The Richest man - Bab 31 Diam
“Sebenarnya walaupun aku berhasil keluar dari tempat itu, tidak ada yang akan berubah! Tetapi aku sangat berterimakasih kepadamu karena kamu sudah memberiku kesempatan untuk sekedar menghela nafas sejenak.”
Di bawah sinar rembulan malam ini, wajah mungil Nabila terlihat sangat sendu, bahkan air matanya sudah menembus pertahanan terakhir di kelopak matanya, dia menahan erat bibirnya, sampai tubuhnya sedikit gemetaran.
Dia yang seperti ini terlihat jelas sangat tidak berdaya, membuat Alvero yang melihatnya menjadi tidak tega, setelah mencari cari di dalam kantong sakunya, dia baru menemukan tissue yang belum sempat dia pakai, kemudian menyodorkannya ke depan Nabila.
Melihat tissue kusut yang disodorkan kepadanya, akhirnya Nabila bisa menangis sepuasnya, Alvero yang melihat Nabila menangis berjongkok di depannya, dia hanya bisa mengelus rambutnya pelan, mencoba untuk menenangkannya.
Orang orang dari clubhouse mungkin sudah membuat Nabila kecewa, tetapi kelakukan ibu kandungnya sendiri yang memperlakukannya dengan cara seperti inilah yang sudah sangat menyakitinya.
Setelah terlalu beberapa saat, suara Isak tangis Nabila perlahan mulai memudar, dia menggunakan tissue yang diberikan oleh Alvero kepadanya untuk mengelap air matanya, kemudian kembali beranjak.
“Hari ini mungkin adalah terakhir kalinya aku bekerja sebagai perawat pribadimu, aku akan mengantarmu kembali.”
“Kamu tetap memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja?” Alvero menyalakan rokok di sela sela jari tangannya, menatap Nabila dengan tatapan yang begitu rumit untuk diartikan.
“Iya, pada awalnya aku berfikir setelah aku kembali dari luar negeri segalanya akan berubah, tetapi tidak disangka setelah aku kembali adalah awal di mana mimpi buruk itu dimulai, ayahku memintaku membayar hutang hutangnya, tetapi dia malah hutangnya menjadi semakin banyak, rasanya hutangnya tidak ada habisnya, masalah ini bukan masalah yang bisa diselesaikan olehku, mungkin memang Haro lah yang mampu untuk merubah semuanya!”
Saat mengatakan ini terlihat jelas jika Nabila sangat putus asa, tetapi suaranya tidak terdengar terburu buru, seperti masalah ini tidak terjadi kepadanya saja, hanya kesedihan mendalamlah yang tergambar jelas di raut wajahnya.
Alvero terdiam, dia tiba tiba teringat akan kehidupannya yang dulu.
Dia awalnya berfikir jika kehidupan itu akan terus berjalan dan dia akan berusaha, berjuang sampai akhir kehidupannya, tetapi tidak disangka jika kecelakaan itu malah memberikan perubahan yang besar bagi kehidupannya.
Dulu dia begitu mendambakan kehidupannyanya pada saat ini, tetapi dia yang saat ini malah merindukan kehidupannya yang dulu.
Nabila mendongakkan kepalanya, tersenyum menatap langit tanpa terdengar suara senyumannya, mungkin dia sedang teringat sesuatu yang membahagiakan.
“Ayo, kita sudah harus kembali!”
Nabila menarik lengan baju yang dipakai oleh Alvero, mereka berdua berjalan selangkah demi selangkah untuk kembali ke rumah sakit.
Nabila masih saja seperti dirinya yang pada sebelum sebelumnya, membantunya menyelimutinya, menjaganya hingga dia sampai selesai mandi, yang berbeda dari dia yang sebelumnya adalah tatapan nya yang selalu terhenti pada sosok Alvero.
Setelah dirasa tidak memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, Nabila baru tersenyum kepada Alvero dan mengatakan selamat malam, setelah itu dia berjalan melangkah kan kakinya keluar ruangan.
Untuk beberapa saat Alvero merasa jika ada sesuatu yang aneh, tetapi dia tidak tahu apa itu sebenarnya, dia memiliki uang, tetapi masalah seperti ini bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan uang, saat melihat ada beberapa panggilan di teleponnya, Alvero baru kemudian menghembuskan nafas panjang.
Ruangan yang sunyi sepi tiba tiba terpecahkan oleh suara dering telepon, membuat Alvero terkejut, Mia sudah menghubungi nya sekitar empat sampai lima kali hari ini, dan sudah selarut ini dia masih menghubungi nya mungkin ada sesuatu yang penting.
Begitu telepon terhubung, dia langsung sangat bersemangat, “Alvero, apa besok kamu ada waktu? Ayo kita pergi makan bersama mama, saudara perempuanmu juga selalu sibuk, jarang jarang dia bisa kembali, dia mengatakan ingin bertemu denganmu!”
Meskipun Alvero sudah bisa menerima orang tua kandungnya, tetapi dia tidak memiliki komunikasi lainnya dengan keluarganya yang lain, setelah mendengar perkataan Mia, sepertinya dia sudah harus bersiap untuk membuka identitasnya yang sebenarnya.
Alvero sebelumnya tidak pernah membahas mengenai masalah ini, khawatir jika setelah mengungkapkan identitas nya yang sebenarnya maka akan direpotkan oleh masalah yang tidak jelas, tetapi jika Mia sudah mengungkapkan hal seperti itu, dia juga tidak enak hati untuk menolaknya.
Tapi begitu teringat jika dia besok tidak bisa bertemu dengan Nabila, setelah memutuskan untuk mengiyakan perkataan Mia, dia langsung mencari tau mengenai Sun Corporation.
Setelah tidak terdengar suara apapun di dalam telepon untuk beberapa saat, Mia merasa sedikit tidak enak hati, mengatakan, “mengenai masalah bisnis, papamu lah yang selalu mengurusinya, mama tidak tahu apa apa, tapi Alvero, kenapa tiba tiba kamu menanyakan hal itu?”
Alvero sebenarnya ingin mencari alasan untuk menjawab seenaknya saja, tetapi Mia menjadi panik, “apa terjadi sesuatu antara kamu dengan mereka? Tidak apa, aku akan menghubungi paman mu, memintanya untuk segera menyelesaikan masalah ini, keluarga kita tidak boleh diremehkan begitu saja oleh orang lain!”
Setelah mendengarkan itu Alvero langsung menghentikan perkataannya, “bukan seperti itu, aku hanya penasaran saja jadi bertanya kepada mama, jangan berfikir yang tidak tidak!”
Setelah mendengar itu Mia baru bisa bernafas lega, berdasarkan sifatnya, dia selalu khawatir jika Alvero akan menderita saat di luar sana, saat dia pergi Mia juga selalu menitipkan begitu banyak pesan kepada Nabila, entah apa yang terjadi hal pertama yang harus dilakukan adalah menghubungi Mia.
Setelah mengatakan itu Mia masih merasa tidak tenang, jadi dia memutuskan untuk memberikan nomor telepon Alvero, mengatakan jika terjadi apa apa dengannya, maka dia bisa menghubungi nomor ini.
Alvero segera mengakhiri panggilan telepon dengan Mia, kemudian melihat nomor telepon yang tertera di layar HP-nya, sedang memikirkan apakah dia perlu menelepon sekarang atau tidak, tiba tiba teringat akan apa yang dikatakan oleh Haro saat di club house, setidaknya jika dia cemas juga tidak harus sampai tahap seperti ini kan, saat ini sudah begitu larut, tidak enak jika menelpon seseorang di jam jam seperti ini.
Setelah dipikir pikir lagi dia akhirnya mengaktifkan alarm di telepon nya, khawatir jika besok tidak terbangun, orang yang dikenalkan Mia kepadanya adalah orang penting, tidak boleh karena masalah yang dia miliki sampai mengganggu orang lain.
Saat baru menutup kedua matanya, tiba tiba terdengar suara yang begitu keras dari luar jendela nya, dan setelah itu terdengar teriakan dari begitu banyak perempuan.
Alvero langsung panik, dia berlari ke ruangan sebelah, melihat apakah Nabila ada di ruangan atau tidak, dalam hatinya seperti ada yang memberitahunya berkali-kali jika sudah terjadi sesuatu dengan Nabila!
Alvero langsung berlari dengan sangat panik menuju ke sumber teriakan, sudah semalam ini tapi terlihat mereka sedang mengerumuni sesuatu, bahkan udara di sekitar sudah penuh dengan aroma darah.
Alvero tiba tiba teringat saat Nabila pergi meninggalkan ruangannya, meskipun bibirnya tersenyum, rasanya senyum itu memang dikhususkan untuk diperlihatkan kepadanya, Alvero sebelumnya tidak pernah melihat Nabila tersenyum seperti itu kepadanya.
Jika dipikir pikir memang ada sesuatu yang tidak beres, Nabila yang bersifat sangat sabar hari ini, Alvero memiliki kebiasaan saat kembali ke kamar langsung menyalakan AC dan baru pergi ke kamar mandi untuk membersikan diri, jika itu dulu, maka Nabila sudah memarahinya, tetapi hari ini dia tidak melakukannya, bahkan Nabila juga menemaninya sebentar untuk menyegarkan diri di bawah AC.
Alvero menerobos kerumunan di depannya, melihat sosok yang terasa akrab baginya sedang terbaring di tengah lautan darah, bahkan senyuman tipis masih terlihat jelas di wajahnya, terlihat seperti seseorang yang akhirnya mendapatkan kebebasan dalam hidupnya.
Warna merah, aroma darah, kerumunan orang yang sangat panik membuat Alvero menjadi pusing, bahkan luka lamanya menunjukkan tanda tanda mulai kambuh kembali.
Dia mematung ditempatnya melihat para dokter mengangkat Nabila ke atas ranjang, kemudian didorong pergi melewatinya, di tangan Nabila terlihat dia masih menggenggam gantungan HP yang Alvero berikan kepadanya saat Alvero membeli HP.
Rasanya dia seperti melihat seekor kupu kupu yang menghentikan kepakan sayapnya, dan terjatuh begitu saja dari langit.
Novel Terkait
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaDoctor Stranger
Kevin WongAfter The End
Selena BeePengantin Baruku
FebiMarriage Journey
Hyon SongPernikahan Kontrak
JennyThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat