The Richest man - Bab 21 Ulang Tahun

“Nona, jika Anda terus membuat keributan di tempat umum, kami berhak untuk mengusir kamu keluar!”

Sikap sebelum dan sesudah ini bisa dikatakan berubah 180 derajat, pada awalnya melihat Quin berpakaian lebih baik dari Alvero, manajer ini juga lebih sopan saat berbicara dengannya.

Namun, setelah mendengar nama Alvero, baik dalam panggilan, atau sikap langsung berbeda.

Alvero sama sekali tidak memedulikan Quin, juga tidak menerima kartunya, tetapi malah melirik manajer ini dengan kebingungan.

“Bos kalian yang mana?”

“Alexander, Direktur Alexander!”

Alvero berpikir, terus merasa seperti pernah mendengar nama ini di suatu tempat, tetapi bagaimanapun tidak dapat mengingatnya sama sekali, tiba-tiba sedikit panik.

“Beberapa waktu lalu Tuan Alvero Anda membeli sebuah Phaeton, benar kan?”

Mendengar manajer ini tiba-tiba mengungkit mobilnya sendiri, Alvero, langsung mengerti, teringat wanita yang merebut mobilnya di dealer mobil.

“Phaeton? Alvero, apakah kamu menghabiskan seluruh tabunganmu untuk membayar orang lain untuk berakting didepanku?”

Quin langsung mengejeknya, memandang Alvero dengan sombong, seolah-olah sedang melihat tumpukan sampah, ekspresinya penuh dengan rasa jijik.

Stephanie masih belum mengerti percakapan di antara mereka, bengong menatap punggung Alvero.

Manajer itu memandang Quin, terlihat tidak sabar dimatanya, mengambil mikrofon dan memanggil satpam, walaupun tidak langsung bertindak, tetapi memberi peringatan dengan melirik Quin.

“Sangat baik, aku bilang dia adalah maling dan kamu tidak percaya? Aku bilang kamu salah mengenali orang kamu juga tidak percaya? Baik kalau begitu, kamu boleh memanggil bos kalian datang untuk melihat apakah benar ini orangnya, cepat pergi, ngapain kamu masih bengong, cepat panggil bos kalian datang!”

Kata-kata terakhirnya, Quin hampir berteriak, manajer itu memandang Quin seolah-olah sedang melihat orang bodoh.

“Nona, tempat kami adalah tempat konsumen, jika Anda datang bukan untuk menghabiskan uang, silahkan pergi!”

Quin mendengar kata-kata manajer, hampir melempar tasnya, dia hari ini datang untuk merayakan ulang tahun, tadi juga ingin memesan ruangan pribadi dan lewat disini, dia mengikuti Alvero setelah melihatnya masuk.

“Hari ini aku datang ke sini untuk merayakan ulang tahun, siapa yang memberitahumu aku tidak menghabiskan uang? Aku hanya mau ruangan pribadi ini, apakah sekarang sudah boleh memanggil bos kalian datang?”

Saat Quin mengatakan kata-kata ini dia sama sekali tidak memperhatikan ekspresi Argus yang berada di belakangnya.

Setelah mengatakan kata-kata itu Quin melirik Alvero dengan sombong, lalu menoleh dan menggandeng lengan Argus, mulai bertindak manja.

“Suamiku, kamu tidak tahu ini adalah ulang tahun terbaikku seumur hidupku!”

Argus masih tidak berbicara, mengambil daftar anggur dari pelayan, langsung menaruhnya di depan Quin.

“Harga paling rendah ruangan pribadi adalah 17.776.000 rupiah, posisi kamu sekarang, nomor kamarnya adalah 666, harga untuk sepuluh orang enam kali lipat berdasarkan dari 17.776.000 rupiah, jika lebih dari 10 orang maka tetap menagih sesuai dengan harga 10 orang.”

Sampai disini, otak Quin sudah sedikit tidak nyambung, saat sekolah dia tidak pernah sekolah dengan benar, selalu mengandalkan wajahnya itu, dan bertahan sampai sekarang.

Tetapi dia pertama kali melihat Argus memperhitungkan harga di depannya dengan sangat jelas, saat dia mendengar angka-angka itu, otaknya juga sedikit bingung.

“Sepertinya tuan ini sudah mengatakannya dengan jelas, jika nona ini masih belum mengerti, pelayan kami masih bisa menjelaskan sekali lagi untuk Anda.”

Saat ini manajer tiba-tiba berbicara langsung menyadarkan orang-orang yang berada di dalam ruangan.

Alvero menyentuh hidungnya dengan sedikit malu, tadi saat dia mendengar Argus memperhitungkan uang, mendengarnya dengan sangat serius, entah kenapa ingin tertawa mendengarnya.

Bagaimanapun Argus juga orang kaya generasi kedua, dia tidak mungkin tidak rela mengeluarkan uang segitu saja, walaupun harganya dihitung berdasarkan harga untuk 20 orang juga hanya hampir 200 Juta, hmm, sudah hampir sebanding dengan setengah jam tangan Norbert mereka.

Argus melihat wajah Quin yang penuh kebingungan, kesal sampai langsung menghempaskan lengannya, orang kaya saja sudah pergi, Quin mana berani tetap tinggal di sini, melototi Alvero dengan tajam, juga langsung ikut keluar.

Melihat di dalam ruangan orang-orang yang tidak berhubungan sudah pergi semua, manajer langsung meletakkan kartu di depan Alvero.

“Apakah Direktur Alexander kalian datang hari ini?”

Manajer itu menggeleng, mengatakan direktur mereka hari ini menemani dua kliennya yang sangat penting, tetapi mendengar Alvero datang ke sini hari ini, jadi dia secara khusus menyuruhnya datang untuk memberikan kartu ini, secara bersamaan juga memberikan pesan.

“Lain kali saat bertemu, kamu harus mengembalikan hutangmu kepadaku!”

Mendengar kata-kata ini, Alvero sedikit merasa tidak tahu harus senang atau sedih, sejak kapan dia berhutang padanya, mobil itu dia yang membelinya sendiri juga ada salahnya?

Manajer melihat dirinya sudah tidak ada urusan langsung keluar, saat membuka pintu Alvero melihat Quin dan Argus yang sedang duduk di luar, tetapi juga hanya melirik dengan dingin lalu melihat ke Stephanie.

“Kamu ini ada apa? Kenapa aku merasa hari ini seperti sedang bermimpi?”

Stephanie mengambil bir dan minum dua teguk, mencubit wajah Alvero, membuat dia sangat kesakitan, baru menyadari ini bukan mimpi.

Alvero menutup wajahnya sendiri, hampir hancur, perempuan kecil ini tidak rela mencubit wajahnya sendiri dan mencubitnya, ini sedikit tidak adil.

“Jangan bicarakan aku, kamu hari ini baik-baik saja, kenapa kamu terlihat murung? Jangan-jangan kamu juga dihina mantan pacarmu?”

Kata-kata Alvero ini murni hanya bercanda, tetapi tidak disangka dia menebak benar setengah.

Ternyata hari ini Viola juga berulang tahun, tetapi tidak disangka Viola memanggil bajingan yang terakhir kali itu lagi, saat melihat Stephanie, dia terus mendesaknya untuk memanggil Alvero.

Ini masih belum selesai, melihat dia tidak mau memanggil Alvero, bajingan itu langsung mengusik Stephanie, dan beberapa teman baiknya itu juga tidak bermaksud membantunya, malah ikutan mengusiknya disampingnya.

Stephanie marah dan langsung lari keluar, melihat seseorang yang dikenal, langsung ingin mengajaknya minum bir, kemampuan minumnya tidak terlalu baik, minum tidak sampai setengah bir, sudah terpuruk di meja tidak bisa bangun.

Jarang-jarang Alvero melihat perempuan yang berhati tulus, mengelus-elus kepalanya, menggendongnya dari sofa, berapa harga yang dikatakan pelayan, dia membayarnya berapa, dia yang sekarang tidak perlu berhutang pada siapapun.

“Alvero, ini adalah adikku! Walaupun terakhir kali dia menyinggung kamu, kali ini juga tidak seharusnya......”

Melihat ekspresi Norbert yang seperti habis makan kotoran, Alvero tidak kaget sama sekali, melihat Norbert sudah mau marah, dia buru-buru menjelaskan kejadian yang tadi.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu