The Richest man - Bab 24 Kertas Catatan
Alvero berpikir, bagaimanapun dirinya juga seorang pria, dia tidak bisa membiarkan seorang perempuan berbicara duluan, merenung sebentar:“Aku......”
“Bagus kalau kamu tahu kamu tidak berguna, tidak perlu mengatakannya, kalau aku jadi kamu aku akan langsung menamparnya di awal.”
Stephanie wajahnya memerah, memotong pembicaraannya, sekalian membicarakan masalah yang tadi, saat mereka berdua sedang mengobrol, sorotan lampu tiba-tiba mengarah ke mereka.
Di layar muncul bayangan dua orang, Alvero dan Levin.
“Bukankah katanya hanya mengundang satu orang? Ada apa ini? Jangan-jangan pentas belakang bermasalah?”
Saat sedang membicarakan terdengar Bella yang berada di atas panggung tiba-tiba berbicara.
“Tidak tahu tuan yang mengenakan kemeja putih apakah mau naik panggung untuk bernyanyi bersama aku?”
Alvero masih dalam keadaan kebingungan, sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dia bicarakan, Stephanie yang berada di sampingnya sudah mendorongnya dengan penuh semangat, Alvero mengikuti staf berjalan ke atas panggung begitu saja dengan tanpa kejelasan.
Argus juga tampak belum tersadar dari masalah yang tiba-tiba terjadi, melihat Alvero naik ke atas panggung dengan bingung begitu saja, seluruh wajahnya memerah, sebelumnya dia mentrakir Bella makan, hanya demi hari ini, tidak disangka Bella ternyata begitu tidak bisa melihat kondisi.
Seiring musiknya berhenti, Alvero sudah benar-benar tersadar, mengikuti Bella membungkukkan badan ke penonton dan langsung berjalan ke arah belakang pentas, pada saat Bella berbalik badan, dia memasukkan kertas catatan ke tangannya.
Stephanie melihat Alvero yang kembali ke hadapannya, wajahnya penuh dengan keluhan, dia memperkirakan Alvero tidak tahu apa pekerjaan Bella, bernyanyi bersama dipanggung dengan tanpa kejelasan begitu saja, kamu harus tahu dia adalah penggemar berat Bella!
Alvero menggenggam kertas catatan itu di tangannya, tampak sedikit linglung, beberapa orang di sekitarnya juga hanya bicara beberapa kata sudah langsung bubar, setelah itu Alvero baru berjalan keluar bersama Stephanie dan tiga teman sekamarnya.
“Tunggu, ada yang mau aku katakan!” Quin menghalangi Alvero di depannya.
Walaupun Alvero sedikit enggan, tetapi teringat masalah yang tadi, hanya takut wanita ini akan berbuat sesuatu yang aneh lagi, hanya bisa berjalan dua langkah ke samping.
“Semua yang terjadi hari ini adalah akhir yang kamu inginkan?” Nada bicara Quin terdengar sangat sedih.
“Ini karena kamu mengaturnya dengan baik!”
Alvero orangnya memang tidak berperasaan, sedikit mengagumi wanita ini, merasa dia tidak menjadi aktris, benar-benar sangat disayangkan.
“Kamu terlihat seperti ini sekarang, apakah ingin memberitahuku dulu perlakuan baikmu terhadapku semuanya palsu?”
Alvero mendengar kata-katanya tidak bisa menahan tawa, apakah wanita ini memainkan perasaannya sebagai kartu? Apakah harus menarik orang lagi untuk bergabung menjadi Three Fight Landlord?
Mata Alvero menunjukkan sedikit ketidaksabaran, melirik jam tangannya baru mengalihkan pandangannya pada Quin.
“Aku dengar orang bilang kamu akhir-akhir ini menghabiskan banyak uang karena tanah kampung halamanmu diambil alih, benar kan?”
Quin menanyakan pertanyaan ini dengan sangat hati-hati, matanya menatap Alvero dengan tidak berkedip.
Dalam hati Alvero tidak bisa tidak mencibir, wanita ini benar-benar datang demi uang, melihat dia seperti ini, jangan-jangan kantong Argus sudah disapu bersih olehnya?
“Benar, untuk apa kamu pedulikan ini?”
Mungkin hanya kata-kata itu yang masuk ke telinga Quin, hanya terlihat pupilnya membesar, tertawa sampai mulutnya sudah mau robek.
“Aku ini takut uang yang kamu habiskan semuanya dipinjam dari pinjaman online, bagaimanapun juga kamu adalah mantan pacarku, kalau terjadi hal-hal seperti ini bagaimana aku bisa memberitahu orang tuamu?”
Quin berprilaku seolah-olah dia tahu uang yang dihabiskan Alvero bukan dipinjam dari pinjaman online, jadi dia begitu senang, bahkan sampai mengungkit orang tuanya, jika Alvero tidak salah ingat, dulu saat dia kerja, begitu membicarakan untuk mengirim uang ke keluarganya, Quin langsung marah.
Selalu bilang ayah dan ibu Alvero punya kaki punya tangan, bisa menghidupi diri sendiri, akhirnya dia tidak tahan dengan perlakuan Alvero yang pantang menyerah, selalu akan memberikan dia 1 juta untuk dikirim ke keluarganya, tetapi kata-kata yang dilontarkan dari mulutnya tidak pernah enak didengar.
“Kita sudah tidak ada hubungan, walaupun aku meminjam uang, orang lain juga tidak akan mencarimu.”
Setelah mengatakannya, Alvero sudah mau berbalik untuk mencari Stephanie mereka, Quin tiba-tiba meraih lengannya.
“Alvero, apakah kamu sama sekali tidak pernah bertanya kenapa dulu aku minta putus?”
Setelah Quin menanyakannya, melihat Alvero seperti tidak ingin menjawabnya, dia menggertakkan gigi, mulai berkata pada dirinya sendiri lagi.
“Argus mengejarku untuk waktu yang lama, aku tidak menerimanya, dia ingin melampiaskan kemarahannya kepadamu, aku takut dia benar-benar akan melukaimu, jadi aku baru terpaksa bersamanya!”
Alvero sekarang sangat ingin bertanya kepada wanita ini, kata-kata mana dimulutnya yang jujur, kata-kata mana yang bohong? Kenapa selamanya harus berbeda antara apa yang dikatakan dan yang dilakukan?
“Jadi apa yang ingin kamu lakukan sekarang?”
“Aku mau kamu kembali ke sisiku, orang yang aku cintai selalu kamu!”
Alvero menyingkirkan emosinya, dia pura-pura menatap Quin dengan perasaan mendalam dan mengangkat dagunya.
“Apakah yang kamu katakan benar, kamu mau kembali ke sisiku? Bukan demi uang?”
Quin mengira Alvero sudah terjebak, mengangguk dengan penuh semangat, Alvero asal mengambil kartu dari kantongnya, menggoyangkannya di depan Quin, hanya terlihat mata dia terus menatap kartu itu.
“Kalau begitu aku menggunakan uang yang di dalam kartu ini, aku akan membelinya dari tangan Argus, nyawaku sendiri, kalau begitu kita bisa terus bersama, kamu juga tidak usah dirugikan untuk berbicara dengannya, oke?”
Quin tampaknya tidak menyangka aku akan berbuat seperti ini, dia refleks, langsung ingin mengambil kartu itu, mana mungkin Alvero memberinya kesempatan itu, dia memasukkan kembali kartunya ke kantong yang tadi.
Quin baru tersadar apa yang telah dia lakukan tadi, menarik nafas dalam, menatap Alvero dengan perasaan mendalam.
“Kita tidak harus menggunakan cara seperti ini, masih ada sangat banyak cara, kita memohonnya bersama-sama saja, dia juga bukan tipe orang yang berhati batu, dia begitu menyukaiku, selama aku yang memohonnya dia pasti akan tidak tega, dengan begitu dia akan menyetujui kita untuk bersama!”
Alvero tiba-tiba sadar dan mengangguk, seperti juga merasa ini adalah cara yang lumayan, lalu berbunyi 'klik', dia mematahkan kartu yang ada di tangannya.
Quin tertegun di tempat, melihat Alvero membuang kartu yang dipatahkannya.
“Kartu ini dibuat dengan KTP orang tuaku, karena uang didalamnya sudah tidak dapat digunakan, kalau begitu bisa digunakan untuk membangunkan rumah untuk orangtuaku, kami harus memiliki kartu baru bisa menarik uang, aku menghancurkan kartunya, mereka juga bisa membuat kartu baru lagi, mengambil uang yang ada didalamnya untuk membangun rumah.”
Alvero berhenti, melihat ekspresi Quin yang dipenuhi denga rasa tidak bisa percaya, dia tersenyum dengan lembut.
“Bukankah hari ini kamu juga bilang ingin menikah? Tunggu rumahnya selesai dibangun, kita sudah bisa kembali untuk menikah, lalu melahirkan seorang bayi gemuk......”
“Dasar kamu orang gila!”
Alvero belum selesai mengatakannya, Quin tiba-tiba meneriakinya, mendorong Alvero dengan keras, lalu langsung lari.
Pada saat Quin berbalik badan, Alvero mengeluarkan kartu yang diberikan Thanos kepadanya dari kantongnya, dan tertawa diam-diam.
Novel Terkait
Takdir Raja Perang
Brama aditioSee You Next Time
Cherry BlossomCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaMy Cold Wedding
MevitaAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaHanya Kamu Hidupku
RenataThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat