The Richest man - Bab 97 Inisiatif
Sebelumnya, jika tidak setiap kali tertangkap, diancam dengan senjata tajam di tangan lawan, dia tidak harus bertindak begitu buruk.
Mari kita bicara tentang Hardi.
Dia tidak pernah menyangka bahwa Alvero begitu hebat, bahkan dia juga mengetahui alasan dibalik ini semua.
Dan, tangan itu...
Jika suatu hari dia diketahuan oleh Tuan Muda, maka...
Ayolah, tidak ada panah yang berbalik jika di busur keluar.
Berpikir begitu dalam hatinya, Hardi tidak ragu-ragu, mengangguk dan berkata dengan hormat kepada Alvero.
“Baiklah, Tuan Muda.”
"Hmm."
Diri sendiri telah memberikan kesempatan beberapa kali, tidak memegang teguh jalan sendiri pun tidak bisa.
Adapun mengenai tujuan Hardi, dia hanya bisa mengirim seseorang untuk mengawasinya.
Entah bagaimana, Alvero selalu merasa bahwa pengunjung kali ini tidak baik.
Bahkan ikan besar seperti Hardi dapat terpancing, bagaimana mungkin hal-hal ini sederhana?
Aizz, betapa bagusnya jika Hardi mengakuinya dan berkata sejujurnya pada dirinya.
Dengan begini, tidak perlu bekerja terlalu keras.
Harus diketahui bahwa diri sendiri hanyalah orang biasa.
Dengan penuh ketidakberdayaan, Alvero kembali ke bangsal.
Awalnya dia pikir Tasya akan mengambil keuntungan jika dia tidak ada. Tidak terduga, ruangan itu kosong, tidak ada bayangan seorang pun.
Kejam, setiap kali aku ingin benar-benar berbicara dengan seseorang, orang itu tidak ada.
Tasya oh Tasya, mengapa kamu tidak ingin tinggal lebih lama kali ini, aku memiliki sesuatu untuk memberitahukannya kepadamu.
Ini tentang keselamatanmu, kamu...
Sambil menghela napas, Alvero tiba-tiba melirik secarik kertas di atas meja.
Bagus juga, dia sudah bisa belajar untuk meninggalkan pesan.
Tidak perlu menebak, Alvero juga mengetahui bahwa kertas ini milik Tasya.
Lagi pula, tidak ada seorang pun di rumah sakit ini yang berani keluar masuk dari ruangannya, bahkan meninggalkan benda berwarna merah muda seperti itu.
Ini sangat jelas, takut orang lain tidak tahu?
Setelah mencaci maki di dalam hati, Alvero baru saja memasuki ruangan dan langsung mengambil kertas itu.
Bocah baik, hanya ada satu baris di atasnya.
“Tuan Muda, jika aku pergi, jagalah dirimu baik-baik.”
Pergi? Kemana?
Dengan penuh pikiran pertanyaan, Alvero mengunjungi seluruh rumah sakit.
Sayangnya, dia tidak menemukan Tasya.
Sulit untuk tidak berpikir orang ini benar-benar pergi, itu aneh.
Jika benar dia adalah seorang wanita yang mata duitan, bagaimana bisa dia menyerahkan pekerjaan yang memiliki gaji yang luar biasa ini?
Dalam hati berpikir demikian. Alvero yang tidak percaya pun pergi ke asramanya dan menemukan hasil yang sama.
Tidak ada cara lain lagi, pada kenyataannya, Tasya memang telah pergi.
Tampaknya baik untuk mendapatkan hasil seperti itu setelah sibuk setengah harian.
Selama Tasya tidak di rumah sakit, maka Hardi tidak bisa membawanya.
Ide seperti itu muncul bergitu di benak, Alvero merasa lega.
Selanjutnya, selama mereka berhati-hati menghadapi Hardi, tidak lagi ...
Namun, Alvero tiba-tiba menyadari suatu hal.
Di mana Soba, mengapa tidak kunjung datang meskipun hari sudah sore?
Tidak bisakah Hardi tidak hanya tidak menyembuhkannya dari dosa-dosanya, tetapi juga mencari beberapa wanita cantik untuk melayaninya?
Bahkan, tidak bisa menyalahkan Alvero karena berpikir begitu. Lagipuka, hati manusia tidak dapat diprediksi.
Soba tidak kembali, maka Alvero juga tidak bisa kemana-mana.
Tidak mungkin, saat ini masih belum bisa mencari tahu obat apa yang Hardi beli di botol minum labu itu, bagaimana mungkin dia bertindak gegabah?
Dengan pemikiran ini, Alvero tinggal di ruang pasien selama satu malam lagi.
Keesokan paginya, dia tidak tahan.
Apaan sih, jika tidak ada mempeekerjakan perawat khusus untuk mengirim makanan untuknya, diperkirakan jika menunggu Soba itu, dirinya akan mati kelaparan.
Dengan memegang perutnya, Alvero sangat marah.
Dengan cepat keluar dari ruang pasien, dia memutuskan untuk berubah pasif menjadi aktif.
Sepanjang jalan, Alvero baru tahu setelah bertanya-tanya dengan jelas. Ternyata Soba ini sebenarnya pergi sendiri kemudian dibawa keluar oleh Hardi, sejauh ini belum kembali.
Apa itu? Sulit untuk tidak berpikir bahwa Hardi tidak ingin menjilat kepada Soba, tetapi ingin membunuhnya?
Ketika pikiran itu berkedip, Alvero takut.
Mampus sudah, karena kelalaiannya sendiri, Soba dia ...
Tepat ketika Alvero merasa bersalah, dia tiba-tiba mendengar seseorang menyapa Hardi.
Melihat keatas, sialan, bukankah pria konyol itu Soba?
Aku tidak tahu apa yang Hardi memberikan keuntungan apa padanya, orang ini menjadi sangat senang seperti ini.
Bangke, dia mengkhawatirkan dirinya terluka, alhasil dia malah....
Dengan penuh kemarahan, Alvero tidak bisa lagi menekan emosinya.
"Soba, kamu sebenarnya bawahan siapa?"
“Aku...”
Perkataan Alvero ini, siapa pun tahu apa artinya.
Tapi memikirkan apa yang dikatakan Hardi pada dirinya sendiri kemarin, Soba sedikit ragu.
Hardi mengatakan bahwa jika dia ingin menyelamatkan kehidupan Tuan Muda, dia tidak bisa pergi bersamanya.
Jika tidak, jika dirinya terkena kesialan tidak apa, tetapi dia takut memperlibatkan Tuan Muda He.
Dengan pemikiran begini, Soba ragu-ragu.
Keragu-raguannya membuat Alvero akan diledakkan olehnya.
Hardi melihat dengan jelas, kemudian keluar dan membuat isyarat dengan tangan kepada Alvero.
“Tuan Muda, bawahan tidak tahu apa yang berbahaya, aku akan ...”
"kamu membawanya pergi berbuat onar, bukan?"
Hardi sebenarnya tidak tahu harus menjawab apa. Tidak terduga, Alvero berkata demikian.
Kemudian melihat pandangan aneh dari orang sekitarnya, dirinya sangat dipermalukan hari ini.
Dia pun tersenyum pahit, kemudian menyalahkan dirinya yang tidak berpikiran jauh, jika tidak...
Dunia ini tidak ada obat penyesalan.
Setelah menggelengkan kepala, Hardi memberi penjelasan kepada Alvero.
“”Tuan muda, ada sebagian orang di dunia ini yang melakukan usaha seperti itu. Sekarang aku membawa sobat ke sana hanya untuk menjadi pelanggan usaha mereka.
Baiklah, perkataan ini juga tidak palus, tapi...
“Soba, kemari kamu.”
Dengan melihat Soba, Alvero berkata demikian dengan dingin.
Tidak boleh lagi membiarkan Soba berkaitan dengan Hardi. Jika tidak, tidak tahu suatu hari nanti dia akan mati terkejut karena ini.
“Tuan muda, aku....”
Raut wajahnya sedikit aneh, apa mungkin Soba telah disogok?
Pada saat di benak Alvero berpikir demikian, tiba-tiba terdengan Soba berbicara.
“Tuan muda, aku sedang mempersiapkan diri untuk belajar ilmu penyelamatan kedokteran. Beberapa hari ini tidak mengikutimu dulu.”
Bagus, sangat bagus, luar biasa bagus.
Tidak disangka, baru saja satu hari, Soba telah disogok.
Alvero merasakan bahwa ada darah yang menetes dari hatinya. Dia berjalan sempoyongan ke arah kamarnya.
Jika orang lain ingin pergi, kaki tumbuh dibadan mereka, diri sendiri pun tidak kuasa menahan mereka.
Seketika muncul senyum pahit di wajahnya. Alvero sedih saat memikirkan ini semua.
Sepanjang jalan, dia tidak tahu bagaimana dia bisa kembali ke kamar pasiennya.
Lagipula, begitu dia sampai ke kasur, dia tertidur.
Dia tidur pulas seharian dan esoknya terbangun di malam hari.
Alvero merasa jika dia berjuang sedikit, mungkin Soba akan kembali kepadanya.
Dengan pemikiran ini, sesuap nasi pun dia tidak makan, kemudian berjalan langsung ke kantor Hardi dengan terburu-buru.
Jika dia tidak salah menebak, malam ini Hardi akan lembur.
Pasukan medis Jerman baru saja samapai, sebagaimana pun di ingin bersantai, dia juga tidak akan pergi.
Novel Terkait
Cinta Tapi Diam-Diam
RossieCinta Yang Tak Biasa
WennieLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieCinta Dan Rahasia
JesslynSang Pendosa
DoniMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat