The Richest man - Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras

ekspresi wajah tuan muda He terlihat begitu murung.

apakah dia salah berbicara?

Tasya tidak tahu, dia hanya tahu jikalau dirinya benar mengatakan sesuatu yang salah, maka alasan sebenarnya tuan muda He menyentuh dirinya sekarang adalah bukan karena tuan muda menyukai dirinya, melainkan karena Soba.

ya tuhan, jangan-jangan tuan muda He.........

saat ini, Tasya bahkan sudah memiliki pikiran untuk segera mati.

jika tuan muda He memiliki napsu seperti itu, maka Tasya sendiri tidak bisa memberi kepuasan padanya.

setelah itu, Alvero pun menatap Tasya dengan ekspresi yang berbeda-beda.

akhirnya, Alvero tidak lagi bisa menahan semua ini.

"katakanlah dimana Soba sekarang?"

Alvero ingin segera pergi ke tempat kejadian dan tidak lagi ingin menghabiskan waktu bersama Tasya.

jujur saja, kalau bukan karena sikap Tasya, Alvero tidak akan pergi langsung ke tempat kejadian tanpa melakukan persiapan apapun.

namun ia harus segera pergi karena dialah yang menuntun Soba untuk masuk.

jika Soba terlibat dalam masalah yang besar, Alvero pasti juga akan terlibat.

kalau hal itu memang benar terjadi, maka Alvero tidak akan pergi ke tempat kejadian.

namun sekarang dia tidak memiliki pilihan lain.

siapa yang bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia terus bertanya pada Tasya?

"Soba, Soba berada di ruangan Hardi."

setelah merasa ragu selama beberapa saat, akhirnya Tasya pun mengatakan itu.

dia menatap Alvero dengan erat.

seperti dugaannya, setelah ia mengatakan itu, tuan muda He tidak lagi memperdulikan dirinya.

bahkan tangan Alvero yang diletakkan pada pundaknya itu juga telah dilepaskan.

setelah itu, Alvero juga sudah melarikan diri dari tempat tersebut.

Tasya merasa begitu sakit hati melihat semua ini.

dia tidak pernah menyangka kalau tuan muda He akan....

kecewa, sudah waktunya dirinya untuk pergi.

Tasya lalu berbaring di atas kasur Alvero.

dia masih ingat akan pertama kali dirinya bertemu dengan Alvero, yaitu di atas kasur ini.

waktu itu, tuan muda He berkata kepadanya.

"suatu saat nanti, Alvero akan menyentuh dirinya jika dia tidak membencinya lagi. hanya saja, hari itu tidak akan datang."

benar, hari itu memanglah tidak akan datang.

Tasya lalu memejamkan matanya dan dia merasa begitu lelah. dia ingin tidur dengan nyenyak.

setelah keluar dari kamar pasien, Alvero pun segera berlari ke kantor Hardi.

dia merasa begitu sial menjadi seorang ketua. dia masih harus membantu bawahannya untuk menyelesaikan masalah yang mereka buat.

saat ini, suasana hati Alvero begitu kacau. bagaimana dia tahu kalau ada orang yang berbaring di atas kasurnya?

akhirnya Alvero pun tiba di depan ruangan Hardi.

hanya saja, dia merasa kondisi di dalam ruangan tersebut sangatlah buruk setelah dirinya mendengar percakapan di dalam ruangan tersebut.

"hei Soba, beraninya kamu melakukan hal sembarangan seperti ini tanpa sepengetahuan tuan muda He."

tidak tahu hal apa yang dilakukan oleh Soba. kalau tidak Hardi juga tidak perlu mengunakan kata sembarangan.

Alvero sudah mengenal Hardi sementara waktu dan dia sudah lebih mengenal dirinya.

jujur saja, Alvero bisa memastikan kalau Soba pastilah telah melakukan hal yang parah. kalau tidak, Hardi tidak mungkin akan berkata seperti itu.

sekarang Alvero hanya bisa berharap agar Soba bisa bersikap lebih tenang.

kalau tidak, Alvero juga tidak bisa membantunya meskipun dia memiliki identitas seperti sekarang ini.

jika Soba rela mengakui kesalahannya dan meminta maaf, maka masalah ini akan lebih mudah diselesaikan.

pikiran Alvero di luar ruangan itu terlalu indah. pemikirannya itu seketika dihancurkan oleh suara Soba dari dalam ruangan.

minta maaf, adalah hal yang tidak mungkin terjadi.

Soba tidak hanya tidak ingin meminta maaf, dia bahkan mulai melawan hanya dengan mengandalkan identitas Alvero.

"hei Hardi, siapa kamu emangnya? beraninya kamu mengurusi aku?"

"kenapa? kamu sudah tahu kalau aku adalah bawahan tuan muda He, dan kamu ingin menghukumku sekarang?"

Alvero benar-benar tidak berdaya.

manusia seperti apa dia? kenapa dia masih bisa bersikap sombong seperti itu?

Alvero tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka selanjutnya. dia sangat ingin masuk dan memukul Soba.

sambil memikirkan itu, dia pun mulai beraksi.

tanpa mengatakan apapun, Alvero menendang pintu ruangan itu dan hal itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam.

"tuan muda He."

Hardi tidak melakukan kesalahan apapun, oleh karena itu, responnya tentu lebih cepat.

kebalikannya, Soba yang terus berjalan mundur dan mengalihkan pandangannya.

jika dilihat dari sikapnya itu, sangat jelas kalau dirinya sedang menghindar.

malah aksi Hardi terlihat sedikit aneh. kenapa dia harus melindungi Soba?

apakah dia ingin menyogok bawahan Alvero?

tidak menunggu Alvero selesai berpikir, Hardi yang berdiri di tengah mereka pun berkata.

"tuan muda He, kamu masih belum pulih, kenapa kamu......."

"oh, aku mendengar kalau Soba terlibat dalam masalah. jadi aku datang untuk melihat apa yang terjadi.

"begitu ya, haha."

Hardi lalu menggaruk kepalanya. sangat jelas kalau ada yang sedang disembunyikan oleh Hardi.

kenapa?

Alvero terus berpikir dan dia tidak tahu apa yang bisa didapatkan Hardi darinya.

jika dilihat dari kedudukan, kedudukan Hardi tidaklah lebih rendah darinya. dia tidak perlu melakukan hal yang berbahaya seperti ini.

apalagi kalau karena harta.

Alvero biasanya sangat benci memikirkan hal seperti ini. dia lalu menggelengkan kepala dan hendak berkata.

namun dia tidak menyangka kalau Hardi kembali berkata.

"tuan muda He, siapa yang pergi mencarimu? orang itu pantas untuk mati."

ekspresi marahnya itu tidaklah terlihat palsu, namun apakah kamu sedang menjebakku?

bertanya siapa yang pergi mencariku dan kamu bisa pergi menghajar orang itu nantinya?

jujur saja, sekarang bukanlah Alvero yang berpikir lebih, melainkan sikap Hardi yang terlihat begitu aneh.

"tidak tahu, cepatlah katakan kepadaku kondisi Soba sekarang."

sebagai seorang pemimpin, memberi sebuah penjelasan bukanlah hal sulit, apalagi membalikkan topik pembicaraan.

mungkin dia tidak akan menyangka kalau Alvero akan seribet ini. Hardi awalnya terbengong dan dia kembali tertawa sambil berkata.

"tuan muda He, tidak terjadi apa-apa dengan Soba. aku hanya mengundangnya ke sini........."

"kamu mengundangnya?"

Alvero lalu menatap Soba dengan kebingungan.

ada yang salah di sini, namun......

setelah berpikir di dalam hati, akhirnya Alvero menemukan perbandingan.

lupakan saja, rumah sakit ini merupakan milik Hardi dan Soba adalah bawahanku sendiri.

dia juga tidak akan mendapat kesan yang baik jika Soba benar melakukan keributan di rumah sakit ini.

namun Hardi sudah berkata seperti ini. jadi, tidak ada masalah lagi.

sambil memikirkan itu, Alvero pun melambaikan tangannya dan berkata.

"sudahlah Hardi, kamu harus melatih bawahanmu dengan baik agar mereka tidak berbicara dengan sembarangan."

"baik, baik."

Hardi tidak berdaya mendengar perkataan Alvero itu.

namun dia tidak mempermasalahkan itu setelah memikirkan tujuannya sendiri.

sayangnya kenapa dia harus berhubungan dengan tuan muda He?

pemikiran Alvero jauh lebih sederhana dibandingkan dengan Hardi.

setelah Hardi menjawabnya, dia terlihat lebih lega dan kembali memberi sebuah perintah pada Hardi

"mulai dari sekarang, aku tidak lagi ingin mendengar kabar Soba yang menggoda perawat cantik di rumah sakit ini, kalau tidak......."

terdengar suara relaksasi otot Alvero. kepalan tangan Alvero masih tergolong kuat.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu