman keluarga Pei.

Baru saja memasuki rumah, langsung terdengar suara gaduh dari tangga, sebuah vas bunga antik yang mahal, seketika telah menjadi berkeping-keping.

Nyonya Besar Pei segera menyuruh pembantu untuk menggendong Tavin Pei: "Cucu sayangku, jangan bergerak sembarangan, nanti tanganmu terluka." Lalu menjadi sangat kacau, seorang Nyonya Besar yang telah tua ditambah dengan seorang bocah, telah dikelilingi oleh 4 hingga 5 orang pembantu.

Ekspresi dari Eugene Pei begitu dingin, "Tavin, turun!"

Ketika Tavin Pei mendengar suara ini, ia membalikkan badan dan langsung berlari ke atas.

Tapi, sebelum dia sempat menutup pintu, kerah baju belakangnya telah dicengkram oleh Eugene Pei dan melemparkannya ke kamar, dia bisa mendengar suara teriakan neneknya yang keras: "Eugene, pelanlah sedikit! Cobalah jika kamu berani menyentuh cucuku?!"

Lalu terdengar suara pintu telah dikunci, Tavin Pei melihat wajah Eugene Pei yang terlihat sedikit dingin, tersenyum memikat: "Pa, kamu hari ini begitu tampan!"

Eugene Pei mengelus keningnya, dan melemparkan dasinya ke ranjang putranya: "Perlihatkan buku PR kamu kepadaku."

Tavin Pei terlihat jelas sangat tidak bersedia, memerlukan waktu selama 10 menit untuk bisa menemukan tasnya dari dalam tumpukan mainan, dan juga memerlukan 10 menit lagi untuk mampu menemukan buku PR-nya dari dalam tas.

Eugene Pei tidak mendesaknya, hanya terus melihat siasat anaknya ini yang terus menunda waktu.

Tavin Pei menemukan sebuah buku PR, menyerahkannya dengan sepasang tangan: "Papa, kamu harus berjanji dulu jangan marah setelah melihatnya."

Eugene Pei memancarkan sebuah senyuman bak ayah yang penuh cinta kasih: "Tidak akan merasa marah."

Tapi, dia sungguh telah meremehkan anaknya sendiri.

Saat membuka halaman buku, kelopak mata Eugene Pei bergetar, yang memasuki pandangan matanya adalah sebuah judul: "Papa dan mamaku."

"Papaku itu tinggi dan tampan, bereyelid satu, dan memiliki mato (mata) besar, suka memakai kemeja, suka melihat wanita cantik. Jadi, dia pergi mencarikan begitu banyak mama untukku, semuanya sanget (sangat) cantik, suka memamerkan kaki putrinya (putihnya).

Aku adalah anak papaku dari tua (?), jadi papa mamaku sangat menyangiku (menyayangiku). aku dan papaku, dan juga ketujuh istri papaku, kami bertiga (?) hidup dengan begitu bahagia di hutan."

Saat Tavin Pei mengarang cerita ini, dia pasti sangatlah bersemangat, bahkan sampai menyambungkannya dengan cerita dongeng tuan putri salju beserta ketujuh kurcacinya.

Tapi melihat wajah Eugene Pei saat ini, hatinya merasa begitu tak karuan, Tavin Pei sudah mulai berjalan selangkah demi selangkah menuju pintu, bersiap-siap meminta pertolongan terhadap nenek di saat kritis.

Ini adalah kepahitan kehidupan anak tanpa mama, kalau ada mama, mamanya pasti akan melindunginya, bagaikan mamanya Julian Mo, sangatlah lembut.

Sudut pandang Eugene Pei telah melirik Tavin Pei yang hampir tiba di samping pintu, ketika menerawang buku itu di bawah sinar lampu, sesuai dugaan, terlihat di bawah tulisan "tinggi dan tampan", terdapat tulisan "wataknya begitu buruk" yang belum terhapus sampai bersih, dia menghela nafas.

Helaan nafas ini bagaikan sebuah tanda tembakan pistol, Tavin Pei membalikkan badan dan hendak membuka pintu.

Hanya saja, tangan dan kakinya masih kecil, lagipula masih tidak secepat larian kaki Eugene Pei yang tinggi, dia langsung kembali ditarik dan dilemparkan ke atas ranjang, jari menunjuk ke buku PR: "Katakanlah, ada apa sebenarnya?"

Tavin Pei bagaikan ikan terbang yang langsung bangun dari ranjang, menegakkan badannya membusungkan dada: "Guru mengatakan, membuat karangan, tidak boleh mengarangnya sesuka itu."

Eugene Pei bersandar ke meja Tavin Pei di belakang, mengangkat alisnya: "Jadi?"

Tavin Pei menelan air ludahnya sejenak, dalam hati berkata, lagipula pasti akan mendapat pukulan, karena juga telah memecahkan vas bunga, berkata: Aku menuliskannya dengan jujur, ada begitu banyak tante yang mencariku, semua mengatakan mereka adalah mamaku."

Eugene Pei spontan mengelus keningnya sendiri, saat ini, dia harus meluruskan beberapa kesalahpahaman ini.

Tavin Pei menunggu Eugene Pei untuk memukul pantatnya, tapi setelah menunggu dan mempertahankan sebuah gaya ini hingga kakinya merasa kebas selama 2 menit, Eugene Pei kembali berkata: "Kamu merindukan mamamu?"

Pikiran Tavin Pei belum berfungsi untuk sesaat, setelah sepasang mata yang hitam pekat berputar beberapa kali, baru menganggukkan kepalanya, "Apakah kamu ingin mencarikanku seorang mama? Aku tidak menginginkan mama tiri!" Mulutnya dimoncongkan: "Mama tiri semuanya sangat galak."

Eugene Pei mengelus kepalanya, pandangan matanya muncul gambaran wajah Clarie Song yang bersih dan indah, "Bukanlah mama tiri."

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu