The Richest man - Bab 17 Keluhan
“Maaf, aku lupa hari ulang tahunmu. Sebelumnya aku ucapkan selamat ulang tahun untukmu, hari ini aku ada masalah, jadi tidak pergi.”
Alvero sama sekali tidak mengangkat kepalanya saat mengatakan ini. Hingga selesai merapikan dokumen, ia baru menyadari Quin masih berdiri disana.
“Aku tahu kamu menerima banyak hal buruk saat bersama denganku, jadi aku ingin meminta maaf denganmu dengan baik. Setidaknya kita bisa berpisah dengan baik.”
Makin akhir, suara Quin semakin pelan. Kelopak matanya telah penuh tergenang air.
Wajah yang sedih seperti disebabkan olehnya. Akhirnya Alvero berlembut hati lagi.
Hingga Quin meninggalkan tempat dengan puas, lalu Norbert yang disamping akhirnya membuka mulut karena ucapan dua orang yang lain.
“Alvero, kamu harus pikirkan baik-baik. Hari ini terasa aneh saat baru masuk ke dalam kantor. Setelah ia bertingkah seperti itu, apakah kamu sungguh percaya kepadanya?”
Norbert mengoceh di samping dan Alvero mendengar kata-katanya dalam diam, sambil mengeluarkan sebatang rokok dari celananya.
Bahkan Norbert mereka merasakan kejanggalan, bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya.
Hanya saja hatinya tidak kuat dan tidak menemukan alasan yang cocok untuk menolak. Lagipula wanita itu adalah cinta pertamanya.
Ia hanyalah anak muda yang berusia dua puluhan tahun. Meskipun ia telah mengalami begitu banyak dalam beberapa hari ini, tapi ia masih terlalu muda. Ia sama sekali tidak pernah melihat tingkah Quin yang seperti itu sebelumnya. Mungkin Quin sungguh ingin mereka berpisah dengan baik!
Ia menghela nafas dengan tak berdaya, “Tak apa-apa. Anggap saja pergi makan-makan, apakah itu bisa mengancam nyawaku? Aku hanya pergi bentar dan akan segera pulang.”
Anggap saja menggambar titik terakhir untuk cinta pertamanya!
Norbert juga tidak lagi berusaha untuk menasehatinya setelah mendengar kata-katanya. Untung saja membeli mobil, sehingga saat Norbert bilang ingin mengantarnya, ia juga tidak menolak. Hanya saja saat kedua orang lain bilang ingin pergi juga, Alvero menolak.
Ini adalah masalahnya. Ia tidak perlu menganggu seluruh teman kamarnya, bagaimanapun besok mereka masih harus pergi kerja.
Lagipula ia sendiri juga tahu apa yang mereka pikirkan. Mereka pasti khawatir akan terjadinya kejadian yang sama seperti kemarin.
Tapi kali ini berada di hadapan seluruh rekan kerja kantor. Sebanyak apapun Argus ingin membuat onar, ia juga harus lebih berhati-hati. Kalau tidak, saat itu bukan lagi masalahnya sendiri.
Norbert memberhentikan mobilnya di depan gerbang Klub Saint. Ia masih menatap Alvero dengan raut wajah tidak tenang, bahkan ia hampir saja mau ikut masuk ke dalam.
“Sudahlah, masalahnya tidak begitu rumit. Aku akan segera keluar setelah duduk sebentar. Nanti kita pergi beli makanan dan bir pulang untuk bermain.”
Setelah itu, Alvero masuk ke dalam tanpa menoleh ke belakang. Ia hanya takut akan Norbert melakukan hal lain.
Klub mewah memang berbeda. Baru saja masuk, langsung disambut dengan kain sutra berwarna hitam yang terayun bolak-balik. Jika Alvero tidak bertemu dengan Nabila, mungkin ia akan dibuat tergila-gila dengan apa yang ia lihat.
Ia asal menanyakan ruangan kepada pelayan dan berjalan kearah lift.
Ia mungkin menjadi orang yang terakhir datang. Saat ini, ruangan yang luas telah dipenuhi orang. Mereka semua terdandan rapi dan aroma berbagai parfum merk mahal langsung masuk ke rongga hidung Alvero saat ia mendorong pintu ruangan.
Ia mengelus pelan hidungnya dengan tak berdaya, lalu mengangkat kakinya masuk ke dalam.
“Alvero, akhirnya kamu datang juga!”
Suara Quin terdengar dari sisi lain. Alvero mengalihkan pandangan kearah suaranya dan kebetulan ia melihat Quin sedang menyandarkan diri kepada Argus, sehingga itu membuat mata Alvero sakit.
“Ia ini?” Seorang wanita berambut pendek dengan gaun pendek berwarna hitam yang duduk disamping Quin melirik sekilas kearah Alvero, lalu menoleh lagi ke Quin.
“Mantan pacarnya, apakah kamu tidak tahu?”
Quin bahkan tidak keburu untuk membuka mulut, lalu dijawab langsung oleh salah satu sahabat Argus.
Hanya terlihat wanita yang mengungkit pertanyaan itu memasang wajah kesal dan berceloteh.
“Kreatif juga.”
“Sudah. Aturan kita disini, perayaan ulang tahun harus memberi hadiah terlebih dahulu. Barang apa yang diberikan mantan pacarmu untuk Quin. Ayo keluarkan dan tunjukkan kepada kita!”
Wanita yang berbicara sekarang tidak begitu menyebalkan dari wanita yang sebelumnya. Setidaknya wanita ini cukup membantu untuk Quin dan Alvero.
Alvero asal meletakkan sebuah gelang tangan kuarsa di atas meja, lalu seketika satu ruangan menjadi hening.
“Pfft…” Entah siapa yang tertawa terlebih dahulu, lalu orang-orang satu ruangan pun ikut tertawa.
“Kamu hanya memberi hadiah gelang tangan kuarsa palsu yang seharga puluhan ribu untuk Quin!”
“Padahal mantan pacar. Kalau begini, jika dibicarakan ke luar, pasti akan cukup memalukan.”
Berbagai suara terdengar dan Alvero mulai mengerutkan dahinya dengan tak sabar.
Gelang ini seperti hadiah pemberian Norbert mereka saat membeli jam tangan, sepertinya dipanggil Farcoko.
Bahkan saat itu pelayan toko bilang gelang tangan ini belum tentu bisa dibeli dengan uang. Saat itu, aku ingin memberikannya kepada Nabila, siapa sangka ada perayaan hari ulang tahun Quin, jadi aku langsung memberikan ini kepadanya. Tunggu lain kali, aku akan belikan untuk Nabila.
Siapa sangka barang seperti ini masih tidak bisa masuk mata beberapa orang ini. Tapi Alvero lihat semua hadiah yang ada diatas meja dan sebagian besar seharga dua juta lebih, juga tidak begitu mewah.
Total hadiah yang diberikan mereka semua bahkan tidak semahal jam tangan yang ia belikan untuk Norbert.
“Alvero, aku mengundangmu, bukan untuk mempermalukanku.”
Quin mengangkat kepalanya dan memasang raut wajah cuek, seperti bukan dirinya yang mengundang Alvero datang.
Siapapun tidak ada yang menyadari bahwa seorang wanita dengan gaun berwarna merah muda mengambil gelang yang ada diatas meja, lalu mengeluarkan kata-kata sinis.
“Yo, kalian lihat gelang ini bahkan tertulis merk Farcoko. Merk yang palsu loh.”
“Pantas, sejak tadi aku merasa pernah melihat gelang itu. Ternyata Ibuku dulu juga memiliki gelang yang sama, tapi ia bilang gelang itu bukan barang mahal, jadi ia jadikan gelang itu sebagai kalung anjing chihuahua di rumahku.”
“Apa yang kamu katakan itu benar, cukup cantik jika dijadikan sebagai kalung. Hahaha!”
Sekelompok orang seketika mengalihkan perbincangan kepada sebuah gelang tangan. Quin akhirnya merebut kembali gelangnya, tanpa melihat dan melepaskannya, sehingga serpihan kuarsa terjatuh di lantai.
Lalu Argus memberi selembar tisu kepadanya dan duduk di tempatnya.
“Semua makanan telah tiba, mari duduk semua.”
Setelah semua orang duduk, minum seteguk bersama dan mulai makan, hanya Alvero seorang yang masih berdiri, karena tidak ada bangku yang tersisa.
“Aduh! Aku kira kamu sudah pergi.”
Quin tiba-tiba berbalik badan, seperti baru melihat Alvero masih berdiri di tempat.
Melihat tingkah laku Quin yang begitu palsu, Alvero tiba-tiba mengerti alasan yang sebenarnya. Awalnya ia sangat tidak rela untuk menerima kebenaran. Ia mengira bagaimanpun telah menjalin hubungan begitu lama, setidaknya ada sedikit rasa antar mereka, sehingga ia percaya kata-katanya Quin di kantor tadi.
Siapa sangka ternyata ini adalah tujuan Quin yang sebenarnya.
“Maaf menganggu. Awalnya aku memang ingin pergi setelah membawakan hadiah.”
Ucapan ini terdengar terpaksa sekali.
“Tunggu sebentar.”
Mendengar suara Quin, Alvero lagi-lagi menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh ke belakang pelan dan memandangnya.
“Setelah hari ini, jangan lagi memberi tahu orang lain bahwa aku adalah mantan pacarmu. Mohon pikirkan posisimu dengan baik.”
Alvero mengejap matanya dan memaksa air yang berlebihan di matanya masuk kembali.
Akhirnya ia mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan.
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiBack To You
CC LennyThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensUnplanned Marriage
MargeryBeautiful Love
Stefen LeeMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaCintaku Pada Presdir
NingsiAfter Met You
AmardaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat