The Richest man - Bab 50 Menyeringai

"Tidak."

Ia mendongak seraya menatap tuan mudanya sendiri, Nabila spontan mengatakan kalimat seperti itu saat dia melihat wajahnya yang penuh kekhawatiran.

Setelah itu, dia menyingkirkan kebingungannya dan mulai bercanda.

"Masalah apa yang bisa mengganggu tuan muda kita? Perhatiannya teralihkan begitu tiba barusan."

"Heh."

Dengan cibiran, Alvero tidak menyembunyikan apa pun, jadi dia hanya memberi tahu Nabila apa yang terjadi di gerbang halaman malam ini,

"Keterlaluan, kan? Sudah putus masih begitu, bukankah akan lebih buruk lagi jika kamu tidak putus?"

Nabila Mengernyitkan alisnya serta tampak sedikit tertekan saat melihat Alvero.

Hidupnya pasti sulit sebelum dia menjadi Tuan Muda...

Memikirkan hal ini di dalam benaknya, pikiran Nabila melayang pergi.

"Sudah, apa yang kamu pikirkan."

Ia mengangkat tangannya hendak menepuk kepala Nabila.

Tak sadar, saat mendapati luka di kepalanya, ia akhirnya mengurungkan niatnya.

"Siapapun akan mengalami kemunduran dalam hidup, lain kali jangan begini lagi."

Nadanya lembut, sikap Alvero seperti sedang membujuk orang.

Dia tidak begitu baik.

Telinganya sedikit merah, Nabila sedikit tidak terbiasa dengan kebaikan Alvero.

Jika itu adalah identitas Alvero yang dulu, dia...

Sayang sekali sekarang dia adalah tuan muda, apa yang sedang kupikirkan?

Ia menggelengkan kepalanya dengan pahit, Nabila menggeser tubuhnya dan menghindari tangan Alvero, ekspresinya kembali menjadi dingin lagi.

"Tuan Muda, ada banyak bakteri di bangsal, hati-hati ..."

"Apa yang kamu bicarakan?"

Bawahan kosong, dan suasana hati yang semula bahagia telah banyak memudar.

"Apa maksudmu?"

"Tidak apa-apa, Tuan Muda sudah menjengukku, jadi kamu sudah boleh pergi, supaya tidak terlihat oleh istrimu."

Sikap Nabila yang memalingkan wajah seenaknya, tiba-tiba amarah yang menekan perut Alvero melonjak naik.

Apa-apaan.

Dia telah bekerja sangat keras bergadang menunggunya terbangun setelah sekian lama.

Tapi dia bersikap seperti itu saat dirinya baru ngobrol beberapa detik.

Jika dia bersikap seperti ini sejak ia memasuki pintu, Alvero tidak akan marah.

Tapi apa masalahnya sekarang?

Menekan amarah di hatinya, Alvero mengangkat dagu Nabila dan berkata dengan dingin.

"Nabila, kamu keterlaluan."

Kata-kata ini adalah pengingat dan peringatan.

Nabila adalah orang yang luar biasa, jika tidak, dia tidak akan dipandang oleh keluarga besar seperti keluarga He, dan akan menjadi asisten pribadi Alvero.

Tapi Nabila pura-pura bodoh.

"Tuan Muda, lebih baik kamu keluar dulu."

"Huh, tidak kenal orang baik."

Menyenangkan orang lain tetapi diabaikan olehnya, Alvero mendengus dingin kemudian berbalik dan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Kembali ke bangsal, Alvero masih dalam suasana hati yang buruk.

Orang macam apa, awalnya berpikir itu adalah hal yang baik, tahu-tahu malah tidak dipedulikan.

Tentu saja, Alvero yang diusir oleh orang yang baru saja siuman, orang yang ia rindukan, bahkan tidak tahu bahwa Nabila juga merasa sangat kehilangan saat dia berbalik.

Tapi mau bagaimana lagi.

Nabila tahu bahwa dia dan Alvero bukanlah orang yang sama.

Sebuah keluarga yang kaya-raya, dan sebuah latar belakang keluarga yang berantakan dengan setumpuk masalah.

Oleh karena itu, bahkan jika dia menyadari bahwa Alvero memiliki kesan yang baik tentang dirinya, dia tetap menolaknya.

Ia tidak ada pilihan lain, meski status Alvero waktu dulu tidak bagus.

Tapi sekarang, dia adalah seseorang yang lebih tinggi darinya.

Di sini, Nabila berpikir berlebihan dan tidak bisa tidur.

Di sana, Alvero juga sama.

Dia merasa sangat kesal karena diusir Nabila dari bangsal.

Tepat di saat ini, terdengar suara dari luar pintu.

Beberapa suara "Tok tok tok" terdengar di telinga Alvero dengan tajam.

"Silahkan masuk."

Tidak perlu ditebak, orang di luar itu adalah Tasya.

Entah apakah karena Nabila yang bangun atau ada yang salah, tetapi orang ini telah banyak menahan dirinya

"Tuan Muda, kata Nyonya besok akan ada makan malam keluarga, kamu..."

Di tengah percakapan, Tasya menyadari ada yang tidak beres.

Apakah ada sesuatu di wajahnya, mengapa Tuan Muda Alvero tidak berhenti menatapnya?

Tangannya tanpa sadar menyentuh wajahnya yang halus, dan detik berikutnya, dia mendengar Alvero berkata.

"Kemarilah."

"Apa?"

Tak diduga, Alvero mengatakan ini saat membuka mulutnya.

"Aku menyuruhmu kemari."

Ekspresinya sedikit tidak senang, dan nadanya juga sangat buruk.

"B-baik."

Meskipun dia melihat ada yang salah dengan ekspresi Alvero, Tasya masih terlihat tersanjung saat ini.

Status seperti apa Alvero itu, Tuan Muda loh, pria kesukaannya.

Ia berpikir waktu dulu dirinya mengambil inisiatif untuk mendekatinya, tetapi beliau malah tidak mau.

Tak disangka, dia yang meminta sekarang.

Sudah kubilang, tidak ada laki-laki yang bisa menjadi seperti Liu Xia Sui *seorang pria sejati di China kuno.

Mungkin Tuan Muda orang yang ofensif. Dia tidak suka aktif, tetapi hanya pasif.

Memikirkan hal ini dalam benaknya, Tasya sedikit bahagia.

Dia diam-diam berpikir, sebentar lagi dirinya...

"Kenapa lambat seklai, cepat kemari."

Melihat orang ini meremas di depannya dalam beberapa waktu, Alvero yang awalnya sudah marah kini sedikit agresif.

"Iya, Tuan Muda, aku datang."

Saat berbicara, Tasya masih menyentuh tubuhnya.

"Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu masih ingin melakukannya?"

"Apa?"

Semula berpikir dia telah melakukan pekerjaan dengan baik, memberi pertunjukan yang bagus, tetapi tak disangka...

"Singkirkan ekspresimu itu, lakukan tugasmu dengan benar atau keluar."

Tangan Alvero menunjuk ke arah pintu dengan ekspresi marah.

Orang macam apa.

Ia tidak berpikir itu buruk baginya untuk memulai malam ini.

Seperti yang diketahui sekarang, sifat tidak bisa diubah.

Sebuah gagasan terlintas di benaknya, Alvero punya semacam gagasan ingin menggantikan orang itu.

Meskipun Tasya tidak sebanding dengan Nabila, tetapi setelah mengurus sekian lama, akan terlihat kian menarik.

Wajah Tasya berubah seketika saat Alvero menunjukkan ekspresi itu.

Putih dan kian memutih, baru kemudian ia menarik tangannya kembali.

Ternyata tuan muda dari tadi sama sekali tidak memiliki pemikiran seperti itu.

Tidak punya pikiran seperti itu malah menyuruhku datang.

Dengan mulut melengkung, Tasya merasa sedikit tidak puas.

Namun, dia juga tidak berani mengatakannya.

Dengan status tuan muda saat ini, ada banyak wanita yang lebih cantik darinya sedang berbaris, dan wajar jika merendahkan diri.

Setelah menghibur dirinya sendiri di dalam hatinya, Tasya menarik napas panjang.

"Kemari atau tidak?"

Ketika Alvero mendesaknya lagi, Tasya menyingkirkan pikirannya dan berjalan dengan cepat.

Karena beliau meremehkannya, ia tidak bisa memanjat latar belakang yang baik.

Setelah sekian lama bekerja keras di lapangan, suatu hari pasti bisa maju.

"Tuan Muda, apa yang bisa kulakukan untukmu?"

Berdiri di depan Alvero, Tasya memperhatikan jantung dan hidungnya, tidak berani bernapas.

Takutnya Alvero akan mengusirnya karena pikiran gilanya barusan.

Untungnya, Alvero tidak sejahat itu.

"Sampaikan pesanku, sekalian belikan beberapa barang yang disukai gadis-gadis untuk diberikan kepada Nabila."

Dia menaruh uang cash ke tangan Tasya, Alvero berkata terus terang.

"Katakan padanya untuk menjaga dirinya dengan baik dan jangan pikir sembarangan."

"Soal yang lain, dia akan tahu saat sudah sembuh."

Setelah memesan ini itu, Alvero memandang Tasya, yang masih berdiri di depannya tidak bergerak, tampak sangat tidak puas.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu